—Saiful Islam*—
“Semuanya menunjuk kecerdasan akal,
sehingga mudah mengerti…”
Frase yang tak kalah apik lagi,
terkait temat Qur’an Inspirasi Literasi, ini adalah Ulil Abshor. Saking
menariknya, anak saya yang satunya lagi, saya beri nama Rayhan Ulil Abshor.
Susunan kata Ulil Abshor, itu secara sekilas artinya adalah yang memiliki
wawasan. Sang pemilik wawasan yang luas. Idhoofah tersebut memang
digunakan oleh Allah di dalam Al Qur’an.
Berdasar Al-Mufradat fi Gharib
al-Qur’an, begini. Kata al-bashor itu untuk menamai salah satu organ
tubuh manusia yang digunakan untuk melihat. Yakni mata. Seperti disebut oleh
QS.16:77 dan QS.33:10.
Kata al-bashor, itu juga
untuk menunjuk kekuatan yang ada di dalam mata. Dan dikatakan bahwa nama untuk
kekuatan akal yang cerdas, sehingga mudah mengerti, itu adalah bashiiroh
dan bashor. Seperti QS.50:22 dan QS.53:17.
Bentuk plural al-bashor
adalah abshoor. Dari kata inilah Ulil Abshor itu diambil. Sedangkan
bentuk plural al-bashiiroh adalah bashooir.
Menurut Lisan al-Arab, kata bashooir
pada ayat ‘Qod jaaakum bashooir min robbikum (QS.6:104),” itu artinya
adalah Al Qur’an. Sehingga terjemahnya, “Sungguh telah datang Al Qur’an dari
Tuhan kalian.” Karena Al Qur’an itu mengandung penjelasan-penjelasan dan
pengetahuan yang memperkaya wawasan. Yang memperhatikan Qur’an akan bermanfaat
bagi dirinya. Sebaliknya yang mencuekin Qur’an, akan berbahaya bagi dirinya.
Kata mubshiroh pada
QS.27:13, menurut Al-Zajjaj maknanya adalah yang terang atau jelas. Yakni yang
bisa dilihat, dipikirkan dan direnungkan. Menurut Al-Farra’, kata mubshiroh
itu artinya adalah yang menerangi (akal dan jiwa), sebagaimana QS.10:67.
Menurut Abu Ishaq, kata mubshiroh itu berarti menjelaskan sehingga
mereka mempunyai wawasan.
QS. Al-Naml[27]: 13
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ
آيَاتُنَا مُبْصِرَةً قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
Maka tatkala ayat-ayat Kami yang
JELAS itu sampai kepada mereka, berkatalah mereka: "Ini adalah sihir yang
nyata.”
Al-bashiiroh, juga menurut
Ibnu Manzhur berarti argumentasi. Juga bisa berarti meminta penjelasan detail.
Al-bashiiroh adalah
keyakinan hati. Menurut Al-Layts al-bashiiroh berarti nama keyakinan di
hati soal Agama Islam dan penelusuran hakikat sesuatu. Menurut satu pendapat al-bashiiroh
artinya kecerdasan. Orang Arab biasa berkata, “Allah membutakan bashooir-nya.”
Yakni kecerdasannya.
Dijumpai redaksi seperti “Wa
innahuu ladzuu bashor wa bashiiroh fi al-‘ibaadah.” Serta redaksi “Wa
innahuu labashiir bi al-asyyaa’.” Yang dimaksud adalah ia memiliki
pengetahuan dalam urusan tersebut. Jadi bashor, bashiiroh dan bashiir
di situ artinya memiliki ilmu pengetahuan.
Untuk firasat yang benar (semacam feeling
kalau Inggris-nya), itu disebut firoosah dzaat bashiiroh. Kata al-bashiiroh
juga berarti al-‘ibroh (proses mengambil pelajaran dari sesuatu dengan
menggunakan akal kecerdasan).
Jadi menurut bahasa, kata abshoor
yang bentuk plural dari bashor, atau pun bashooir yang merupakan
bentuk plural dari bashiiroh, itu lebih menunjuk ke aktivitas psikis
seseorang. Sesuatu yang terjadi di otak. Yakni memandang dengan akal. Melihat
dengan hati. Memandang dengan ilmu pengetahuan. Atau pengetahuan itu sendiri
yang ditangkap oleh akal kemudian menghasilkan pandangan. Alias wawasan.
Mata, itu berbeda dengan
penglihatan. Kalau mata menunjuk pada fisik organnya. Kalau penglihatan
menunjuk pada fungsinya. Mata, juga berbeda dengan pandangan atau wawasan.
Pandangan dan wawasan, itu juga menunjuk pada fungsi atau kemampuannya. Lebih
ke non fisiknya. Makanya ada istilah ‘mata batin’. Begitu juga, telinga bisa
dibedakan dengan pendengaran, dan akal dengan otak.
QS. Al-Nahl[16]: 78
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ
مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ
وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Lalu Dia memberi kamu PENDENGARAN,
PENGLIHATAN dan AKAL, agar kamu MENSYUKURINYA.
Mensyukurinya pada ayat di atas,
maksudnya adalah menggunakan pendengaran, penglihatan dan akal tersebut dengan
sebaik-baiknya. Mendayagunakannya.
Sehingga Ulil Abshor itu bisa
diartikan secara sederhana sebagai orang yang memiliki banyak wawasan. Atau
istilah yang lebih populer barang kali, sang pemilik wawasan yang luas. Frase
tersebut hanya 4 kali saja terulang dalam Al Qur’an (QS.3:13; QS.38:45; QS.59:2
dan QS.24:44). Sebagai berikut.
QS. Ali Imran[3]: 13
قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ
فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا ۖ فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَىٰ كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ
مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ ۚ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي
الْأَبْصَارِ
Sesungguhnya telah ada tanda bagi
kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di
jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat
(seakan-akan) orang-orang Muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan
dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat PELAJARAN bagi orang-orang yang MEMPUNYAI MATA HATI.
QS. Shad[38]: 45
وَاذْكُرْ عِبَادَنَا
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ
Dan ingatlah hamba-hamba Kami:
Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ILMU-ILMU
YANG TINGGI.
Jadi menurut QS.38:45 di atas, para
Rasul itu digambarkan sebagai pribadi-pribadi yang Ulil Abshor. Bukan hanya
kuat ingatannya, luas ilmu dan wawasannya, tetapi juga cerdas, bijaksana dan
berakhlak mulia. Salah satunya selalu mengingatkan manusia kepada negeri
akhirat (QS.38:46). Pandangan mereka seakan-akan tembus ke masa depan. Bisa
‘melihat’ sebuah kehidupan ‘di sana’, setelah kehidupan dunia yang di sini ini.
QS. Al-Hasyr[59]: 2
هُوَ الَّذِي أَخْرَجَ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِأَوَّلِ الْحَشْرِ ۚ مَا ظَنَنْتُمْ أَنْ يَخْرُجُوا ۖ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ
حُصُونُهُمْ مِنَ اللَّهِ فَأَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا ۖ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ ۚ يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُمْ بِأَيْدِيهِمْ
وَأَيْدِي الْمُؤْمِنِينَ فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ
Dia-lah yang mengeluarkan
orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat
pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan
mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari
(siksa) Allah. Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang
tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka.
Sehingga mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan
tangan orang-orang Mukmin. Maka AMBILLAH (kejadian itu) untuk MENJADI PELAJARAN,
wahai orang-orang yang MEMPUNYAI WAWASAN.
QS. Al-Nur[24]: 44
يُقَلِّبُ اللَّهُ
اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ
Allah mempergantikan malam dan
siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat PELAJARAN yang besar bagi
orang-orang yang MEMPUNYAI PENGLIHATAN.
Semoga bermanfaat. Walloohu
a’lam bishshowaab…
*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar