Jumat, 28 Agustus 2020

SUPAYA KALIAN MEMAHAMI


—Saiful Islam*—

“Akan Kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar…” QS.41.53

Kali ini saya hanya ingin menunjukkan kaitan ayat dengan kepahaman. Ayat menurut Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an adalah tanda yang tampak jelas. Menurut QS.29:49 Al Qur’an disebut sebagai ayat-ayat.

Begitu juga cerita Lisan al-Arab. Bahwa ayat itu adalah tanda. Dijumpai juga arti ayat adalah ‘ibroh. Ayat untuk Qur’an, menurut satu pendapat, itu karena menjadi pemisah antar kalimat.

Jadi secara bahasa, ayat itu semacam tanda, teks, simbol, lambang, gambar, dan seterusnya yang menarik perhatian akal manusia untuk memahaminya. Karenanya berkali-kali Allah perintahkan supaya memahami ayat-ayat-Nya.

Ayat itu tanda yang memberi petunjuk. Al Qur’an adalah kumpulan Surat. Surat adalah kumpulan kalimat (kalaam). Kalimat adalah kumpulan kata (kalimah). Kata adalah kumpulan beberapa huruf. Dan huruf adalah kumpulan beberapa titik.

Al Qur’an itu mirip buku. Karenanya disebut juga Al Kitab. Alias The Book. Buku terdiri dari beberapa bab. Bab terdiri dari beberapa sub bab. Sub bab terdiri dari beberapa paragraf. Paragraf terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat terdiri dari beberapa kata. Kata terdiri dari beberapa huruf. Dan huruf sendiri terdiri dari beberapa titik.

Di dalam Al Qur’an, kata aayah (ayat, bentuk tunggal) terulang sebanyak 84 kali. Sedangkan kata aayaat (ayat-ayat, bentuk jamak) diulang sebanyak 148 kali.

Supaya kalian memahami ayat-ayat itu. Ayat-ayat qowliyah berupa Al Qur’an terutama, dan ayat-ayat realitas alam dan sosial. Begitulah kalau kita misalnya membaca QS.45:1-6. Setelah bercerita tentang realitas alam dan sosial, Allah lantas menyatakan: “Itulah ayat-ayat Allah yang Kami bacakan kepadamu dengan sebenarnya.”

Agar Mereka Memahami

Setelah diceritakan haramnya menikahi wanita musyrik, lantas ditutup dengan kalimat: “Allah menerangkan AYAT-AYAT-NYA kepada manusia SUPAYA MEREKA MEMAHAMINYA.” QS.2:221.

Pada QS.6:65, setelah menunjukkan kekuasaan-Nya, kemudian ditutup dengan: “Kami mendatangkan AYAT-AYAT KAMI silih berganti AGAR MEREKA MEMAHAMINYA.”

“Maka ceritakanlah (kepada mereka) KISAH-KISAH itu AGAR MEREKA MEMAHAMINYA,” QS.7:176.

Sesungguhnya Kami mudahkan AL QUR’AN itu dengan bahasamu SUPAYA MEREKA MEMAHAMINYA (QS.44:58).

Setelah membinasakan negeri-negeri, lalu disebutkan QS.46:27: “Kami telah mendatangkan AYAT-AYAT KAMI berulang-ulang supaya mereka bertaubat setelah MEMAHAMINYA.

Supaya Kamu Memahami

Setelah membahas sesuatu yang memabukkan pada QS.2:219, dinyatakan: “Demikianlah Allah menerangkan AYAT-AYAT-NYA kepadamu SUPAYA KAMU MEMAHAMINYA.” Begitu juga pada ayat 242.

Setelah perintah supaya semua Mukminin berpegang teguh pada Qur’an, lantas disebutkan: “Demikianlah Allah menerangkan AYAT-AYAT-NYA kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk,” DENGAN MEMAHAMINYA (QS.3:103).

 (Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalamnya). Kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas, AGAR KAMU SELALU MEMAHAMI DAN MENGINGATNYA (QS.24:1).

Setelah menceritakan adab makan bersama dan bertamu, kemudian disebutkan QS.24:61: “Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya bagimu, AGAR KAMU MEMAHAMINYA.”

Allah-lah Yang Menghidupkan bumi sesudah matinya. Pada QS.57:17: “Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu AYAT-AYAT (KAMI) SUPAYA KAMU MEMAHAMINYA.”

Itulah Ayat-Ayat Untuk Dipahami

“Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu BENAR-BENAR AYAT BAGI KAUM YANG MEMAHAMINYA.” Pada QS.16:11.

“Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat AYAT-AYAT BAGI KAUM YANG MAU MEMAHAMI.” QS.13:3.

“Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat AYAT BAGI KAUM YANG MAU MEMAHAMI.”  Disebut oleh QS.16 ayat 13 dan ayat 67.

Setelah dikisahkan pembangkangan kaum Tsamud kepada Nabi Sholeh pada QS.27 mulai ayat 45, lantas pada ayat 52 disebutkan begini: “Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah AYAT BAGI KAUM YANG MEMAHAMI.”

Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam bishshowaab…

*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’, dll.

MEMBACA NAIK KELAS


—Saiful Islam*—

“Kami menurunkannya berupa AL QUR’AN dengan berbahasa Arab, AGAR KALIAN MEMAHAMINYA…” QS.12:2

Jadi kalau ditarik kesimpulan, membaca Qur’an itu memang semestinya dengan upaya memahaminya. Tidak benar membolehkan membaca tanpa ada upaya memahami. Bahkan perintah untuk memahami itu, bukan hanya ayat-ayat Qur’an saja. Tetapi juga ayat-ayat realitas alam dan sosial.

Kalau saat ini masih belum mampu memahami Qur’an, atau baru belajar tajwidnya, jangan lantas menghindar, “Tidak apa-apa Qur’an tidak dipahami.” Tetap wajib ada upaya memahami. Mungkin esok, lusa, seminggu lagi, sebulan, setahun lagi dan seterusnya. Anggap saja belajar mengucapkan huruf hijaiyah itu baru menginjak anak tangga pertama dalam proses memahami Qur’an.

Kalau belum mampu satu Surat, bisa memahami satu ayat dulu. Bahkan mengartikan satu kata dulu. Ini jelas lebih baik daripada hatam, tetapi tanpa paham sama sekali. Memang sebaiknya proses memahami itu perlahan-lahan. Yang penting ada peningkatan. Terus bergerak memahami. Membaca Qur’an, mesti naik kelas.

Berikut saya rangkumkan ayat-ayatnya.

QS. Al-Muzammil[73]: 4
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
Atau lebih dari seperdua itu. Dan PAHAMILAH AL QUR’AN ITU DENGAN PERLAHAN-LAHAN.

QS. Yunus[10]: 16
قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلَا أَدْرَاكُمْ بِهِ ۖ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِنْ قَبْلِهِ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Katakanlah: "Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak MEMBACAKANNYA kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu". Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak MEMAHAMI?

QS. Al-An’am[6]: 151
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۖ وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ۖ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۖ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Katakanlah: "Marilah KUBACAKAN apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu. Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak. Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka. Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu SUPAYA KAMU MEMAHAMI(NYA).

QS. Al-Mu’minun[23]: 68
أَفَلَمْ يَدَّبَّرُوا الْقَوْلَ أَمْ جَاءَهُمْ مَا لَمْ يَأْتِ آبَاءَهُمُ الْأَوَّلِينَ
Maka apakah mereka tidak MEMAHAMI PERKATAAN (KAMI), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu?

QS. Al-Anfal[8]: 2
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka. Dan apabila DIBACAKAN AYAT-AYAT-NYA BERTAMBAHLAH IMAN MEREKA (SETELAH MEMAHAMI), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

QS. Ali Imran[3]: 103
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali allah (Al Qur’an). Dan janganlah bercerai berai. Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan. Maka Allah mempersatukan hatimu. Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah MENERANGKAN AYAT-AYAT-NYA kepadamu, agar kamu mendapat PETUNJUK (DENGAN MEMAHAMINYA).

QS. Al-Hasyr[59]: 2
هُوَ الَّذِي أَخْرَجَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِأَوَّلِ الْحَشْرِ ۚ مَا ظَنَنْتُمْ أَنْ يَخْرُجُوا ۖ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ حُصُونُهُمْ مِنَ اللَّهِ فَأَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا ۖ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ ۚ يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُمْ بِأَيْدِيهِمْ وَأَيْدِي الْمُؤْمِنِينَ فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ
Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar. Mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah. Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka. (Sehingga) mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang Mukmin. MAKA PAHAMILAH, hai orang-orang yang MEMPUNYAI WAWASAN.

QS. Al-An’am[6]: 65 & 98
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَىٰ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ ۗ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ
Katakanlah: " Dia-lah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu. Atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti AGAR MEREKA MEMAHAMINYA.”

QS. Al-Rum[30]: 8
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ ۗ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ
Dan mengapa mereka tidak MEMAHAMI tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.

QS. Yunus[10]: 101
قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَمَا تُغْنِي الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: "PAHAMILAH apa yang ada di LANGIT dan di BUMI. Tidaklah bermanfaat tanda-tanda tersebut dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.”

Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam bishshowaab…

*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’, dll.

Senin, 24 Agustus 2020

WELAS ASIH NABI


—Saiful Islam*—

“Mengutamakan orang lain, meskipun aslinya dirinya sendiri butuh…”

Pernah ketika sama sekali belum mengenal Bahasa Arab, saya ditanya oleh seorang tokoh. “Katanya kamu bisa menulis huruf Arab. Menulis apa?”

Bismillaahirrohmaanirrohiim!” jawab saya waktu itu. Artinya pun mayoritas umat Islam sudah hafal: dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Itu kalimat luar biasa. Kali ini kita akan mencoba memahaminya. Dan berharap kepada Allah dimampukan mengamalkannya.

Kata al-rohmaan, dalam Qur’an terulang sebanyak 57 kali. Kata al-rohiim sebanyak 95 kali. Kata rohiiman sebanyak 20 kali. Kata rahmat-Ku (rohmatiy) 2 kali. Kata rahmat-Nya sebanyak 25 kali. Rahmat Kami 5 kali. Kata rohmatan terulang sebanyak 79 kali. Dan seterusnya. Termasuk kata yang banyak diulang, tampaknya menunjukkan betapa pentingnya kata tersebut.

Kata al-rohim, itu awalnya berarti rahimnya perempuan. Kata ini kemudian dipinjam untuk arti dekat. Karena semua manusia itu keluar dari rahim.

Sedangkan al-rohmah, masih menurut Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, itu berarti kasih atau keramahan yang memberi kebaikan pada orang lain yang dikasihi.

Kata al-rohmah, kadang berarti kasih atau kerahaman itu sendiri. Dan kadang berarti kebaikan yang berasal dari kasih itu.

Ada riwayat bahwa al-rohmah dari Allah itu memberi kenikmatan dan kemuliaan. Sedangkan al-rohmah antara sesama manusia itu kerahaman dan belas kasih (welas asih).

Sedangkan Lisan al-Arab, melukiskan begini. Al-rohmah itu berarti keramahan dan belas kasih. Al-marhamah artinya juga sama seperti itu. Al-rohmah juga bisa berarti ampunan.

Firman Allah pada QS.7:203 dalam mensifati Qur’an sebagai rahmat, itu berarti Qur’an mengandung kasih. Nabi adalah kasih bagi Mukminin (QS.9:61), itu karena beliau menjadi sebab mereka menjadi beriman.

Allah itu memang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Maha Baik. Maha Penerima taubat dan penyesalan semua hamba-Nya. Serta Maha Pengampun. Misalnya diceritakan oleh QS.2 ayat 142, 160 dan ayat 199. Allah telah menetapkan kasih sayang itu pada diri-Nya (QS.6:12 dan 54). Lantas ‘menular’ ke seluruh makhluk-Nya, termasuk manusia (QS.3:159).

QS. Ali Imran[3]: 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka DISEBABKAN RAHMAT DARI ALLAH-LAH kamu berlaku LEMAH LEMBUT (RAMAH) terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Pengutusan Nabi Muhammad pun, itu tidak ada lain kecuali untuk kasih bagi semesta alam. Disebut oleh QS.21:107. Apalagi untuk Kaum Mukminin (QS.9:61).

QS. Al-Anbiya’[21]: 107
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan UNTUK (MENJADI) RAHMAT BAGI SEMESTA ALAM.

Bahkan Qur’an sendiri diturunkan itu berfungsi sebagai kasih. Misalnya tercantum dalam QS.7:52, 203; QS.6:167; QS.16:89; QS.10:57; QS.12:111; QS.16:64; QS.17:82; QS.29:51; QS.31:3; dan QS.27:77.

QS. Al-A’raf[7]: 203
وَإِذَا لَمْ تَأْتِهِمْ بِآيَةٍ قَالُوا لَوْلَا اجْتَبَيْتَهَا ۚ قُلْ إِنَّمَا أَتَّبِعُ مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ مِنْ رَبِّي ۚ هَٰذَا بَصَائِرُ مِنْ رَبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Qur’an kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu buat ayat sendiri?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Qur’an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan RAHMAT bagi orang-orang yang BERIMAN."

QS. Al-Nahl[16]: 89
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta RAHMAT dan kabar gembira bagi orang-orang yang BERSERAH DIRI.

Siapa pun Mukminnya, jika berpegang teguh pada Qur’an—memahami dan mengamalkannya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam rahmat-Nya. Sebaliknya yang mengingkari, itu disebut sebagai berputus asa dari rahmat-Nya.

QS. Al-Nisa’[4]: 175
فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada Al Qur’an pasti Allah akan memasukkan mereka ke dalam RAHMAT YANG BESAR dari-Nya dan limpahan karunia-Nya. Serta MENUNJUKI mereka kepada JALAN YANG LURUS (untuk sampai) kepada-Nya.

QS. Al-Ankabut[29]: 23
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَلِقَائِهِ أُولَٰئِكَ يَئِسُوا مِنْ رَحْمَتِي وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan-Nya, mereka PUTUS ASA DARI RAHMAT-KU. Dan mereka itu mendapat azab yang pedih.

Seandainya bukan karena karunia dan rahmat-Nya (Al Qur’an), pasti umat ini akan mengikuti setan (QS.4:83, 113). Siapa pun yang berpaling dari Qur’an, memang akan disesatkan setan, menyangka dapat hidayah padahal bukan (QS.43:36-37).

Bentuk kasih yang paling jelas, itu adalah mengutamakan orang lain meskipun dirinya sendiri aslinya butuh. Digambarkan oleh ayat berikut.

QS. Al-Hasyr[59]: 9 – 10
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) mencintai orang yang datang itu (Muhajirin). Mereka (Anshor) tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). Mereka MENGUTAMAKAN (orang-orang Muhajirin), SEKALIPUN MEREKA SENDIRI MEMBUTUHKAN. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang BERUNTUNG.

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami. Beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu. JANGANLAH ENGKAU MEMBIARKAN KEDENGKIAN DALAM HATI KAMI terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb Kami. Sesungguhnya Engkau Maha BAIK lagi Maha PENYAYANG."

Maka, orang yang berkelimpahan kasih itu, akan selalu memberi, berbagi, dan berkontribusi dalam hidup dan kehidupan ini. Yang kuat ilmunya, akan berbagi dengan ilmunya. Yang kuat hartanya, akan memberi dengan hartanya. Yang kuat tenaganya, akan berkontribusi dengan tenaganya. Itulah orang-orang yang menang!

QS. Al-Tawbah[9]: 88
لَٰكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, mereka BERJUANG dengan HARTA dan NYAWA mereka. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh KEBAIKAN, dan mereka itulah orang-orang yang MENANG.

Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam bishshowaab…

*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’, dll.

Rabu, 19 Agustus 2020

TOLOK UKUR ISLAM


—Saiful Islam*—

“Sesungguhnya orang-orang yang MEMECAH BELAH AGAMA-NYA dan mereka MENJADI BERGOLONGAN, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu kepada mereka…” QS.6:159

Bahasan berikutnya tema Qur’an Inspirasi Literasi, ini adalah Qur’an berfungsi sebagai furqoon. Biasanya diartikan dengan pembeda antara yang benar dan salah.

Disebutkan dalam Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an. Kata al-farq itu dekat artinya dengan al-falq. Tetapi al-falq berarti memecah. Sedangkan al-farq berarti menceraikan atau memisah. Al-firq itu sempalan. Al-firqoh li al-jamaa’ah, berarti sekelompok orang yang memisahkan diri dari mayoritas. Misalnya QS.26:63; QS.3:78; QS.2:87; QS.42:7; QS.23:109; QS.19:73 dan QS.2:85, 146.

QS. Ali Imran[3]: 78
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Sesungguhnya diantara mereka ada SEKELOMPOK yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab. Padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Itu dari sisi Allah.” Padahal bukan dari sisi Allah. Mereka berdusta atas nama Allah sedang mereka mengetahui.

QS. Al-Mukminun[23]: 109
إِنَّهُ كَانَ فَرِيقٌ مِنْ عِبَادِي يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
Sesungguhnya, ada SEGOLONGAN dari hamba-hamba-Ku berdoa (di dunia): "Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman. Maka ampunilah Kami dan berilah Kami rahmat dan Engkau adalah pemberi rahmat yang paling baik.

Sedangkan menurut Lisan al-Arab, kata al-farq itu berarti lawan kata berkumpul. Yakni bercerai atau berpisah.

QS.17:106 yakni di dalamnya Kami menjelaskan hukum-hukum sekaligus merincinya satu persatu. Menurut satu pendapat, farroqnaahu, berarti Kami menurunkan ayat-ayat Qur’an itu terpisah-pisah.

QS. Al-Isra’[17]: 106
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
Al Qur’an itu telah Kami turunkan dengan BERANGSUR-ANGSUR agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia. Dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.

Kata al-tafriiq, itu asalnya berarti untuk memperbanyak. Biasanya diterapkan untuk memburaikan barang-barang yang terkumpul dan untuk merinci atau mendetailkan kalimat. Misalnya QS.2:102 dan QS.20:94.

Adapun al-tafriiq pada QS.2:285 dan QS.2:136, yang terkait dengan kata ahad (salah satu orang), bisa berarti plural dalam kalimat negatif. Rasul dan orang beriman berkata: "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari para Rasul-Nya.”

Sedangkan kata al-furqoon itu lebih dalam maknanya atau lebih mengena daripada al-farq. Karena al-furqoon itu bisa diterapkan untuk memisahkan antara yang benar dan yang salah.

Frase yawm al-furqoon pada QS.8:41 artinya suatu hari yang pada saat itu dipisahkan antara yang benar dan yang salah, antara yang benar-benar argumentasi (al-hujjah) dan yang syubhat (samar). Susunan kata yawm al-furqoon pada QS.8:41 yang dimaksud adalah hari Badar (perang Badar). Itulah pertama kalinya hari ketika dibedakan antara yang benar dan yang salah.

Kata furqoonan pada QS.8:29 artinya adalah Allah memberi cahaya dan petunjuk kepada akal dan hatimu yang bisa membedakan antara yang benar dan yang salah.

QS. Al-Anfal[8]: 29
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Hai orang-orang beriman. Jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu FURQOON. Dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampunimu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.

Al-furqoon adalah firman Allah. Karena firman Allah itu membedakan antara yang benar dan yang salah dalam keyakinan atau akidah (al-i’tiqood); Antara yang jujur (benar) dan yang dusta dalam ucapan; Antara yang al-mashoolih (perbaikan) dan yang jahat atau membinasakan dalam perbuatan.

Al-furqoon (firman Allah) itu semua ada dalam Al Qur’an, Taurat dan Injil. Seperti disebut QS.2:53; QS.21:48; QS.25:1 dan QS.2:185.

QS. Al-Baqarah[2]: 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ
Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta PEMBEDA (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.

Khusus kata al-furqoon, itu terulang sebanyak 6 kali di dalam Qur’an. Yaitu QS.2:53, 185; QS.3:4; QS.8:41; QS.21:48; dan QS.25:1. Sedangkan kata furqoonan, itu hanya pada QS.8:29 saja.

QS. Al-Baqarah[2]: 53
وَإِذْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan KETERANGAN YANG MEMBEDAKAN ANTARA YANG BENAR DAN YANG SALAH, agar kamu mendapat petunjuk.

QS. Al-Furqon[25]: 1
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Qur’an) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.

Jadi, kalimat ini bisa menjadi kesimpulan. Al-furqoon adalah firman Allah. Karena firman Allah itu membedakan antara yang benar dan yang salah dalam keyakinan atau akidah (al-i’tiqood); Antara yang jujur (benar) dan yang dusta dalam ucapan; Antara yang al-mashoolih (perbaikan) dan yang jahat atau membinasakan dalam perbuatan.

Dan al-furqoon itu ada dalam semua Kitab Suci. Seperti Shuhuf Ibrahin, Zabur, Taurat, Injil, dan Al Qur’an. Sehingga ketika seseorang berprinsip dengan Qur’an, dan mengukur semua doktrin Islam dengan Qur’an, maka akan tampak jelas antara yang salah dan yang benar. Baik itu pikiran, sikap, ucapan sampai perbuatan. Mulai dari ibadah sampai muamalah. Mulai urusan ritual, sampai sosial.

Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam bishshowaab…

*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’, dll.


AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...