—Saiful Islam—
“Kata ular tidak hanya dua. Tapi tiga:
hayyah, tsu’baan, dan jaann…”
Masih menurut Lisan al-‘Arab,
al-tsu’baan adalah ular yang gemuk dan panjang. Kata ini khusus untuk
ular jantan. Menurut satu pendapat, setiap hayyah (ular) adalah tsu’baan.
Firman Allah (7:107 dan 26:32), “Musa melemparkan tongkatnya, maka tongkat itu
(menjadi) tsu’baan yang jelas,” menurut Al-Zazzaj yang dimaksud adalah
jenis ular yang besar.
Jika ditanyakan, “Bagaimana tsu’baan
itu disebut ular besar, sementara di tempat yang lain (27:10 dan 28:31) ada
ayat: bergerak seakan-akan al-jaann, sementara arti al-jaann itu sejenis
ular kecil?” Maka jawabannya adalah bentuk fisiknya memang ular besar. Hanya pergerakannya
dan ringannya itu seperti ular kecil.
Menurut Ibnu al-Syumayl, semua
jenis al-hayaat (ular) adalah tsu’baan. Baik ular kecil, besar,
ular betina, maupun ular jantan. Sedangkan Abu Khayrah dan Al-Dhahhak
berpendapat bahwa al-tsu’baan adalah ular jantan.
Adapun Quthrub mengatakan bahwa al-tsu’baan
adalah al-hayyah (ular) jantan yang kuning dan berbulu. Ini adalah jenis
ular terbesar. Menurut Al-Syamir al-tsu’baan yang dari al-hayyaat
(jenis ular), yaitu ular gemuk yang besar, merah, pemburu tikus. Ia lantas
berkata, “Ular ini (al-tsu’baan) di beberapa tempat, dipinjam untuk
mengusir tikus. Di dalam rumah, ular tersebut lebih bermanfaat daripada kucing.”
Sedangkan menurut Al-Khalil, al-tsu’baan
adalah air. Bentuk kata tunggalnya (singular atau mufrod) adalah tsa’bun.
Namun dikritik oleh yang lain, yang bermakna air itu adalah al-tsaghb. Dengan
huruf ghain (bukan ‘ain).
Sementara itu, Al-Raghib
al-Ashfahaniy dalam Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, cukup ringkas
mengulas kata al-tsu’baan ini. Terutama ketika mengomentari firman Allah
(7:107 dan 26:32). Menurutnya, boleh saja kata al-tsu’baan itu diambil
dari kata-kata orang Arab, “Tsa’abtu al-maa’a fantsa’aba
(aku menuang air, maka air itu pun mengalir), ay fajartuhu wa asaltuhu
fasaala (yakni aku menjalankannya dan mengalirkannya, maka air itu pun
mengalir).” Termasuk juga aliran hujan.
Adapun al-tsu’bah
perumpamaan untuk cicak. Bentuk kata jamaknya (plural) adalah tsu’ab.
Cicak diserupakan dengan ular (tsu’baan) karena karakteristiknya yang
mirip. Kata tsu’bah ini adalah ringkasan dari kata tsu’baan. Karena
karakteristik cicak itu bagian dari karakteristik ular.
Nah, ternyata kata yang sering
diterjemahkan ular, itu dalam Qur’an bukan hanya dua. Tidak hanya hayyah
dan tsu’baan. Tapi ada tambahan satu lagi. Jadi tiga. Yaitu, kata jaann.
Seperti disebut dalam ayat berikut.
QS. Al-Naml[27]: 10
وَأَلْقِ عَصَاكَ ۚ فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ
وَلَّىٰ مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ ۚ يَا مُوسَىٰ لَا تَخَفْ إِنِّي لَا يَخَافُ لَدَيَّ الْمُرْسَلُونَ
“Dan lemparkanlah tongkatmu".
Maka tatkala Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah seperti seekor ular
yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. "Hai Musa,
janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di
hadapan-Ku.”
QS. Al-Qashash[28]: 31
وَأَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ
وَلَّىٰ مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ ۚ يَا مُوسَىٰ أَقْبِلْ وَلَا تَخَفْ ۖ إِنَّكَ
مِنَ الْآمِنِينَ
“Dan lemparkanlah tongkatmu. Maka
tatkala Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah ia seekor ular yang gesit. Larilah
Musa berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru): "Hai Musa
datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk
orang-orang yang aman.”
Dan Lisan al-‘Arab cukup
menarik mengartikan kata al-jaann ini. Nantikan berikutnya.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung,
insya Allah…
Salam