—Saiful Islam*—
“Al Qur’an itu adalah sesuatu yang
membuat seseorang ingat kepada sesuatu yang lain…”
Dzikr, termasuk
kata yang derivasinya cukup banyak diulang dalam Al Qur’an. Ratusan kali.
Tampaknya menunjukkan kepada kita betapa pentingnya kata al-dzikr ini.
Telinga kita juga tidak asing lagi
mendengar kata dzikr itu. Yang sudah diserap oleh Bahasa Indonesia:
zikir. Yang diartikan sebagai 1) Puji-pujian kepada Allah yang diucapkan
berulang-ulang; 2) Doa atau puji-pujian berlagu (dilakukan pada perayaan Maulid
Nabi); 3) Perbuatan mengucapkan zikir. Kata kerjanya berzikir: mengucapkan
zikir; mengingat dan menyebut berulang-ulang nama dan keagungan Allah.
Sudah benarkah definisi Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) di atas itu? Bagaimana makna dzikr menurut Qur’an?
Sudah sesuai Qur’an kah praktek dzikr kita, umat Islam? Apa sebenarnya
yang dimaksud dzikr dengan Qur’an?
Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an bercerita
begini. Kata al-dzikr bisa diartikan sebagai sebuah keadaan jiwa yang
memungkinkan seseorang untuk bisa menjaga ilmu yang ia simpan. Seperti al-hifzh.
Hanya saja al-hifzh itu lebih ke penjagaannya. Atau pemeliharaannya.
Sedangkan al-dzikr itu lebih ke menghadirkannya. Jadi tujuan dzikr,
itu lebih ke menghadirkan sesuatu yang pernah diingat.
Bisa juga al-dzikr itu
artinya untuk hadirnya sesuatu di otak atau ucapan. Karenanya disebutkan bahwa al-dzikr
itu ada dua: dzikr dengan akal dan dzikr dengan lisan. Baik dzikr
dengan akal, maupun dzikr dengan lisan, itu bisa dua bentuk (tujuan).
Yaitu pertama, dzikr dari lupa, yakni untuk mengingat. Kedua, dzikr
yang bukan dari lupa, tetapi untuk meneruskan penjagaan (idaamah al-hifzh).
Setiap ucapan, itu disebut dzikr.
Masih menurut Al-Mufradat. Dzikr
dengan lisan, itu seperti disebut oleh QS.21:10.
QS. Al-Anbiya’[21]: 10
لَقَدْ أَنْزَلْنَا
إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya telah Kami turunkan
kepadamu sebuah kitab yang di dalamnya membuatmu DIPERBINCANGKAN OLEH ORANG.
Maka apakah kamu tiada memahaminya?
Kata dzikr pada QS.21:24, 50
dan QS.38:8, yang dimaksud adalah Al Qur’an.
QS. Al-Anbiya’[21]: 24 & 50
أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ
دُونِهِ آلِهَةً ۖ قُلْ هَاتُوا
بُرْهَانَكُمْ ۖ هَٰذَا ذِكْرُ مَنْ مَعِيَ وَذِكْرُ مَنْ
قَبْلِي ۗ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ الْحَقَّ
ۖ فَهُمْ مُعْرِضُونَ
24. Apakah mereka mengambil
tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah: "Unjukkanlah hujjahmu! (AL QUR’AN) INI
ADALAH DZIKR (PENGINGAT) bagi orang-orang yang bersamaku, dan
peringatan bagi orang-orang yang sebelumku.” Sebenarnya kebanyakan mereka tiada
mengetahui yang hak, karena itu mereka berpaling.
وَهَٰذَا ذِكْرٌ مُبَارَكٌ
أَنْزَلْنَاهُ ۚ أَفَأَنْتُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ
50. Dan AL QUR’AN INI ADALAH DZIKR
(PERINGATAN) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakah
kamu mengingkarinya?
QS. Shad[38]: 8
أَأُنْزِلَ عَلَيْهِ
الذِّكْرُ مِنْ بَيْنِنَا ۚ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْ ذِكْرِي ۖ بَلْ لَمَّا يَذُوقُوا عَذَابِ
“Mengapa AL-DZIKR (AL QUR’AN) itu
diturunkan kepadanya di antara kita?" Sebenarnya mereka ragu-ragu terhadap
AL QUR’AN-KU, dan sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku.
Kata dzikr pada QS.38:1 dan
QS.43:44, yang dimaksud adalah kemuliaan bagimu dan kaummu.
QS. Al-Zukhruf[43]: 43-44
فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي
أُوحِيَ إِلَيْكَ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ
43. Maka BERPEGANG TEGUHLAH kamu
kepada AGAMA YANG TELAH DIWAHYUKAN KEPADAMU. Sesungguhnya kamu berada di atas
JALAN YANG LURUS.
وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ
وَلِقَوْمِكَ ۖ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ
44. Sesungguhnya AL QUR’AN ITU
BENAR-BENAR ADALAH DZIKR (suatu kemuliaan besar) bagimu dan
bagi kaummu. Dan KELAK KALIAN AKAN DIMINTA PERTANGGUNGAN JAWAB.
Kata dzikr pada QS.16:43,
maksudnya adalah kitab-kitab terdahulu (seperti Zabur, Taurat, dan Injil).
Kata dzikr pada QS.65:10-11,
itu menurut satu pendapat artinya adalah sifat untuk Nabi SAW. Sebagaimana kata
dzikr tersebut sebagai sifat untuk Nabi Isa AS, dimana kedatangannya
sudah disebutkan dalam kitab-kitab terdahulu. Maka kata ‘rosuulan;
utusan’ pada ayat itu, menjadi pengganti (badal) kata dzikr tersebut.
Dan menurut yang lain, kata ‘rosuulan’ pada QS.65:11 di atas, itu menjadi
sifat kata dzikr pada QS.65:10.
Adapun dzikr dari lupa,
yakni mengingat, itu seperti disebut oleh QS.18:63.
QS. Al-Kahf[18]: 63
قَالَ أَرَأَيْتَ إِذْ
أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلَّا
الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ ۚ وَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ عَجَبًا
Pelayan Musa menjawab:
"Tahukah kau tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi. Sungguh
aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu. Tidak ada yang melupakan aku untuk
MENGINGATNYA kecuali setan. Dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara
yang mengherankan.”
Sedangkan dzikr dengan akal
dan lisan secara bersamaan, itu seperti yang teradapat pada QS.2:200.
QS. Al-Baqarah[2]: 200
فَإِذَا قَضَيْتُمْ
مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا ۗ
Apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah hajimu, maka BERZIKIRLAH KEPADA ALLAH, sebagaimana zikirmu kepada nenek
moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu.
Kata dzikr pada QS.2:198 dan
QS.21:105 yang dimaksud yakni setelah kitab terdahulu.
Kata dzikr pada QS.76:1
maksudnya adalah belum ada. Meskipun dalam sudut pandang ilmu Allah, sudah ada.
Kata dzikr pada QS.19:67
yang dimaksud yakni apakah penentang itu tidak ingat akan awal penciptaannya,
yang ia lantas menjadi sadar. Seperti itu juga apa yang disebut oleh QS.36:79
dan QS.30:28.
Al-dzikroo berarti
banyak dzikr-nya. Seperti disebutkan pada QS.38:43 dan QS.51:55.
QS. Shad[38]: 43
وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ
وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنَّا وَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Kami anugerahi Ayyub (dengan
mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak
mereka pula, sebagai rahmat dari Kami dan SEBAGAI PELAJARAN bagi orang-orang
yang mempunyai PIKIRAN.
QS. Al-Dzariyat[51]: 55
وَذَكِّرْ فَإِنَّ
الذِّكْرَىٰ تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan TETAP INGATKANLAH MEREKA
(DENGAN QUR’AN). Karena sesungguhnya PERINGATAN itu bermanfaat bagi orang-orang
yang beriman.
Sedangkan al-tadzkiroh
artinya adalah sesuatu yang membuat ingat terhadap sesuatu yang lain. Kata ini
lebih umum daripada petunjuk (dalaalah) dan tanda penunjuk (amaaroh).
Seperti pada QS.74:49 dan QS.80:11. Yang dimaksud al-tadzkiroh di sini
adalah Al Qur’an.
QS. Abasa[80]: 11-12
كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ
11. Sekali-kali jangan (demikian)!
Sesungguhnya AJARAN-AJARAN TUHAN (AL QUR’AN) ITU ADALAH SUATU PENGINGAT.
فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ
12. Maka barangsiapa yang
menghendaki, tentulah ia MENGINGATNYA.
Begitu dulu. Analisisnya di
belakang. Insya Allah.
Semoga bermanfaat. Walloohu
a’lam bishshowaab…
*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar