Sabtu, 15 Agustus 2020

SEBAB AKIBAT QUR’AN


—Saiful Islam*—

“Mereka mendapat nasib sesuai dengan apa yang mereka usahakan…” QS.2:202

Al Qur’an berfungsi sebagai maw’izhoh. Umumnya diartikan pelajaran. Di depan sudah saya singgung sedikit, bahwa yang namanya pelajaran itu memang harus dipahami. Misalnya disebut oleh QS.3:138.

QS. Ali Imran[3]: 138
هَٰذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
(Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta PELAJARAN bagi orang-orang yang bertakwa.

Dari wa’azho, menurut Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, kata al-wa’zhu itu berarti teguran bersamaan dengan menakuti. Menurut Al-Khalil, al-wa’zhu berarti pengingat kebaikan yang bisa melembutkan hati (akal). Kata bendanya adalah al-‘izhoh dan al-maw’izhoh. Ayat-ayatnya seperti QS.16:90; 34:46; 58:3; 10:57; 11:120; 3:138; 7:145; dan QS.4:63.

QS. Al-Nahl[16]: 90
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat. Dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi PENGAJARAN kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

QS. Hud[11]: 120
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Semua kisah dari para Rasul Kami ceritakan kepadamu, adalah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu. Dan dalam surat ini (Al Qur’an) telah datang kepadamu kebenaran serta PENGAJARAN dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.

Adapun menurut Lisan al-Arab, kata al-wa’zh, al-‘zhoh, al-‘azhoh, dan al-maw’izhoh itu artinya sama. Yaitu nasehat dan pengingat adanya akibat kebaikan. Menurut Ibnu Sidah artinya adalah pengingat adanya konsekuensi baik buruk yang bisa melembutkan hati dan akal manusia.

Jadi secara bahasa, maw’izhoh itu berarti sebab akibat. Konsekuensi. Jika melakukan sebab kebaikan, maka akibatnya (hasilnya) adalah kebaikan. Nasib baik. Sebaliknya jika melakukan sebab keburukan, maka akibatnya adalah keburukan. Nasib buruk.

Khusus untuk kata al-maw’izhoh, itu hanya terulang 9 kali dalam Al Qur’an. Yaitu QS.2:66, 275; QS.3:138; QS.5:46; QS.7:145; QS.10:57; QS.11:120; QS.16:125 dan QS.24:34.

QS. Al-Nahl[16]: 125
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
AJAKLAH (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan Hikmah dan PELAJARAN YANG BAIK. Dan bantahlah mereka dengan CARA YANG BAIK. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang LEBIH MENGETAHUI tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

QS. Al-Baqarah[2]: 275
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang diserang setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya PELAJARAN (MAW’IZHOH) dari Tuhannya, lalu berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

QS. Al-Nur[24]: 34
وَلَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ آيَاتٍ مُبَيِّنَاتٍ وَمَثَلًا مِنَ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya KAMI TELAH MENURUNKAN KEPADA KALIAN ayat-ayat yang memberi penerangan dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan PELAJARAN bagi orang-orang yang bertakwa.

Dari ayat-ayat Qur’an itu pun, kita bisa melihat hukum kausalitas yang menghasilkan konsekuensi itu. Dan konsekuensi, itu tidak hanya terjadi di dunia saja. Artinya, akibatnya itu sampai terjadi di akhirat. Iman dan amal saleh berbuah surga. Kufur dan berbuat kerusakan akan berakibat neraka.

Jadi pertama, ada kausalitas Al Qur’an. Jika begini, maka begitu. Ini sudah ketetapan-Nya. Sudah takdir-Nya. Sebuah kepastian. Sunnatullah yang tidak akan pernah bisa menyimpang dan tidak akan pernah bisa terganti (QS.35:43).

Secara umum, siapa yang berbuat kebaikan, maka ia akan mendapat kebaikan. Siapa yang berbuat keburukan, maka begitu pula yang akan ia dapatkan. Seperti disebut QS.99:8; QS.17:7; QS.53:39; dan QS.2:134. Atau seperti disebut QS.16:90 di atas, bentuk kebaikan itu seperti adil dan memberi kepada kaum kerabat. Sedangkan bentuk keburukan seperti berzina, mungkar dan permusuhan.

Ingin selamat, misalnya pahami dan praktikkan pesan QS.32:19 dengan beriman dan beramal saleh, berilmu (QS.58:11), taat kepada Allah dan Rasul-Nya (QS.4:59), berbakti kepada orang tua (QS.17:23) dan berbuat baik kepada diri sendiri, alam dan sesama (QS.28:77; QS.5:2 & QS.31:18). Juga ayat di bawah ini.

QS. Al-Nahl[16]: 97
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sungguh akan Kami berikan kepadanya KEHIDUPAN YANG BAIK. Dan sungguh akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Ingin beruntung, menang dan sukses, misalnya pahami dan praktikkan pesan syukur (QS.14:7), sabar (QS.32:24), memberi (QS.2:261 & QS.65:7) dan rajin berusaha dan banyak mengingat Allah (QS.62:10) serta bertakwa dan bertawakkal kepada Allah (QS.65:2-3). Diterapkan juga pesan QS.23:1-11.

Ingin keluarga harmonis, misalnya pahami dan praktikkan pesan QS.4:19 dan QS.24:30 dengan sabar jika mendapati kekurangan-kekurangan pasangan. Fokus kepada kelebihan-kelebihannya. Mengalah. Memaafkan kesalahan-kesalahannya. Mengingat kontribusinya bagi keluarga. Bukan malah gampangan bercerai. Lihatlah ranum, harum, dan indahnya mawar. Bukan durinya.

Ingin tentram dan bahagia, misalnya pahami dan praktikkan pesan 13:28 dengan mengingat Allah, mengeluh hanya kepada-Nya (QS.12:86), berharap hanya kepada-Nya (QS.94:8), menyembah, berdoa dan meminta hanya kepada-Nya (QS.1:5).

Ingin sehat dan panjang umur, misalnya pahami dan praktikkan pesan 5:88 dengan mengonsumsi yang halal dan baik (sehat bergizi seimbang), serta tidak berlebihan (QS.7:31). Intinya, tidak mengonsumsi semua yang buruk (QS.7:157).

Dan lain seterusnya yang bisa ditelusuri di dalam Qur’an.

Kedua, ada kausalitas alam. Hukum alam. Ini juga termasuk sunnatullah. Ayat kawniyah. Saya termasuk yang yakin, tidak pernah terjadi pertentangan antara kausalitas Qur’an dengan kausalitas alam. Karena dua-duanya adalah ayat Allah. Sudah banyak contohnya orang baik hidupnya akan baik. Orang jahat, akan menderita hidupnya. Bahkan sejak di dunia ini.

Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam bishshowaab…

*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...