—Saiful Islam*—
“Meski begitu, Qur’an bukan karya
Sastra layaknya novel dan syair…”
Kalau sedang tidak menulis sebuah
tema tertentu, saya menikmati karya Sastra. Biasanya, novel. Meskipun karya
fiksi, karya Sastra semacam novel, itu bisa jadi sangat bergizi bagi psikis
kita dengan penyajian yang renyah dan indah. Indonesia pernah punya tokoh
inspiratif yang punya karya Tafsir (Tafsir al-Azhar) dan karya Sastra.
Yang sudah saya hatamkan berjudul Tenggelamnya Kapal van der Wijck.
Namanya kerap dipanggil dengan sebutan Hamka.
Terkait tema QUR’AN INSPIRASI
LITERASI, penting untuk disampaikan ini. Setiap ucapan atau tulisan, secara garis
besar itu bisa dikategorikan dua macam. Yaitu karya fiksi dan karya non fiksi.
Gampangnya fiksi itu cerita rekaan atau khayalan. Sedangkan non fiksi,
sebaliknya. Yaitu sifatnya berdasar fakta dan kenyataan.
Meskipun, bisa saja cerita fiksi,
inspirasinya dari fakta dan kenyataan. Makanya muncul istilah ketiga: faksi.
Yakni cerita fiksi yang terinpirasi oleh kenyataan dan fakta sehari-hari.
Memang hampir semua karya fiksi, itu adalah cerita. Sebuah narasi yang hampir
seluruhnya ditulis dengan kalimat deskripsi. Jadi lebih ke menunjukkan dan
menggambarkan.
Contoh-contoh karya fiksi antara
lain yang dekat dengan kita misalnya lagu, dongeng, cerita pendek (cerpen),
novel, syair, puisi, dan film. Semua karya-karya itu, harus kita anggap sebagai
fiksi. Meskipun faksi, sekali pun, tetapi itu adalah fiktif. Dan kalau kita
amati semua karya-karya Sastra itu adalah cerita. Yang digambarkan secara
deskriptif. Kalimatnya lebih ke narasi dan deskripsi. Bukan argumentasi.
Nah, tulisan yang lalu, sudah saya
tunjukkan bahwa Qur’an pun menggunakan kalimat-kalimat penggambaran itu.
Kalimat deskripsi. Tetapi ingat, jangan sampai Qur’an disebut sebagai buku
fiksi. Jangan terjebak, menyamakan deskripsi Qur’an yang non fiksi (ilmiah) itu
dengan deskripsi karya Sastra yang fiksi.
Memang tidak ada salahnya kita
belajar Sastra Arab. Bahkan bagus sekali. Tetapi jangan terjebak mau mengoreksi
Qur’an dengan teori Sastra. Jangan terjebak mengatakan bahwa Qur’an adalah buku
Sastra. Pernah terjadi, Qur’an disebut fiksi. Alamak! Padahal tujuan permisalan
atau penggambaran Qur’an, itu supaya makna yang sangat dalam bisa dipahami
dengan mudah. Berikut lagi beberapa contoh ayat-ayat Qur’an.
QS. Al-Baqarah[2]: 187 & 223
هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ
وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ ۗ
187. Istrimu itu adalah PAKAIAN bagimu,
dan kamu pun adalah pakaian baginya.
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ
فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ ۖ
223. Istrimu adalah (seperti) SAWAH
LADANGMU. Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki.
QS. Ibrahim[14]: 24 – 25
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ
اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ
وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
24. Tdakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, itu SEPERTI POHON
YANG BAIK. Akarnya kokoh dan cabangnya (menjulang) ke langit.
ؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ
حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
25. Pohon itu MEMBERIKAN BUAHNYA
pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
QS. Al-Rahman[55]: 24
وَلَهُ الْجَوَارِ
الْمُنْشَآتُ فِي الْبَحْرِ كَالْأَعْلَامِ
Dan kepunyaan-Nya lah kapal-kapal
yang tinggi layarnya di lautan laksana GUNUNG-GUNUNG.
QS. Shaff[61]: 4
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
Sesungguhnya Allah menyukai orang
yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka suatu BANGUNAN
YANG TERSUSUN KOKOH.
QS. Al-Haqqah[69]: 7
سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ
سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَىٰ
كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ
Yang Allah menimpakan angin itu
kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus. Maka kamu
lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka TUNGGUL
POHON KURMA YANG LAPUK.
QS. Naba’[78]: 10
وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ
لِبَاسًا
Dan Kami jadikan malam bagimu
SEBAGAI PAKAIAN.
QS. Al-Fil[105]: 5
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ
مَأْكُولٍ
Lalu Dia menjadikan mereka seperti DAUN-DAUN
YANG DIMAKAN (ULAT).
QS. Al-Qolam[68]: 20
فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ
Maka jadilah kebun itu hitam seperti
MALAM YANG GELAP GULITA.
QS. Al-Muddatstsir[74]: 50
كَأَنَّهُمْ حُمُرٌ
مُسْتَنْفِرَةٌ
Seakan-akan mereka itu KELEDAI LIAR
YANG LARI TERKEJUT.
Dari ayat-ayat di atas, kita bisa
saksikan sendiri. Allah pun menggunakan ungkapan-ungkapan deskriptif itu.
Sebagaimana banyak karya Sastra, juga menggunakan kalimat-kalimat deskripsi.
Tak berlebihan rasanya kita sebut, Qur’an inspirasi Sastra. Sungguh dengan cara
penggambaran seperti itu, Allah justru hendak mempermudah pemahaman orang awam.
Bukan mempersulit.
Dan meski begitu, Qur’an bukan buku
Sastra. Bukan karya Sastra layaknya novel. Bukan. Ia bukanlah dongeng dan
perkataan dukun sebagaimana tuduhan para rival Nabi. Juga bukan buku kumpulan
syair.
QS. Al Haqqah[69]: 40 – 42
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ
كَرِيمٍ
40. Sesungguhnya Al Qur’an itu
adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia.
وَمَا هُوَ بِقَوْلِ
شَاعِرٍ ۚ قَلِيلًا مَا تُؤْمِنُونَ
41. Dan Al Qur’an itu BUKANLAH
PERKATAAN SEORANG PENYAIR. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.
وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
42. Dan bukan pula perkataan tukang
tenung. Sedikit sekali kamu MENGAMBIL PELAJARAN darinya.
Tidak pernah ada dalam Al Qur’an
yang menyebutkan bahwa Qur’an adalah syair. Bahkan Allah menyebut bahwa Nabi
pun, itu tidak pantas bersyair (QS.36:69).
QS. Yasin[36]: 69
وَمَا عَلَّمْنَاهُ
الشِّعْرَ وَمَا يَنْبَغِي لَهُ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ
Dan KAMI TIDAK MENGAJARKAN SYAIR
KEPADANYA (Muhammad). Dan BERSYAIR ITU TIDAKLAH LAYAK BAGINYA. Al Qur’an itu
tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.
Semoga bermanfaat. Walloohu
a’lam bishshowaab…
*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar