Selasa, 22 Juli 2014

TERCIPTA UNTUK MENJADI RAHMAT



Jika kau merasa sulit menyerap ilmu, lihat lagi dirimu: “Sudahkah aku menyedekahkan ilmuku pada orang lain?”
Jika kau merasa sulit urusanmu, lihat dirimu lagi: “Sudahkah aku mempermudah urusan orang lain?”
Jika kau merasa seret rezekimu, lihat lagi dirimu: “Sudahkah aku menyedekahkan sebagian hartaku?”
Jika kau merasa sempit hati dan pikiran, lihat ulang dirimu: “Jangan-jangan aku ini iri, dengki, dongkol, dendam, hasut, ghibah pada orang lain?”
Jika kau merasa kurang dapat senyum dari orang lain, kurang mendapat perhatian dari orang lain, kurang di-like orang lain, tinjaulah dalam-dalam dirimu: “Sudahkah aku senyum, like, perhatian dan appreciate pada orang lain?”
Orang yang tidak berterimakasih pada orang lain, sejatinya dia tidak berterimakasih kepada Allah. Seorang anak yang tidak menghormati, tidak memulyakan, tidak berterimakasih kepada orangtuanya, sejatinya dia tidak berterimakasih kepada Allah. Ridla Allah itu terletak pada ridla kedua orang tua. Murka-Nya juga terletak pada murka orang tua. Bahkan yang namanya surga itu sudahlah jangan dicari dimana-mana. Cukup kau muliakan, pelihara, jaga, cintai orangtuamu.
Barangsiapa yang mencintai apa yang ada di bumi, maka yang dilangit entah itu Allah, malaikat dan semua makhluk-Nya yang di langit akan mencintainya. Itulah alasan kenapa akherat itu dibangun di dunia sekarang. Ibarat mau panen, kita harus menanam di dunia sekarang. Kalau yang ditanam adalah kebaikan, maka yang dipanen pun juga kebaikan. Begitu juga jika keburukan yang ditabur, itulah juga yang akan dituai. Adapun balasannya, tidak hanya di akherat tapi juga di dunia sekarang.
Inti dari surga itu adalah kebahagian. Orang yang bahagia berkat kebaikan yang ditaburnya, sejatinya dia telah meraih surga di dunia ini. Ketentraman, kedamaian, semangat hidup, orientasi hidupnya jelas, hidupnya, ilmunya, tenaganya semua hidupnya bermanfaat. Bukan hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi orang lain, dan lingkungan sekitaranya. Tidak pernah yang keluar dari kata-katanya kesiaa-siaan.
Uang, pekerjaan, waktu dan cita-cita memang seharusnya imbang. Bagaimana maksudnya?
Ya, tiap orang harus menyesuaikan antara uang, pekerjaan, waktu dan cita-citanya yang paling besar. Apa gunanya pekerjaan walau meraup uang banyak, tapi banyak membuang waktunya dengan keluarga, apalagi hingga mengabaikan hobi atau cita-citanya yang paling tinggi. Kalau itu terjadi, berarti sama dengan nilai kemanusiaannya, nilai waktunya, nilai cita-citanya masih lebih rendah dari uang. Dia telah melakukan barter yang tidak imbang. Dia rela bekerja siang malam, tulang pakek dibanting-banting lagi, hanya demi uang. Sudah tidak perduli lagi keluarga, dan misi besarnya dan nilai kemanusiaannya. Bahkan hingga terpeleset terjerembab dalam hal-hal yang diharamkan. Sejatinya dia telah kehilangan hidupnya. Itulah yang namanya terperdaya dunia yang sangat jelas menipu dan sangat jelas sementara ini.
OK, umat Islam harus kaya. Umat Islam harus sukses. Umat Islam harus dahsyat dalam ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, kesehatan dan kesejahteraan. Umat harus berjuang untuk meraih simbol-simbol pendukung kebahagiaan: ilmu, harta, dan tahta. Namun jangan sampai dilupakan bahwa peran manusia adalah rahmatan lil ‘alamin. Menjadi rahmat bagi semesta alam: manusia, hewan, binatang, daratan, lautan, udara dan sebagainya. Bukan hanya Alquran atau pun hadisnya yang menjadi rahmat bagi semesta. Tapi juga manusianya harus lebih dulu menjadi rahmat bagi semua.
Itulah Islam adalah agama cinta. Cinta kepada Allah, cinta kepada diri sendiri, cinta kepada sesama dan cinta kepada alam. Jalb mashalih wa daf’ al-mafasid. Pikiran apapun, perbuatan apapun, kebijakan apapun, sistem pemerintahan apapun pada ujung-ujungnya harus membawa dampak cinta kasih, rahmat dan kesejahteraan bagi semua manusia.
Nabi Muhammad selalu mewanti-wanti bahwa tidak beriman kalian hingga mencintai apa yang dicintai saudaranya. Bahwa innama al-mu’minun ikhwah, semua orang mukmin pada hakikatnya adalah saudara. Wa’ tashimu bi habl Allah jami’a wala tafarraqu. Asal disitu ada keadilan, maka itulah cinta. Sebelum menuai cinta, rezeki, senyum, maka taburlah dulu ketiganya yang ada dalam dirimu.
 Page Facebook: Ahmad Saiful Islam
Follow >> @tips_kemenangan dan @MotivasiAyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...