—Saiful Islam*—
“Mereka mendapat nasib sesuai
dengan apa yang mereka usahakan…” QS.2:202
Al Qur’an berfungsi sebagai maw’izhoh.
Umumnya diartikan pelajaran. Di depan sudah saya singgung sedikit, bahwa yang
namanya pelajaran itu memang harus dipahami. Misalnya disebut oleh QS.3:138.
QS. Ali Imran[3]: 138
هَٰذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ
وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
(Al Qur’an) ini adalah penerangan
bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta PELAJARAN bagi orang-orang yang
bertakwa.
Dari wa’azho, menurut Al-Mufradat
fi Gharib al-Qur’an, kata al-wa’zhu itu berarti teguran bersamaan
dengan menakuti. Menurut Al-Khalil, al-wa’zhu berarti pengingat kebaikan
yang bisa melembutkan hati (akal). Kata bendanya adalah al-‘izhoh dan al-maw’izhoh.
Ayat-ayatnya seperti QS.16:90; 34:46; 58:3; 10:57; 11:120; 3:138; 7:145; dan
QS.4:63.
QS. Al-Nahl[16]: 90
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat. Dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
PENGAJARAN kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
QS. Hud[11]: 120
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ
مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ
وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Semua kisah dari para Rasul Kami
ceritakan kepadamu, adalah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu. Dan
dalam surat ini (Al Qur’an) telah datang kepadamu kebenaran serta PENGAJARAN
dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.
Adapun menurut Lisan al-Arab,
kata al-wa’zh, al-‘zhoh, al-‘azhoh, dan al-maw’izhoh itu artinya
sama. Yaitu nasehat dan pengingat adanya akibat kebaikan. Menurut Ibnu Sidah
artinya adalah pengingat adanya konsekuensi baik buruk yang bisa melembutkan
hati dan akal manusia.
Jadi secara bahasa, maw’izhoh
itu berarti sebab akibat. Konsekuensi. Jika melakukan sebab kebaikan, maka
akibatnya (hasilnya) adalah kebaikan. Nasib baik. Sebaliknya jika melakukan
sebab keburukan, maka akibatnya adalah keburukan. Nasib buruk.
Khusus untuk kata al-maw’izhoh,
itu hanya terulang 9 kali dalam Al Qur’an. Yaitu QS.2:66, 275; QS.3:138;
QS.5:46; QS.7:145; QS.10:57; QS.11:120; QS.16:125 dan QS.24:34.
QS. Al-Nahl[16]: 125
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ
رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ
ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
AJAKLAH (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan Hikmah dan PELAJARAN YANG BAIK. Dan bantahlah mereka dengan
CARA YANG BAIK. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang LEBIH MENGETAHUI tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.
QS. Al-Baqarah[2]: 275
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ
الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ
مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا
الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ
فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ
النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Orang-orang yang makan (mengambil)
riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang diserang setan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya PELAJARAN (MAW’IZHOH) dari Tuhannya, lalu berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya.
QS. Al-Nur[24]: 34
وَلَقَدْ أَنْزَلْنَا
إِلَيْكُمْ آيَاتٍ مُبَيِّنَاتٍ وَمَثَلًا مِنَ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ
وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya KAMI TELAH MENURUNKAN
KEPADA KALIAN ayat-ayat yang memberi penerangan dan contoh-contoh dari
orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan PELAJARAN bagi orang-orang yang
bertakwa.
Dari ayat-ayat Qur’an itu pun, kita
bisa melihat hukum kausalitas yang menghasilkan konsekuensi itu. Dan
konsekuensi, itu tidak hanya terjadi di dunia saja. Artinya, akibatnya itu
sampai terjadi di akhirat. Iman dan amal saleh berbuah surga. Kufur dan berbuat
kerusakan akan berakibat neraka.
Jadi pertama, ada kausalitas
Al Qur’an. Jika begini, maka begitu. Ini sudah ketetapan-Nya. Sudah takdir-Nya.
Sebuah kepastian. Sunnatullah yang tidak akan pernah bisa menyimpang dan tidak
akan pernah bisa terganti (QS.35:43).
Secara umum, siapa yang berbuat
kebaikan, maka ia akan mendapat kebaikan. Siapa yang berbuat keburukan, maka
begitu pula yang akan ia dapatkan. Seperti disebut QS.99:8; QS.17:7; QS.53:39;
dan QS.2:134. Atau seperti disebut QS.16:90 di atas, bentuk kebaikan itu seperti
adil dan memberi kepada kaum kerabat. Sedangkan bentuk keburukan seperti
berzina, mungkar dan permusuhan.
Ingin selamat, misalnya pahami dan praktikkan
pesan QS.32:19 dengan beriman dan beramal saleh, berilmu (QS.58:11), taat
kepada Allah dan Rasul-Nya (QS.4:59), berbakti kepada orang tua (QS.17:23) dan
berbuat baik kepada diri sendiri, alam dan sesama (QS.28:77; QS.5:2 &
QS.31:18). Juga ayat di bawah ini.
QS. Al-Nahl[16]: 97
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ
ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sungguh akan
Kami berikan kepadanya KEHIDUPAN YANG BAIK. Dan sungguh akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.
Ingin beruntung, menang dan sukses,
misalnya pahami dan praktikkan pesan syukur (QS.14:7), sabar (QS.32:24), memberi
(QS.2:261 & QS.65:7) dan rajin berusaha dan banyak mengingat Allah (QS.62:10)
serta bertakwa dan bertawakkal kepada Allah (QS.65:2-3). Diterapkan juga pesan
QS.23:1-11.
Ingin keluarga harmonis, misalnya
pahami dan praktikkan pesan QS.4:19 dan QS.24:30 dengan sabar jika mendapati
kekurangan-kekurangan pasangan. Fokus kepada kelebihan-kelebihannya. Mengalah. Memaafkan
kesalahan-kesalahannya. Mengingat kontribusinya bagi keluarga. Bukan malah
gampangan bercerai. Lihatlah ranum, harum, dan indahnya mawar. Bukan durinya.
Ingin tentram dan bahagia, misalnya
pahami dan praktikkan pesan 13:28 dengan mengingat Allah, mengeluh hanya
kepada-Nya (QS.12:86), berharap hanya kepada-Nya (QS.94:8), menyembah, berdoa
dan meminta hanya kepada-Nya (QS.1:5).
Ingin sehat dan panjang umur,
misalnya pahami dan praktikkan pesan 5:88 dengan mengonsumsi yang halal dan
baik (sehat bergizi seimbang), serta tidak berlebihan (QS.7:31). Intinya, tidak
mengonsumsi semua yang buruk (QS.7:157).
Dan lain seterusnya yang bisa
ditelusuri di dalam Qur’an.
Kedua, ada
kausalitas alam. Hukum alam. Ini juga termasuk sunnatullah. Ayat kawniyah.
Saya termasuk yang yakin, tidak pernah terjadi pertentangan antara kausalitas
Qur’an dengan kausalitas alam. Karena dua-duanya adalah ayat Allah. Sudah
banyak contohnya orang baik hidupnya akan baik. Orang jahat, akan menderita
hidupnya. Bahkan sejak di dunia ini.
Semoga bermanfaat. Walloohu
a’lam bishshowaab…
*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar