Jika kau merasa sulit menyerap ilmu, lihat lagi dirimu: “Sudahkah
aku menyedekahkan ilmuku pada orang lain?”
Jika kau merasa sulit urusanmu, lihat dirimu lagi: “Sudahkah aku
mempermudah urusan orang lain?”
Jika kau merasa seret rezekimu, lihat lagi dirimu: “Sudahkah aku
menyedekahkan sebagian hartaku?”
Jika kau merasa sempit hati dan pikiran, lihat ulang dirimu:
“Jangan-jangan aku ini iri, dengki, dongkol, dendam, hasut, ghibah pada orang
lain?”
Jika kau merasa kurang dapat senyum dari orang lain, kurang
mendapat perhatian dari orang lain, kurang di-like orang lain, tinjaulah
dalam-dalam dirimu: “Sudahkah aku senyum, like, perhatian dan appreciate
pada orang lain?”
Orang yang tidak berterimakasih pada orang lain, sejatinya dia
tidak berterimakasih kepada Allah. Seorang anak yang tidak menghormati, tidak
memulyakan, tidak berterimakasih kepada orangtuanya, sejatinya dia tidak
berterimakasih kepada Allah. Ridla Allah itu terletak pada ridla kedua orang
tua. Murka-Nya juga terletak pada murka orang tua. Bahkan yang namanya surga
itu sudahlah jangan dicari dimana-mana. Cukup kau muliakan, pelihara, jaga,
cintai orangtuamu.
Barangsiapa yang mencintai apa yang ada di bumi, maka yang dilangit
entah itu Allah, malaikat dan semua makhluk-Nya yang di langit akan
mencintainya. Itulah alasan kenapa akherat itu dibangun di dunia sekarang.
Ibarat mau panen, kita harus menanam di dunia sekarang. Kalau yang ditanam
adalah kebaikan, maka yang dipanen pun juga kebaikan. Begitu juga jika
keburukan yang ditabur, itulah juga yang akan dituai. Adapun balasannya, tidak
hanya di akherat tapi juga di dunia sekarang.
Inti dari surga itu adalah kebahagian. Orang yang bahagia berkat
kebaikan yang ditaburnya, sejatinya dia telah meraih surga di dunia ini.
Ketentraman, kedamaian, semangat hidup, orientasi hidupnya jelas, hidupnya,
ilmunya, tenaganya semua hidupnya bermanfaat. Bukan hanya bagi dirinya sendiri
tapi juga bagi orang lain, dan lingkungan sekitaranya. Tidak pernah yang keluar
dari kata-katanya kesiaa-siaan.
Uang, pekerjaan, waktu dan cita-cita memang seharusnya imbang.
Bagaimana maksudnya?
Ya, tiap orang harus menyesuaikan antara uang, pekerjaan, waktu dan
cita-citanya yang paling besar. Apa gunanya pekerjaan walau meraup uang banyak,
tapi banyak membuang waktunya dengan keluarga, apalagi hingga mengabaikan hobi
atau cita-citanya yang paling tinggi. Kalau itu terjadi, berarti sama dengan
nilai kemanusiaannya, nilai waktunya, nilai cita-citanya masih lebih rendah
dari uang. Dia telah melakukan barter yang tidak imbang. Dia rela bekerja siang
malam, tulang pakek dibanting-banting lagi, hanya demi uang. Sudah tidak
perduli lagi keluarga, dan misi besarnya dan nilai kemanusiaannya. Bahkan hingga
terpeleset terjerembab dalam hal-hal yang diharamkan. Sejatinya dia telah
kehilangan hidupnya. Itulah yang namanya terperdaya dunia yang sangat jelas
menipu dan sangat jelas sementara ini.
OK, umat Islam harus kaya. Umat Islam harus sukses. Umat Islam harus
dahsyat dalam ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, kesehatan dan kesejahteraan.
Umat harus berjuang untuk meraih simbol-simbol pendukung kebahagiaan: ilmu,
harta, dan tahta. Namun jangan sampai dilupakan bahwa peran manusia adalah rahmatan
lil ‘alamin. Menjadi rahmat bagi semesta alam: manusia, hewan, binatang,
daratan, lautan, udara dan sebagainya. Bukan hanya Alquran atau pun hadisnya
yang menjadi rahmat bagi semesta. Tapi juga manusianya harus lebih dulu menjadi
rahmat bagi semua.
Itulah Islam adalah agama cinta. Cinta kepada Allah, cinta kepada
diri sendiri, cinta kepada sesama dan cinta kepada alam. Jalb mashalih wa
daf’ al-mafasid. Pikiran apapun, perbuatan apapun, kebijakan apapun, sistem
pemerintahan apapun pada ujung-ujungnya harus membawa dampak cinta kasih,
rahmat dan kesejahteraan bagi semua manusia.
Nabi Muhammad selalu mewanti-wanti bahwa tidak beriman kalian
hingga mencintai apa yang dicintai saudaranya. Bahwa innama al-mu’minun
ikhwah, semua orang mukmin pada hakikatnya adalah saudara. Wa’ tashimu
bi habl Allah jami’a wala tafarraqu. Asal disitu ada keadilan, maka itulah
cinta. Sebelum menuai cinta, rezeki, senyum, maka taburlah dulu ketiganya yang
ada dalam dirimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar