Senin, 31 Maret 2014

HOBINYA PEMIMPIN, PENGUSAHA & PEMENANG

“Jika seseorang berlatih melakukan banyak hal untuk orang lain sampai tindakannya itu menjadi kebiasaan sehingga dia tidak menyadarinya, segala kekuatan baik alam semesta berbaris di belakangnya dan apapun yang dikerjakannya.”  –Bruce Barton, 1927

“Melayani” itulah kata yang paling mewakili pada kesempatan ini. Banyak kita termasuk juga saya dulu beranggapan bahwa orang hebat itu, dia yang selalu ingin dilayani dan diladeni. Lihat saja kiai, tokoh masyarakat, orang kaya atau siapa pun orang yang dianggap hebat oleh masyarakat. Pasti mereka itu mendapatkan perlaukan yang lebih dari orang lain. Lebih dihormati, lebih dilayani, lebih diprioritaskan dan lebih-lebih lainnya. Sekilas memang fakta lapangan menunjukkan hal demikian.
Tapi kalau ditelisik lebih jauh, ada kenyataan yang mengejutkan dan membongkar 360 derajat pikiran kita selama ini. Mereka yang sukses, mereka yang lebih bahagia, mereka yang nampkanya diperlakukan lebih itu, ternyata lebih dulu memberikan pelayanan. Bahkan prinsip hidup mereka justru memberikan pelayanan. Dan memang yang keluar jadi juara dan sukses hidupnya itu ternyata mereka yang melayani. Bukan ujug-ujug minta dilayani. Kelihatan sepintas mereka nampak dilayani. Tapi sebenarnya, mereka melayani terlebih dahulu, lebih banyak jauh-jauh hari sebelumnya dan rentang waktu yang lama.
Sungguh benar apa yang disampaikan Nabi Muhammad SAW bahwa pemimpin seorang kaum itu adalah sejatinya pelayan mereka. “rais al-qaum  khadimuh”, sabda Rasulullah. Seperti fenomena orang-orang diatas yang mendapatkan perlakuan lebih, sebagian besar mereka adalah pemimpin. Omongan mereka lebih digugu. Ternyata mereka memiliki prinsip hidup, servis. A.A. Gym, kiai kondang dan juga pakar entrepreneurship, paham betul akan hal ini. Memang nampak sebuah hal yang paradok. Seorang pemimpin itu kan seharusnya memang dilayani?! Tapi sebenarnya tidak begitu. Pemimpin itu kalau memang sukses ya memang harus melayani. Kan para pejabat seperti Presiden dan wakilnya, Gubernur dan wakilnya, DPR dan MPR lengkap dengan jajarannya, memang wakil rakyat?! Wakil rakyat, ya sebenarnya mereka memang “pembantu” atau “asisten” rakyat sebenarnya. Meski kenyataan dilapangan, kehadiran mereka selalu dielu-elukan warga, seperti Jokowi yang sukanya blusukan.
Kaitannya dengan entrepreneurship, “melayani” itulah sebenarnya yang membuat orang lebih untung dari yang lain. Semakin excellent servisnya, semakin deras pula keuntungannya. Pakar bisnis mengatakan dengan sangat tegas, “Kalau Anda membuat bisnis yang MELAYANI orang banyak, maka Anda pasti kaya”. Sebaliknya semakin sedikit kita melayani orang, juga sedikit pula pencapaian yang akan kita raih. Kalau kita melihat kalah-menang, dan siapa yang lebih hebat, tentu jawabannya adalah pedagang daripada pembeli. Dan pedagang itu identik dengan melayani, sementara pembeli identik dengan dilayani. Ini berlaku juga di semua lini bisnis dan kehidupan, termasuk dunia tulis menulis. Semakin sepenuh hati melayani orang lain, maka semakin cepat juga dia bertumbuh dan berkembang. Baik finansial, spiritual, intelektual, emosional maupun keterampilan.
Sudah menjadi watak dari dunia ini bahwa yang panen itu hanyalah dia yang MENABUR. Nah, melayani itu sangat dekat dengan dedikasi, pun dengan giving. Termasuk juga servis dan dedikasi sebenarnya hidup ini adalah untuk Tuhan. Dan misi kita adalah membawa dunia menjadi wajah yang lebih indah. Kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, merupakan tanggungjawab kita untuk dituntaskan bersama. Untuk membuat Tuhan “tersenyum” kepada kita. Baru-baru ini, gencar banyak buku yang mengungkap rahasia kaya dengan sedekah. Sebuah pendekatan religius yang saya rasa amat sangat cerdas! Sedekah, promosi, melayani (excellent customer service) itu sebenarnya kebiasaan pemenang dan orang-orang sukses di segala bidang.
DR. Joe Vitale, guru The Scret menuturkan kisah Bruce Barton dalam bukunya, The Seven Lost Screts of Success, berawal pada tahun 1918, akhir perang dunia I, Bruce Barton menyumbangkan bakatnya bagi Kampanye Persatuan Pekerja Perang. Dia juga membantu mempromosikan berbagai kegiatan amal, termasuk Salvation Army (Barton menciptakan slogannya yang terkenal, “Seseorang mungkin jatuh, tapi tak pernah mati”).
Dalam pekerjaan itu, Barton bertemu dengan Alex Osborn dan Roy Durstine. Mereka menjadi teman baik. Osborn membujuk Barton untuk mendirikan biro bersama Durstine. Pada 2 Januari 1919, biro milik Barton dan Durstine dibuka dengan 14 karyawan.
Pada Agustus di tahun yang sama, Osborn bergabung dalam firma itu. Hingga tahun 1925, BDO (nama perusahaan mereka) telah menjadi firma periklanan terbesar kelima di Amerika Serikat. Pada tahun 1928, firma itu bergabung dengan George Battern Company dan menjadi BBDO, dengan Bruce Barton sebagai direkturnya.
Biro iklan yang melegenda itu, dengan banyak kantor dan ribuan pekerja di seluruh dunia, dimulai dari kegiatan amal, alias servis!

Jadi, apapun pekerjaan Anda berikanlah pelayanan yang tulus nan sepenuh hati. Percayalah Tuhan sedang bersama Anda sekaligus Memperhatikan pekerjaan hati dan tindakan Anda. Tulisan ini, saya tutup dengan ungkapan religius, “faman ya’mal mitsqal dzarrah khair yarah waman ya’mal mitsqal dzarrah syarr yarah”.

NB: Silahkan IZIN kepada penulis di: ahmadsaifulislam@gmail.com (SMS: 085733847622), bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J

Yuk diskusi juga di @tips_kemenangan, dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan spiritual. Recomended follow @MotivasiAyat

Minggu, 16 Maret 2014

JADI DIRI SENDIRI? SIAPA TAKUT!



Kenapa harus menyembunyikan identitas diri?! Tampakkan saja jati dirimu. Siapa dirimu sebenarnya. Kalau Anda takut tidak bahagia, justru dengan menyembunyikan diri itu Anda jadi tidak bahagia. Ya, menyembunyikan identitas itulah ketidakbahagiaan yang nyata. Nanti dianggap beda? Justru inilah awal Anda menarik perhatian orang lain. Selanjutnya?
Kita memang berbeda. Dan jangan takut untuk berbeda yang Anda tampakkan pada masyarakat sekitar Anda. Dan bahkan dengan perbedaan itu sendiri, Anda bisa menjadi unik. Anda bisa disebut pencipta budaya, terutama dalam cara bertutur, bersikap dan beraksi Anda. Dan justru kalau Anda berusaha untuk sama, Anda tidak akan nyaman menjalani hidup dan komunikasi dengan mereka. Sebabnya, Anda hidup berpura-pura dan penuh kepalsuan. Akibatnya juga, Anda tidak akan dihargai orang. Karena tidak ada orang yang menghargai kepura-puraan, kepalsuan. Jadi, jadilah diri Anda sendiri saja.
Jangan terlalu melankolis. Wah makhluk apa ini? Melankolis itu Anda perhatian terhadap apa yang dipikirkan orang lain kepada Anda. Ya rugi lah. Wong Anda hanya menduga-duga mereka, sementara mereka tidak pernah memikirkan Anda pada kenyataannya. Kontrol hati dan pikiran Anda. Memang kita harus simpati dan empati pada orang lain. Tapi, bukan berarti kita terlalu melankolis hingga melupakan target-target kita sendiri. Fokus untuk pertumbuhan dan perkembangan diri dan prestasi kita itu juga penting. Makanya, beri porsi yang pas. Kapan Anda harus perhatikan orang lain, lingkungan dan kapan juga Anda menjadi diri sendiri. Ingat, faktor perubahan itu tentu melalukan yang berbeda dengan yang sudah ada. Nah, kalau ingin jadi aktor perubahan, tapi Anda berusaha sama dengan orang lain, itu seperti Anda ingin basah, tapi tidak mau nyemplung air. Mana bisa?!
Beranilah jadi diri sendiri. Hanya yang berani jadi diri sendiri yang jadi pemimpin, diikuti masyarakat, dan tentunya jadi aktor perubahan. Buat nyaman Anda jadi diri sendiri. Berkomunikasilah dengan orang lain dengan jadi diri sendiri. Nanti aura percaya diri Anda akan nampak. Jangan heran kalau nanti Anda menjadi orang yang dipandang oleh masyarakat. Orang akan melihat Anda sebagai sosok yang unik dan tidak biasa. Dan keunikan itu yang membuat daya tarik tersendiri di hati masyarakat. Kalau sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat, ini adalah moment yang tepat bagi Anda untuk membentuk masyarakat seperti apa.
Kalau kita mengaca pada bidang bisnis, lihatlah produk-produk dan jasa-jasa yang laris dipasaran. Justru produk dan jasa yang unik, penuh warna, ada-ada saja itulah yang menyedot pembeli. Lihat salles yang menjual dengan cara-cara yang ada-ada saja. Laku melangit! Bahkan kalau kita perhatikan karyawan yang ada-ada saja, itu lebih disukai oleh bosnya. Lihat pula nasib produk dan jasa yang itu-itu saja. Begitu-begitu saja. Pembeli pasti komen, “Ah sudah biasa”. Akhirnya mereka malas membeli. Sekali lagi, yang unik, ada-ada saja, luar biasa, aneh itulah yang laris. Dan itu tidak akan pernah terwujud kalau kita hanya ingin jadi yang biasa dan hanya bisa ikut-ikutan. Sekali gak bakalan terwujud! So, be different.
Katanya Anda mau jadi luar biasa. Ya harus siap melakukan hal yang tidak biasa. Termasuk menjadi diri Anda sendiri. Itu adalah awal dari luar biasa-luar biasa yang lain. Tidak perlu takut untuk jadi diri sendiri karena hanya khawatir dikritik, dianggap gila, sesat dan sebagainya. Kelak mereka akan tahu sendiri kok, apa dan siapa sebenarnya diri Anda. Kalau mereka mau berdebat dengan Anda, adakan forum khusus. Jangan menjawab kritik dan pertanyaan-pertanyaan mereka di sembarang waktu dan sembarang tempat. Bukan saja tidak efektif, tetapi berbahaya.
Kalau memang Anda beda, dan mempunyai alasan kuat untuk beda, tak usah risau tak usah galau. Jadilah diri sendiri. Sekali lagi, luar biasa itu memang beda. Dan tidak jarang yang beda itu membuat pencerahan baru. Berusaha untuk jadi orang lain, itu bukan hanya rugi melainkan juga capek. Akhirnya, orang yang berusaha sama dengan orang lain, jadinya sulit untuk dibayar mahal. Oleh karenanya, temukan pembeda abadi Anda. Temukan potensi terbesar Anda. Lalu buatlah seperti roket dengan menemukan faktor-faktor pengungkitnya. Insya Allah, hidup Anda lebih sukses penuh makna.

NB: Silahkan IZIN terlebih dulu ke ahmadsaifulislam@gmail.com atau sms (085733847622) bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Follow juga twitterku di @tips_kemenangan untuk dapetin tweet-tweet segar, kultweet, video, foto, news, dan lain seterusnya. Visi-Misi saya, menebar manfaat dan mengajak semua sahabat yang gabung di sini untuk selalu menang (hayya ‘alal falah). Sebagai pelengkap, follow juga di @MotivasiAyat
Terima kasih, salam menang salam sukses...
 

Senin, 10 Maret 2014

ALASAN KUAT MENJADI DIRI SENDIRI



Kasihan saya saat Cak Nun curhat. Meskipun saya tahu, dia tidak ingin kita kasihani. Dan kayaknya, curhatnya orang yang “melek hatinya”, justru menjadi inspirasi usefull bagi siapa pun yang dicurhatinya. Saya tahu Anda penasaran apa yang dicurhatkannya. Baik akan saya turukan untuk Anda:
Betapa ragamnya saya dimarahi, diberi peringatan keras, dikecam, dikritik, dihardik, dimaki-maki, dituduh-tuduh, disalahpahami, bahkan seringkali juga difitnah. Tapi karena saya selalu berusaha menjadi murid yang baik, semua itu senantiasa saya terima dengan rasa syukur.
Ketika saya masuk pesantren, saya diperingatkan supaya jangan masuk pesantren hanya karena ikut-ikut. Sehingga saya kemudian bercita-cita menamatkan pesantren, masuk ke Universitas Al-Azhar, lantas berusaha menjadi menantu seoran Kyai dan membantu pesantren beliau.
Tapi akhirnya saya diusir karena suatu perkara, sehingga saya pindah sekolah. Tentulah saya dimarah-marahi habis. Dan lebih marah lagi karena lantas saya coba-coba menjadi penulis cerita pendek dan puisi. “Kamu mau jadi penyair? Apa tidak baca surat As-Syu’ara yang berkisah tentang penyair-penyair pengingkar Allah?”
Saya lebih dihardik lagi karena dalam proses kepenyairan itu hidup saya tidak breirama seperti orang normal. Makan tidur tidak teratur sampai sekarang. Saya dianggap sinting dan tidak sinkron dengan peraturan mertua.
Beberapa tahun berikutnya saya dimarahi lagi: “Kenapa kamu hanya sibuk dengan sastra dan tidak memperhatikan syiar agama?” Tidak bisakah kamu mengabdikan sastra kamu kepada dakwah?”. Tetapi ketika kemudian saya mengawinkan sastra saya dengan dimensi-dimensi Islam, saya dimarahi lagi: “Jangan main-main dengan Islam! Jangan campuradukkan nilai sakral Agama dengan khayalan-khayalan sastra!”.
Tema kemarahan itu berkembang lebih lanjut: “Sastra Islami saja tidak cukup. Kamu harus memperjelas sikap akidahmu. Hidup ini luas. Kamu tidak bisa membutakan mata terhadap masalah-masalah penindasan politik, kemelaratan umat dan lain sebagainya!”.
Maka saya pun memperluas kegiatan saya. Terkadang jadi tukang pijat. Jadi semacam bank. Memandu keperluan tolong menolong antara satu dengan lain orang. Menjadi tabib darurat. Bikin semacam LSM. Menemani anak-anak muda protes. Pokoknya memasuki segala macam konteks di mana idealisme nilai kemanusiaan dalam sastra dan idealisme nilai akidah dalam Islam bisa saya terapkan.
Saya mendapat teguran lagi: “Jangan sok jadi pahlawan! Semua sudah ada yang ngurus sendiri-sendiri. kalau sastrawan ya sastrawan saja, jangan macam-macam!”.
Ketika saya membisu di sekitar Pemilu, saya dimarahi: “Golput ya? Itu tidak bertanggungjawab!”. Dan ketika besoknya saya tampil membantu salah satu OPP, saya diperingatkan: “Kamu kehilangan indepedensi!”.
Tatkala saya acuh terhadap lahirnya ICMI, saya dibentak: “Perjuangan itu memerlukan organisasi! Tidak bisa individual!”. Tatkala saya didaftar di pengurus pusat ICMI, saya ditatar: “Itu bukan maqam kamu! Tidak setiap anggota pasukan berada dalam barisan!”. Dan akhirnya tatkala karena suatu bentrokan saya mengundurkan diri dari ICMI, saya dipersalahkan: “Rupanya kamu memang bukan anggota pasukan!”.
Ketika saya mengungkapkan pemikiran dalam bahasa universal, saya diingatkan: “Kenapa kamu tidak mengacu pada Quran dan Hadits? Apakah kamu budak ilmuwan barat?”. Dan sesudah saya mengungkapkan sagala tema –dari sastra, politik, sepakbola, tinju, psikologi, atau apa pun saja— dengan acuan Quran dan Hadits, saya dikecam habis-habisan: “Kamu ini “mufassir” liar! Jangan seenaknya mengait-ngaitkan masalah dengan Quran dan Hadits! Berbahaya!
Ketika saya menulis tentang sesuatu yang makro dan suprastruktural, saya dijewer; “Kenapa kamu tidak memperhatikan orang kecil?”. Dan ketika saya mengusahakan segala sesuatu yang menyangkut nasib rakyat kecil saya ditabok: “Islam tidak mengajarkan mbalelo, Islam menganjurkan silaturahim dan musyawarah!”.
Ketika saya tidak memusingkan soal honor, saya disindir: “Kamu tidak rasional!”. Dan ketika saya bicara soal honor saya ditonjok: “Kamu komersial!”.
Ketika saya cuek kepada uang dan nafkah, saya dilempar: “Kulu wasyrabu! Makan dan minumlah”. Ketika saya sesekali berpikir mencari rezeki, saya di-tonyo: “Kamu menuhankan uang dan harta benda!”.
Ada beribu-ribu lagi. Tapi amarah yang terakhir, tanggal 25 Juni yang lalu saya sungguh-sungguh tidak paham: “Sungguh hebat perjuanganmu.... Sampai-sampai Alquran pun yang tanpa rupiah untuk mendapatkannya.... kau tak punya!”
Itulah isi curhatnya. Saya yakin, semua kita mengalami hal semacam ini. Terlalu banyak komen yang sepertinya menggurui, nasehat, tapi sebenarnya adalah sebuah nafsu berlagak yang tak ada gunanya bagi kita. Tidak semua orang suka terhadap kerja dan prestasi kita. Mereka sangat pintar memberikan komen untuk membuat kita terpinggirkan. Padahal Allah saja bilang, “Tiap-tiap (orang atau kaum) itu ada kiblatnya (tujuan) masing-masing, berlomba-lombalah dalam kebaikan”. Jadi sebenarnya watak manusia itu memang berbeda satu sama lain. Tidak bisa dipaksa-paksakan untuk sama. Justu itu malah membatasi keunikan dan “pelangi” ciptaan Allah.
Maka perlu kita sadari. Bahwa mereka itu punya mulut, hati pikiran yang entah sakit atau bahkan mati, yang bisa saja memberi komen pada kita saenak udelle dewe. Dan kita tidak bisa mengontrolnya. Satu yang bisa kita lakukan adalah, mengontrol hati kita dan pekerjaan kita sendiri untuk terus mengukir prestasi, dan berkarya. Jadilah, orang yang diobong gak kobongan, diumbah, gak kepus (dibakar tidak terbakar, dicuci tidak basah). Tidak usah kita jadi orang lain, karena Tuhan menciptakan diri ini sesempurna-sempurnanya untuk menjadi diri sendiri.


NB: Silahkan IZIN terlebih dulu ke ahmadsaifulislam@gmail.com atau sms (085733847622) bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Follow dan diskusi juga di @ipoenkchampion untuk dapetin tweet-tweet segar, kultweet, video, foto, news, dan lain seterusnya. Visi-Misi saya, menebar manfaat dan mengajak semua sahabat yang gabung di sini untuk selalu menang (hayya ‘alal falah). Sebagai pelengkap, follow juga di @MotivasiAyat
Terima kasih, salam menang salam sukses...

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...