—Saiful Islam*—
“Sesungguhnya telah Kami buatkan
bagi manusia dalam Al Qur’an ini setiap macam PERUMPAMAAN supaya mereka dapat PELAJARAN…”
QS.39:27
Kalau kita belajar Ulumul Qur’an,
salah satu babnya, itu membahas tentang perumpamaan. Tentang permisalan.
Tentang penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Menjelaskan atau
menceritakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang biasanya berupa
penggambaran. Deskripsi.
Ilmu tersebut adalah Amtsaal
al-Qur’aan.
Kalau pelajaran Sastra Indonesia, salah
satunya bisa diumpamakan seperti pelajaran Majas. Seperti ungkapan seseorang
pada kekasihnya, “Wajahmu adalah bulan purnama. Saat berkedip, matamu seperti
bintang.” Tentu untuk memahaminya, orang perlu punya rasa Sastra. Bukan hanya
Matematika.
Saya termasuk penyuka Sastra.
Skripsi saya dulu membahas satu Hadis dengan pendekatan teori Sastra Arab. Saya
rasa ada kemiripan-kemiripan antara Sastra Arab, Sastra Indonesia, dan Sastra
Inggris, terutama soal penyerupaan atau pemisalan ini. Intinya, menyebut kata
tertentu tetapi yang dimaksud justru bukan kata itu.
Tujuan perumpamaan itu, biasanya
untuk memberi kesan yang lebih mengena. Atau memberi gambaran yang lebih konkret
dan sederhana, sehingga mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Atau di
dalam penggambaran tersebut, ada sebuah sifat dan keadaan yang mengandung makna
yang sangat dalam.
Kata al-mutsuul, itu asalnya
berarti berdiri tegak lurus. Yakni sejajar. Adapun al-muwatstsal itu
artinya adalah sesuatu yang digambarkan sesuai dengan kadar (kualitas dan
kapabilitas) sesuatu yang lainnya. Jadi jika dikatakan “matsal al-syay’,”
maka itu artinya sesuatu itu menjadi setara dan tergambar (berbentuk).
Al-Timtsaal, itu berarti
sesuatu yang tergambar (terbentuk). Begitu juga kata kerja tamatstsala,
artinya sama. Yakni menjadi berupa, tergambar, atau terbentuk. Misalnya seperti
disebut oleh QS.19:17.
Sedangkan al-matsal, itu
untuk menyebut suatu ungkapan yang menyerupai ungkapan yang lain, di antara
kedua ungkapan tersebut ada sesuatu yang diserupakan. Tujuannya supaya ungkapan
yang satu menjelaskan dan menggambarkan ungkapan yang lain tersebut. Allah
memang membuat perumpaan itu (QS.59:21). Penting juga untuk ditinjau QS.29:43.
QS. Al-Hasyr[59]: 21
لَوْ أَنْزَلْنَا هَٰذَا
الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ
اللَّهِ ۚ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا
لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Kalau sekiranya Kami turunkan Al
Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah
belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN ITU
KAMI BUAT untuk manusia SUPAYA MEREKA BERFIKIR.
QS. Al-Ankabut[29]: 43
وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ
نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ ۖ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ
Dan PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN ini
Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya KECUALI orang-orang yang
BERILMU.
Disebutkan dalam Al-Mufradat fi
Gharib al-Qur’an bahwa al-matsal itu bisa bermakna dua. Pertama
bermakna al-mitsl. Sebagian berpendapat bahwa baik al-matsl
maupun al-mitsl itu untuk mensifati sesuatu. Seperti, “Matsal
al-jannah allatiy wu’ida al-muttaquun,” QS.13:35.
QS. Al-Ra’ad[13]: 35
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي
وُعِدَ الْمُتَّقُونَ ۖ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ أُكُلُهَا دَائِمٌ وَظِلُّهَا ۚ تِلْكَ عُقْبَى الَّذِينَ اتَّقَوْا ۖ وَعُقْبَى الْكَافِرِينَ النَّارُ
PERUMPAMAAN (gambaran) surga yang
dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir
sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian
pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat
kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.
Kedua, kata al-matsal
itu untuk menunjuk keserupaan makna dengan makna yang lain. Ada perbandingan di
sini. Sebuah kata-kata paling umum yang digunakan untuk penyerupaan itu. Karena
itu, Allah menyebut dalam QS.42:11 (laysa kamitslihi syay’). Menurut
satu pendapat, huruf ‘kaaf’ digandeng dengan kata mitsl, itu
untuk penguat. Maknanya, “Sungguh Allah itu tidak bisa digambarkan dengan apa
pun.”
Kata al-matsal pada QS.16:60
itu bermakna sifat. Yakni sifat hina bagi orang kafir. Dan sifat Maha Agung
bagi Allah. Dan Allah melarang diri-Nya diserupakan dengan sesuatu (QS.16:74).
Kata al-matsal pada QS.62:5
itu berarti kebodohan mereka (karena tidak mau memahami dengan rendah hati)
terhadap kandungan hakikat Taurat, itu seperti bodohnya keledai yang tidak akan
pernah bisa memahami tumpukan buku yang ada di punggungnya.
QS. Al-Jumu’ah[62]: 5
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا
التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا ۚ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ
كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
PERUMPAMAAN orang-orang yang
dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai
yang membawa buku-buku yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan
ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang aniaya.
Kata matsal pada QS.7:176, Allah
membuat perumpamaan seseorang yang selalu mengikuti hawa nafsurnya, itu seperti
anjing yang selalu menjulurkan lidahnya.
Paling tidak, perumpamaan dalam
Qur’an itu dibagi menjadi dua. Pertama, perumpaan yang jelas terdapat
kata matsal. Seperti QS.2:17-20 dan lain-lain. Kedua, perumpaan
terselubung. Yakni perumpamaan tanpa menggunakan kata matsal. Misalnya
pada QS.17:29 dan lain-lain.
QS. Al-Isra’[17]: 29
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ
مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ
مَلُومًا مَحْسُورًا
Janganlah kamu jadikan tanganmu
terbelenggu pada lehermu. Dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya. Karena itu
kamu menjadi tercela dan menyesal.
Kata matsal dan derivasinya,
ini termasuk kata yang cukup banyak diulang dalam Al Qur’an. Sampai ratusan
kali. Pada intinya bertujuan supaya manusia memikirkan dan memahaminya
(QS.59:21). Lantas mencontoh sifat yang digambarkan baik, dan tidak meniru
sifat perumpaan yang buruk. Berikut beberapa contohnya.
QS. Al-Baqarah[2]: 261
مَثَلُ الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ
سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
PERUMPAMAAN orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir, ada seratus biji. Allah melipat
gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui.
QS. Al-Ra’ad[13]: 6
وَيَسْتَعْجِلُونَكَ
بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ وَقَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمُ الْمَثُلَاتُ ۗ وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ
لِلنَّاسِ عَلَىٰ ظُلْمِهِمْ ۖ وَإِنَّ رَبَّكَ لَشَدِيدُ الْعِقَابِ
Mereka meminta kepadamu supaya
disegerakan (datangnya) siksa, sebelum (mereka meminta) kebaikan. Padahal telah
terjadi BERMACAM-MACAM CONTOH siksa sebelum mereka. Sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia atas kezaliman mereka.
Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat keras siksanya.
QS. Thaha[20]: 104
نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا
يَقُولُونَ إِذْ يَقُولُ أَمْثَلُهُمْ طَرِيقَةً إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا يَوْمًا
Kami lebih mengetahui apa yang
mereka katakan, ketika berkata orang YANG PALING LURUS JALANNYA di antara
mereka: "Kamu tidak berdiam (di dunia), melainkan hanyalah sehari saja.”
Semoga bermanfaat. Walloohu
a’lam bishshowaab…
*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar