Ada beberapa ide yang ingin saya kembangkan menjadi artikel hari
ini. Pertama, soal omongan orang yang bilang, uang bukan sumber kebahagiaan.
Atau isteri cantik bukan sumber
kebahagiaan. Atau belajar logika itu haram. Ini renungan pertama. Menurut saya,
omongan ini ada benarnya kalau yang berbicara itu orang yang kaya raya atau
pernah kaya. Omongan ini sangat salah kalau yang ngomong tidak pernah kaya,
belum pernah nikah, tidak pernah belajar logika, ilmu alam dan yang sejenis.
Dan yang perlu digarisbawahi, omongan kayak gini kayaknya membimbing,
mencerahkan, menenangkan, padahal kenyataannya hipotesis saja yang tidak
berdasar pada bukti kongkret. Bukankah Alquran dari dulu untuk menyatakan
kebenaran sangat mengandalkan bukti?! Dan kita tahu bahwa pengalaman hidup,
kenyataan hidup sehari-hari, kejadian fakta yang dialami masyarakat itulah
sebenarnya bukti.
Jujur, pengalaman penulis sendiri, merasa bahagia kalau dapat
tambahan uang dari Allah. Kenapa? Karena kalau bisa transfer ke Ibu tercinta,
menafkahi isteri tersayang, transfer ke ponakan, melengkapi fasilitas bisnis
bimbel, kalau ponakan datang bisa kasih uang saku, kalau saudara datang bisa
kasih uang saku, kalau ponakan haus bisa membelikan es cream di restoran, bisa
membelikan bakso orang tua dan saudara-saudara, bisa kasih uang saku teman,
bisa benerin rumah dan lain seterusnya. Sekali lagi jujur saya ini bahwa saya
amat bahagia bisa melakukan semua itu. Jadi kalau saya mengatakan bahwa uang
adalah sumber kebahagiaan, Anda lebih percaya mana bila dibanding dengan
pernyataan pertama?!
Jujur lagi, saya merasa bahagia punya isteri yang sayang pada saya
(jujur, isteri saya cantik menurut saya, baik tampilan fisik maupun batinnya,
hehehe). Apalagi saat berkunjung ke pesta resepsi pernikahan teman kami. Walaupun
ada yang berkata, isteri cantik itu ragatane (biayanya) mahal. Harus ke
salon, kendaraan harus mahal, baju harus mahal, rumah harus mahal, assesoris
lainnya harus mahal, dan harus serba mahal. Ah, kata siapa. Justru kalau orang
sudah cantik, itu make up-nya gak perlu tebal-tebal. Sekedarnya saja. Wong
sudah cantik kok?! Justru yang mahal itu yang gak terlalu cantik. Harus dipoles
setebal mungkin semua assesorisnya agar tampak cantik. Tentu saja, polesan yang
tebal uangnya lebih tebal bukan? Sekali lagi, bila saya mengatakan bahwa isteri
cantik itu adalah sumber kebahagiaan, menurut Anda yang benar yang mana bila
dibandingkan pernyataan di awal?!
Satu lagi. Tentang belajar logika itu haram. Anda tahu pernyataan
ini konon dari siapa? Ya, Imam al-Ghazali, pengarang kitab yang sangat
fenomenal Ihya Ulumuddin. Ya wajar lah kalau dia mengatakan seperti itu.
Wong dia itu masih mudanya bukan hanya mau belajar logika, malah doyan. Masih
muda, Ghazali yang saya kenal adalah pemuda yang progresif dalam pemikiran. Kalau
tidak, tidak mungkin dia bisa menandingi Ibnu Rusyd dengan karyanya Tahafudz
al-Falasifah. Dan Ghazali muda yang saya kenal adalah dia yang suka tasyahur
(terkenal). Dia tidak suka ditandingi oleh ilmuwan pada zamannya. Namun
sifatnya itu sombot (sesuai) dengan semangat dan perjuangannya mendalami
ilmu. Ini tidak heran membuatnya menjadi ilmuwan all-round dalam bidang
ilmu pengetahuan.
Jujur selama ini saya senang belajar logika. Saya beberapa kali
dipercaya oleh sekolah untuk mewakili perlombaan science. Tidak hanya
itu, satu sekolah saya mendapat juara 2 lomba Matematika. Sering ringking 1 IPA. Saat kuliah pun, saya
amat suka belajar ilmu mantiq (logika), misalnya, manusia adalah hewan
yang berakal. Di situ ada jenis, ada spesies dan lain seterusnya. Bahkan ketika
belajar penulisan bahasa Indonesia, di situ juga ada kaidah-kaidah klasifikasi,
yang menurut saya menggunakan kaidah-kaidah dalam logika. Misalnya pernyataan:
manusia butuh air, hewan butuh air, tumbuhan butuh air, maka semua makhluk
hidup butuh air. Bukankah ini cara berpikir yang luar biasa? Bahkan Alquran
juga sering menggunakan kata jika...maka...yang diwakili kata in
dan idza? Jadi menurut saya, logika halal dipelajari bahkan harus
dipelajari. Karena tanpa logika, sulit Anda menerima pesan Alquran. Lalu
bagaimana menurut Anda, bila dibandingkan dengan ucapan yang sekedar opini
tanpa bukti?!
Atau paling tidak
lah, antara uang, isteri cantik, dan belajar logika itu dikatakan netral saja.
Ya semua itu netral. Bisa jadi sumber kebahagiaan, pun bisa jadi sumber
malapetaka. Tergantung yang memiliki, shalih apa thalih. Tidak
adil kalau yang digembor-gemborkan ke lapangan hanya yang sisi negatifnya saja.
Wallahu ‘alam.
By: Ahmad Saiful Islam
By: Ahmad Saiful Islam