Sabtu, 22 Juni 2019

MENYUSUN PUZZLE SIHIR


—Saiful Islam—

“Penyihir itu, ya pesulap. Sulapan itu trik. Bukan magic…”

Kita mendapat gambaran yang lebih utuh dari buku berbahasa Arab, Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an karya Al-Raghib al-Ashfahaniy. Kata Al-saharu diartikan sebagai ujungnya tenggorokan dan paru-paru. Jika dikatakan, intafakha saharuhu dan ba’iirun sahrun, itu berarti tenggorokan yang bengkak atau menggelembung. Al-suhaarah, itu sesuatu (kotoran) yang diambil dari tenggorokan (hewan) saat peyembelihan. Menurut satu pendapat, dari kata al-suhaarah inilah kata al-sahr terbentuk. Yaitu yang terkait dengan tenggorokan.

Adapun kata sihir atau al-sihr, itu mengandung beberapa makna. Pertama, berarti tipuan, kecurangan, pembohongan, tipu daya, dan khayalan, gambaran, atau imajinasi. Tidak ada kebenarannya sama sekali. Seperti dilakukan pesulap yang mengelabui mata dengan cepatnya tangannya. Dan seperti dilakukan pengadu domba, tukang gosip, tukang fitnah atau hoaxers dengan omongan bohong yang indah-indah yang menglangi pendengaran mencapai informasi yang benar. Karena itulah, Allah berfirman dalam ayat-ayat berikut ini.

QS. Al-A’raf[7]: 116
قَالَ أَلْقُوا ۖ فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ
Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan).

QS. Thaha[20]: 66
قَالَ بَلْ أَلْقُوا ۖ فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَىٰ
Musa berkata: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.

Dengan pandangan seperti ini, para pesulap itu melabeli Musa AS sebagai penyihir. Perkataan mereka ini dikisahkan oleh Allah dalam Al Qur’an surat 43, Al-Zukhruf ayat 49 di bawah ini. Jadi, yang mereka maksud dengan ahli sihir di sini ialah Nabi Musa AS.

وَقَالُوا يَا أَيُّهَ السَّاحِرُ ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَ إِنَّنَا لَمُهْتَدُونَ
Dan mereka berkata: "Hai ahli sihir. Berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Kami (jika doamu dikabulkan) benar-benar akan menjadi orang yang mendapat petunjuk.

Kedua, sihir berarti mendatangkan pertolongan setan. Mendekatkan diri kepada setan. Seperti firman Allah SWT dalam QS. Al-Syu’ara[26]: ayat 221 - 222 berikut.

هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَىٰ مَنْ تَنَزَّلُ الشَّيَاطِينُ
221. Apakah akan aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun?
تَنَزَّلُ عَلَىٰ كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ
222. Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa.

Karena itu, Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah[2]: ayat 102: “Setan-setan lah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia..”

Untuk makna kedua ini, ditunjukkan oleh beberapa firman Allah QS. Saba’[34]: 43, “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.”; QS. Al-A’raf[7]: 116, “Mereka mendatangkan sihir yang menakjubkan.”; QS. Yunus[10]: 77, “Sihirkah ini? Padahal para sihir itu tidaklah mendapat kemenangan.”; serta QS. Al-Syu’ara[26]: ayat 38, “Maka dikumpulkan para penyihir pada waktu yang ditetapkan.” dan “Tersungkurlah para penyihir itu sambil bersujud,” (26:46).

Ketiga, sihir berarti sesuatu yang terkait dengan al-aghtaam. Yaitu nama perbuatan yang dianggap bisa mengubah bentuk fisik dan sifat sesuatu dengan kekuatannya sendiri. Misalnya mengubah manusia menjadi domba. Tentu ini tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan nyata.

Terkadang sihir itu tampak baiknya. Seperti dikatakan, “Sebagian dari kata-kata, itu sihir.” Dan kadang tampak halusnya perbuatan. Sampai para dokter berkata, “Tabiat (sifat atau karakter) itu menyihir.” Mereka menyebut asupan bergizi itu sihir. Dilihat dari halusnya efeknya.

QS. Al-Hijr[15] ayat 15, “Kami adalah orang-orang yang terkena sihir,” yakni kami dipalingkan dengan sihir itu dari pengetahuan kami. Karena itu Allah berfirman dalam QS. Al-Syu’ara[26] ayat 153, “Sesungguhnya engkau adalah salah seorang dari orang-orang yang musahharin,” dikatakan yaitu bagian dari orang yang diberi makan sahur, karena ia butuh asupan gizi. Seperti firman Allah QS. Al-Furqan[25]: 7, “Mengapa Rasul itu memakan makanan…”

Serta diingatkan bahwa rasul itu manusia biasa, seperti pada QS. Al-Syu’ara[26]: 154, “Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami…,” dikatakan bahwa yaitu orang yang punya sihir. Maksudnya berkenaan dengan kehalusannya terkait dengan apa yang ia dakwahkan.

Bisa bermakna dua-duanya, yakni baiknya sihir dan halusnya perbuatan, yaitu firman Allah QS. Al-Isra’[17]: ayat 47, “Kamu tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir,” dan ayat 101, “Sesungguhnya aku sangka engkau, wahai Musa, seorang yang kena sihir.”

Sedangkan al-saharu dan al-saharoh yaitu berarti bercampurnya gelapnya akhir malam dengan cahaya siang. Disebutlah dengan waktu sahur. Maka ada ungkapan Arab, “Laqoytuhu bi al’laa al-saharoyn,” (Aku telah menemuinya di dua ujung waktu sahur). Al-mushir itu adalah sebutan untuk orang yang keluar rumah di waktu sahur. Adapun al-sahuur, yang kerap diucapkan di Indonesia, ini berarti makanan yang disantap pada waktu sahur. Kegiatan makannya disebut al-tasahhur, mengikuti bentuk tafa’ala.

Analisisnya insya Allah bersambung, nggih. Semoga bermanfaat…

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...