Senin, 24 Agustus 2020

WELAS ASIH NABI


—Saiful Islam*—

“Mengutamakan orang lain, meskipun aslinya dirinya sendiri butuh…”

Pernah ketika sama sekali belum mengenal Bahasa Arab, saya ditanya oleh seorang tokoh. “Katanya kamu bisa menulis huruf Arab. Menulis apa?”

Bismillaahirrohmaanirrohiim!” jawab saya waktu itu. Artinya pun mayoritas umat Islam sudah hafal: dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Itu kalimat luar biasa. Kali ini kita akan mencoba memahaminya. Dan berharap kepada Allah dimampukan mengamalkannya.

Kata al-rohmaan, dalam Qur’an terulang sebanyak 57 kali. Kata al-rohiim sebanyak 95 kali. Kata rohiiman sebanyak 20 kali. Kata rahmat-Ku (rohmatiy) 2 kali. Kata rahmat-Nya sebanyak 25 kali. Rahmat Kami 5 kali. Kata rohmatan terulang sebanyak 79 kali. Dan seterusnya. Termasuk kata yang banyak diulang, tampaknya menunjukkan betapa pentingnya kata tersebut.

Kata al-rohim, itu awalnya berarti rahimnya perempuan. Kata ini kemudian dipinjam untuk arti dekat. Karena semua manusia itu keluar dari rahim.

Sedangkan al-rohmah, masih menurut Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, itu berarti kasih atau keramahan yang memberi kebaikan pada orang lain yang dikasihi.

Kata al-rohmah, kadang berarti kasih atau kerahaman itu sendiri. Dan kadang berarti kebaikan yang berasal dari kasih itu.

Ada riwayat bahwa al-rohmah dari Allah itu memberi kenikmatan dan kemuliaan. Sedangkan al-rohmah antara sesama manusia itu kerahaman dan belas kasih (welas asih).

Sedangkan Lisan al-Arab, melukiskan begini. Al-rohmah itu berarti keramahan dan belas kasih. Al-marhamah artinya juga sama seperti itu. Al-rohmah juga bisa berarti ampunan.

Firman Allah pada QS.7:203 dalam mensifati Qur’an sebagai rahmat, itu berarti Qur’an mengandung kasih. Nabi adalah kasih bagi Mukminin (QS.9:61), itu karena beliau menjadi sebab mereka menjadi beriman.

Allah itu memang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Maha Baik. Maha Penerima taubat dan penyesalan semua hamba-Nya. Serta Maha Pengampun. Misalnya diceritakan oleh QS.2 ayat 142, 160 dan ayat 199. Allah telah menetapkan kasih sayang itu pada diri-Nya (QS.6:12 dan 54). Lantas ‘menular’ ke seluruh makhluk-Nya, termasuk manusia (QS.3:159).

QS. Ali Imran[3]: 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka DISEBABKAN RAHMAT DARI ALLAH-LAH kamu berlaku LEMAH LEMBUT (RAMAH) terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Pengutusan Nabi Muhammad pun, itu tidak ada lain kecuali untuk kasih bagi semesta alam. Disebut oleh QS.21:107. Apalagi untuk Kaum Mukminin (QS.9:61).

QS. Al-Anbiya’[21]: 107
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan UNTUK (MENJADI) RAHMAT BAGI SEMESTA ALAM.

Bahkan Qur’an sendiri diturunkan itu berfungsi sebagai kasih. Misalnya tercantum dalam QS.7:52, 203; QS.6:167; QS.16:89; QS.10:57; QS.12:111; QS.16:64; QS.17:82; QS.29:51; QS.31:3; dan QS.27:77.

QS. Al-A’raf[7]: 203
وَإِذَا لَمْ تَأْتِهِمْ بِآيَةٍ قَالُوا لَوْلَا اجْتَبَيْتَهَا ۚ قُلْ إِنَّمَا أَتَّبِعُ مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ مِنْ رَبِّي ۚ هَٰذَا بَصَائِرُ مِنْ رَبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Qur’an kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu buat ayat sendiri?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Qur’an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan RAHMAT bagi orang-orang yang BERIMAN."

QS. Al-Nahl[16]: 89
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta RAHMAT dan kabar gembira bagi orang-orang yang BERSERAH DIRI.

Siapa pun Mukminnya, jika berpegang teguh pada Qur’an—memahami dan mengamalkannya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam rahmat-Nya. Sebaliknya yang mengingkari, itu disebut sebagai berputus asa dari rahmat-Nya.

QS. Al-Nisa’[4]: 175
فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada Al Qur’an pasti Allah akan memasukkan mereka ke dalam RAHMAT YANG BESAR dari-Nya dan limpahan karunia-Nya. Serta MENUNJUKI mereka kepada JALAN YANG LURUS (untuk sampai) kepada-Nya.

QS. Al-Ankabut[29]: 23
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَلِقَائِهِ أُولَٰئِكَ يَئِسُوا مِنْ رَحْمَتِي وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan-Nya, mereka PUTUS ASA DARI RAHMAT-KU. Dan mereka itu mendapat azab yang pedih.

Seandainya bukan karena karunia dan rahmat-Nya (Al Qur’an), pasti umat ini akan mengikuti setan (QS.4:83, 113). Siapa pun yang berpaling dari Qur’an, memang akan disesatkan setan, menyangka dapat hidayah padahal bukan (QS.43:36-37).

Bentuk kasih yang paling jelas, itu adalah mengutamakan orang lain meskipun dirinya sendiri aslinya butuh. Digambarkan oleh ayat berikut.

QS. Al-Hasyr[59]: 9 – 10
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) mencintai orang yang datang itu (Muhajirin). Mereka (Anshor) tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). Mereka MENGUTAMAKAN (orang-orang Muhajirin), SEKALIPUN MEREKA SENDIRI MEMBUTUHKAN. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang BERUNTUNG.

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami. Beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu. JANGANLAH ENGKAU MEMBIARKAN KEDENGKIAN DALAM HATI KAMI terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb Kami. Sesungguhnya Engkau Maha BAIK lagi Maha PENYAYANG."

Maka, orang yang berkelimpahan kasih itu, akan selalu memberi, berbagi, dan berkontribusi dalam hidup dan kehidupan ini. Yang kuat ilmunya, akan berbagi dengan ilmunya. Yang kuat hartanya, akan memberi dengan hartanya. Yang kuat tenaganya, akan berkontribusi dengan tenaganya. Itulah orang-orang yang menang!

QS. Al-Tawbah[9]: 88
لَٰكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, mereka BERJUANG dengan HARTA dan NYAWA mereka. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh KEBAIKAN, dan mereka itulah orang-orang yang MENANG.

Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam bishshowaab…

*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...