“Jika
seseorang berlatih melakukan banyak hal untuk orang lain sampai tindakannya itu
menjadi kebiasaan sehingga dia tidak menyadarinya, segala kekuatan baik alam
semesta berbaris di belakangnya dan apapun yang dikerjakannya.” –Bruce
Barton, 1927
“Melayani” itulah kata yang paling mewakili
pada kesempatan ini. Banyak kita termasuk juga saya dulu beranggapan bahwa
orang hebat itu, dia yang selalu ingin dilayani dan diladeni. Lihat saja kiai,
tokoh masyarakat, orang kaya atau siapa pun orang yang dianggap hebat oleh
masyarakat. Pasti mereka itu mendapatkan perlaukan yang lebih dari orang lain.
Lebih dihormati, lebih dilayani, lebih diprioritaskan dan lebih-lebih lainnya.
Sekilas memang fakta lapangan menunjukkan hal demikian.
Tapi kalau ditelisik lebih jauh, ada kenyataan
yang mengejutkan dan membongkar 360 derajat pikiran kita selama ini. Mereka
yang sukses, mereka yang lebih bahagia, mereka yang nampkanya diperlakukan
lebih itu, ternyata lebih dulu memberikan pelayanan. Bahkan prinsip hidup
mereka justru memberikan pelayanan. Dan memang yang keluar jadi juara dan
sukses hidupnya itu ternyata mereka yang melayani. Bukan ujug-ujug minta
dilayani. Kelihatan sepintas mereka nampak dilayani. Tapi sebenarnya, mereka
melayani terlebih dahulu, lebih banyak jauh-jauh hari sebelumnya dan rentang
waktu yang lama.
Sungguh benar apa yang disampaikan Nabi
Muhammad SAW bahwa pemimpin seorang kaum itu adalah sejatinya pelayan mereka. “rais
al-qaum khadimuh”, sabda Rasulullah.
Seperti fenomena orang-orang diatas yang mendapatkan perlakuan lebih, sebagian
besar mereka adalah pemimpin. Omongan mereka lebih digugu. Ternyata
mereka memiliki prinsip hidup, servis. A.A. Gym, kiai kondang dan juga pakar
entrepreneurship, paham betul akan hal ini. Memang nampak sebuah hal yang
paradok. Seorang pemimpin itu kan seharusnya memang dilayani?! Tapi sebenarnya
tidak begitu. Pemimpin itu kalau memang sukses ya memang harus melayani. Kan
para pejabat seperti Presiden dan wakilnya, Gubernur dan wakilnya, DPR dan MPR
lengkap dengan jajarannya, memang wakil rakyat?! Wakil rakyat, ya sebenarnya
mereka memang “pembantu” atau “asisten” rakyat sebenarnya. Meski kenyataan
dilapangan, kehadiran mereka selalu dielu-elukan warga, seperti Jokowi
yang sukanya blusukan.
Kaitannya dengan entrepreneurship, “melayani”
itulah sebenarnya yang membuat orang lebih untung dari yang lain. Semakin excellent
servisnya, semakin deras pula keuntungannya. Pakar bisnis mengatakan dengan
sangat tegas, “Kalau Anda membuat bisnis yang MELAYANI orang banyak, maka Anda
pasti kaya”. Sebaliknya semakin sedikit kita melayani orang, juga sedikit pula
pencapaian yang akan kita raih. Kalau kita melihat kalah-menang, dan siapa yang
lebih hebat, tentu jawabannya adalah pedagang daripada pembeli. Dan pedagang
itu identik dengan melayani, sementara pembeli identik dengan dilayani. Ini
berlaku juga di semua lini bisnis dan kehidupan, termasuk dunia tulis menulis.
Semakin sepenuh hati melayani orang lain, maka semakin cepat juga dia bertumbuh
dan berkembang. Baik finansial, spiritual, intelektual, emosional maupun
keterampilan.
Sudah menjadi watak dari dunia ini bahwa yang
panen itu hanyalah dia yang MENABUR. Nah, melayani itu sangat dekat dengan
dedikasi, pun dengan giving. Termasuk juga servis dan dedikasi
sebenarnya hidup ini adalah untuk Tuhan. Dan misi kita adalah membawa dunia
menjadi wajah yang lebih indah. Kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan,
merupakan tanggungjawab kita untuk dituntaskan bersama. Untuk membuat Tuhan
“tersenyum” kepada kita. Baru-baru ini, gencar banyak buku yang mengungkap
rahasia kaya dengan sedekah. Sebuah pendekatan religius yang saya rasa amat
sangat cerdas! Sedekah, promosi, melayani (excellent customer service)
itu sebenarnya kebiasaan pemenang dan orang-orang sukses di segala bidang.
DR. Joe Vitale, guru The Scret
menuturkan kisah Bruce Barton dalam bukunya, The Seven Lost Screts of
Success, berawal pada tahun 1918, akhir perang dunia I, Bruce Barton
menyumbangkan bakatnya bagi Kampanye Persatuan Pekerja Perang. Dia juga
membantu mempromosikan berbagai kegiatan amal, termasuk Salvation Army (Barton
menciptakan slogannya yang terkenal, “Seseorang mungkin jatuh, tapi tak pernah
mati”).
Dalam pekerjaan itu, Barton bertemu dengan Alex
Osborn dan Roy Durstine. Mereka menjadi teman baik. Osborn membujuk Barton
untuk mendirikan biro bersama Durstine. Pada 2 Januari 1919, biro milik Barton
dan Durstine dibuka dengan 14 karyawan.
Pada Agustus di tahun yang sama, Osborn
bergabung dalam firma itu. Hingga tahun 1925, BDO (nama perusahaan mereka)
telah menjadi firma periklanan terbesar kelima di Amerika Serikat. Pada tahun
1928, firma itu bergabung dengan George Battern Company dan menjadi BBDO,
dengan Bruce Barton sebagai direkturnya.
Biro iklan yang melegenda itu, dengan banyak
kantor dan ribuan pekerja di seluruh dunia, dimulai dari kegiatan amal, alias
servis!
Jadi, apapun pekerjaan Anda berikanlah
pelayanan yang tulus nan sepenuh hati. Percayalah Tuhan sedang bersama Anda
sekaligus Memperhatikan pekerjaan hati dan tindakan Anda. Tulisan ini, saya
tutup dengan ungkapan religius, “faman ya’mal mitsqal dzarrah khair yarah
waman ya’mal mitsqal dzarrah syarr yarah”.
NB: Silahkan IZIN kepada penulis di:
ahmadsaifulislam@gmail.com (SMS: 085733847622), bila berminat menerbitkan artikel-artikel
di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J)
Yuk diskusi juga di
@tips_kemenangan, dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan
spiritual. Recomended follow @MotivasiAyat