—Saiful Islam*—
“Ibarat gelas dibalik. Selebat apa
pun hujan, setitik air pun takkan pernah bisa masuk…”
Fokus kita kali ini adalah Qur’an
berfungsi sebagai petunjuk (QS.2:2). Hudan. Alias hidayah. Di depan
sedikit saya singgung bahwa yang namanya petunjuk, itu harus dipahami. Inilah
salah satu fungsi utama Qur’an diturunkan.
Al-hidaayah adalah
petunjuk yang halus. Dari kata al-hidaayah itu muncul kata al-hadiyyah
(pemberian) dan hawaadiy al-wahsy (paling depannya hewan yang
berjalan berbaris). Yang berarti petunjuk, itu menggunakan redaksi haadaytu.
Sedangkan yang berarti pemberian (hadiah), memakai bentuk ahdaytu.
Al-hudaa menurut Ibnu
Sidah, seperti yang dikutip oleh Lisan al-Arab, artinya adalah lawan
kata sesat (al-dholaal).
Hidayahnya Allah kepada manusia,
itu ada empat bentuk. Begitu disebut oleh Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an.
Pertama, hidayah yang
umum kepada para mukallaf. Yaitu dalam bentuk akal, kecerdasan, dan
pengetahuan-pengetahuan pokok (dasar) dengan kapasitas dan kapabilitas
tertentu. Misalnya disebut pada QS.20:50.
QS. Thaha[20]: 50
قَالَ رَبُّنَا الَّذِي
أَعْطَىٰ كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَىٰ
Musa berkata: "Tuhan Kami
ialah Yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya,
kemudian MEMBERINYA PETUNJUK.”
Kedua, hidayah
kepada manusia dengan doanya para Nabi dan diturunkannya Al Qur’an, dan yang
semisalnya. Itulah yang dimaksud oleh QS.21:73.
QS. Al-Anbiya’[21]: 73
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً
يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا
Kami telah menjadikan mereka itu
sebagai para pemimpin yang MEMBERI PETUNJUK dengan perintah Kami.
Ketiga, hidayah
berupa persetujuan Allah kepada orang yang sengaja mencari petunjuk. Ini
seperti disebut oleh QS.47:17; QS.64:11; QS.10:9; QS.29:69; QS.19:76; dan
QS.2:213.
QS. Muhammad[47]: 17
وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا
زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ
Dan orang-orang TERUS MENCARI
PETUNJUK, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan
ketaqwaannya.
QS. Al-Ankabut[29]: 69
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا
فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang berjuang untuk
(mencari restu) Kami, BENAR-BENAR AKAN KAMI TUNJUKKAN kepada mereka jalan-jalan
kami.
Keempat, hidayah di
akhirat kelak. Yaitu petunjuk menuju surga. Seperti QS.47:5 dan QS.7:43.
QS. Muhammad[47]: 5
سَيَهْدِيهِمْ وَيُصْلِحُ
بَالَهُمْ
Allah akan MEMBERI PETUNJUK mereka
dan memperbaiki keadaan mereka.
Keempat bentuk hidayah di atas, itu
tersusun tertip. Artinya, orang yang tidak memiliki hidayah pertama, ia tidak
akan bisa meraih hidayah kedua. Bahkan tidak wajib beragama kalau orang tidak
berakal.
Keempat hidayah itu, juga semacam
pemberian dari Allah. Menurut Al-Ashfahaniy, ini seperti disebut oleh QS.28:56.
QS. Al-Qashash[28]: 56
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ
أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Sungguh KAMU TIDAK AKAN DAPAT
MEMBERI PETUNJUK kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk
kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk.
Selain keempat macam hidayah di
atas, manusia disebut bisa memberi petunjuk kepada sesamanya dengan mendoakan
dan mengemukakan alasan-alasan rasional. Seperti QS.42:52; QS.32:24; dan
QS.13:7.
QS. Al-Syura[42]: 52
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا
إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ
جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu
wahyu (Al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui
apakah Al Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu. Tetapi
Kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya, yang KAMI TUNJUKI DENGAN AL QUR’AN ITU siapa
yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. Sesungguhnya kamu benar-benar
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Allah tidak akan memberi hidayah
pada orang yang zalim, pendusta dan ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya. Ini
disebut misalnya oleh QS.3:86; QS.39:3 dan QS.16:107.
Hidayah, itu semacam kemauan bebas
seseorang yang direstui oleh Allah. Nabi hanya menyampaikan hidayah (Al
Qur’an). Nabi tidak bisa memaksa seseorang untuk mendapat hidayah. Meskipun
Nabi sangat ingin kaumnya dapat hidayah. Ini disebut oleh QS.10:99. Bentuk-bentuknya
misalnya QS.2:282; QS.6:35; QS.27:81; QS.16:37; QS.39:37; dan QS.28:56.
QS. Yunus[10]: 99
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ
لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّىٰ
يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
Jikalau Tuhanmu menghendaki,
tentulah BERIMAN SEMUA ORANG yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu
(hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman
semuanya?
QS. Al-Naml[27]: 81
وَمَا أَنْتَ بِهَادِي
الْعُمْيِ عَنْ ضَلَالَتِهِمْ ۖ إِنْ تُسْمِعُ إِلَّا مَنْ يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ مُسْلِمُونَ
Kamu sekali-kali TIDAK DAPAT
MEMBERI PETUNJUK ORANG BUTA DARI KESESATANNYA. Kamu tidak dapat menjadikan
(seorangpun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada AYAT-AYAT KAMI,
lalu mereka berserah diri.
Siapa yang berpegang teguh kepada
Al Qur’an, berarti orang tersebut diberi hidayah pada jalan yang lurus. Ini
disebut misalnya dalam QS.3:101; QS.4:68; QS.6:87; QS.37:118; dan QS.1:6.
QS. Ali Imran[3]: 101
وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ
وَأَنْتُمْ تُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ ۗ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ
هُدِيَ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi
kafir, padahal AYAT-AYAT ALLAH DIBACAKAN kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada
di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang BERPEGANG TEGUH KEPADA ALLAH (AL
QUR’AN), maka sungguh ia telah DIBERI PETUNJUK KEPADA JALAN YANG LURUS.
Al-hudaa dan al-hidaayah,
secara bahasa, artinya sama: petunjuk. Tetapi Allah menggunakan al-hudaa
itu khusus untuk orang-orang tertentu. Bukan untuk manusia secara umum. Yang
benar-benar petunjuk, itu adalah al-hudaa (Al Qur’an) bagi orang yang
mau dan berusaha pada petunjuk yang lantas direstui oleh Allah. Misalnya
QS.2:2, 38 dan QS.6:71.
QS. Al-Baqarah[2]: 2
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا
رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kitab Al Qur’an ini tidak ada
keraguan padanya; MENJADI PETUNJUK bagi mereka yang bertaqwa.
QS. Al-An’am[6]: 71
قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ
هُوَ الْهُدَىٰ ۖ وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ
لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: “Sesungguhnya PETUNJUK
ALLAH (AL QUR’AN) ITULAH (YANG SEBENARNYA) PETUNJUK. Dan kita disuruh agar
menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam.”
Adapun al-ihtidaa’, itu
artinya adalah kemauan dan usaha manusia untuk mendapat petunjuk, baik urusan
dunia maupun urusan akhirat. Misalnya QS.6:97; QS.2:53, 137, 150; dan QS.3:20.
QS. Al-An’am[6]: 97
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ
لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۗ قَدْ فَصَّلْنَا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ
يَعْلَمُونَ
Dialah yang menjadikan
BINTANG-BINTANG BAGIMU, agar kamu MENJADIKANNYA PETUNJUK DALAM KEGELAPAN DI
DARAT DAN DI LAUT. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran
(Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.
Jadi, semua makhluk—manusia, hewan
dan tumbuhan—itu sudah diberi perangkat oleh Allah untuk bisa mendapat hidayahnya
masing-masing (QS.20:50). Termasuk mendapat rezeki dasarnya untuk hidup dan
bereproduksi.
Ketika seseorang salat, berdoa “Ihdinaashshiroothol
mustaqiim… (QS.1:6-7),” itu sejatinya jalan yang lurus tersebut adalah
nilai-nilai, akidah dan syariat Qur’an (QS.42:52). Dan hidayah Allah (Al
Qur’an), itulah sebenar-benarnya hidayah (QS.6:71).
Dari QS.42:52 itu juga kita tahu
bahwa sampainya hidayah Qur’an pada seseorang, itu Allah tidak bekerja sendiri.
Kata ‘Kami’ itu artinya Allah melibatkan pihak lain dalam proses pemberian
hidayah itu. Salah satunya adalah manusia.
Di samping bisa mendapat hidayah
Qur’an (ayat qowliyah), manusia bisa mendapat hidayah ayat kawniyah.
Yakni realitas alam dan sosial (QS.6:97). Karenanya, manusia pun bisa mendapat
hidayah ilmu pengetahuan. Hidayah ekonomi, bisa diperoleh dari pakar ekonomi.
Dan seterusnya pakar manajemen, seni, psikologi, sosial, sejarah, kuliner,
desain, IT dan lain-lain.
Meski begitu, hidayah yang selain
Qur’an, patut selalu dipilih dan dipilah. Rujukan apa pun, mesti di-crosscheck
dengan Qur’an. Sebab masih bisa jadi, itu ternyata bukan hidayah. Tetapi hanya
seakan-akan hidayah. Yang bisa menyelewengkan kita dari Qur’an. Seakan-akan
hidayah, ini ulah setan (QS.43:36). Disangka hidayah, padahal bukan (QS.43:37).
Semua hidayah, itu sesuai kehendak
bebas seseorang yang kemudian direstui Allah (QS.28:56). Orang yang tidak mau
hidayah, tidak akan pernah mendapat hidayah. Baik dari Qur’an maupun ilmu
pengetahuan. Kaffaar, istilah QS.39:3. Alias menutup akal pikiran dan
hatinya. Seperti gelas yang dibalik. Selebat apa pun hujan, tak akan pernah
sebutir air pun bisa masuk.
Semoga bermanfaat. Walloohu
a’lam bishshowaab…
*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar