—Saiful Islam—
“Orang Arab itu menggunakan kata
al-hayyah (ular) itu untuk banyak perumpamaan…”
Bumi yang hayyah maksudnya
adalah bumi yang subur. Sedangkan bumi mayyit adalah bumi yang gersang. Kami
hidupkan tanah, kami dapati bumi itu subur tumbuh-tumbuhannya.
Disebutkan dalam Hadis, bahwa
Rasulullah SAW shalat asar. Sedangkan matahari sedang hayyah. Yakni matahari
masih cerah (terang). Matahari belum tenggelam. Seakan-akan Nabi menamai
matahari yang tenggelam itu mati (mautan). Nabi bermaksud shalat di awal
waktunya.
Ada Hadis Ibnu Umar bahwa seseorang
itu akan diminta pertanggungan jawab tentang apa pun, sampai soal hidup (hayyah)
keluarganya. Maknanya menurut Al-Tahdzib, yaitu soal apa pun yang hidup di
rumahnya, seperti kucing dan semisalnya. Ia memuannatskan (bentuk feminim)
hayyun menjadi hayyah.
Menurut Abu Ubaydah dalam tafsir
Hadis tersebut, disebut hayyah karena kata ini (hayyah) bisa
digunakan untuk setiap jiwa manusia maupun hewan. Maka ia pun memuannatskannya.
Begini pendapat Abu Amr. Orang Arab
berkata, “Bagaimana (kabar) kamu, dan bagaimana kehidupan keluargamu (hayyatu
ahlik)?” Yakni, bagaimana (kabar) anggota keluargamu yang masih hidup. Bentuk
plural hayyah adalah hayawaat.
Al-hayyah
adalah ular besar (al-hanasy) yang diketahui. Kata ini diambil
dari kata al-hayaah (hidup) menurut sebagian pendapat. Yakni posisi ‘ain
fi’ilnya adalah ya’. Bukan waw, hawwaa’a. Menurut Abi Utsman,
asal kedua kata ini berdekatan. Dan maknanya pun bersesuaian. Seperti sabitthin
dengan sibathrin, dilaashin dengan dulaamishin, dan
lain-lain. Boleh juga berasal dari al-tahawwiy yang berarti mengandung,
karena isinya.
Bentuk muannats (feminim)
dan mudzakkarnya (maskulin) sama. Seperti pendapaat al-Jauhariy, al-mahayyah
itu untuk muannats dan mudzakkar. (Ingat, dalam Bahasa Arab itu
ada kata yang dianggap perempuan dan kata yang dianggap laki-laki. Misalnya qooimun
berarti orang laki-laki yang berdidi, qooimah berarti orang perempuan
yang berdiri).
Dijumpai dari riwayat orang Arab
begini: roaytu hayyan ‘ala hayyatin. Artinya aku memandang laki-laki itu
di atas (derajatnya) perempuan. Juga kalimat, fulaan hayyah, yakni
laki-laki. Maksudnya kata hayyah itu bisa untuk orang perempuan, bisa
juga untuk laki-laki. Meskipun bentuknya seperti perempuan, muannats (ada ta’-nya
di akhir kata tersebut). “Orang Arab menganggap al-hayyah itu bisa
mudzakkar, bisa juga muannats,” kata al-Jauhariy.
Al-hayyuut adalah bentuk
mudzakkar al-hayyaat. Al-haawiy adalah subjek untuk al-hayyaat.
Menurut al-Azhariy ta’ di akhir kata ini hanyalah tambahan. Aslinya adalah
al-hayyuw. Bentuk jamak al-hayyah adalah hayawaat. Disebutkan
dalam Hadis, “Tidak salah membunuh hayawaat (sebangsa ular kira-kira reptil).”
Pendapat yang lain mengatakan al-hayyah
itu berasal dari al-hayyaah. Yang berarti hidup atau kehidupan. Sedangkan
yang lain lagi berpendapat, kata al-hayyah berasal dari haywah.
Dijumpai pendapat yang lain bahwa al-hayyah
(ular) itu diambil dari kata hawaytu. Karena ular itu tampak berisi (wongkol
kata orang Jawa atau bungkol kata orang Madura) ketika melingkar. Semua itu
diucapkan oleh orang Arab.
Abu Manshur membolehkan orang yang
menjadikan kata al-hayyah itu dari hawyah. Yakni waw dalam
‘ain fi’il-nya. (Sebaiknya kalian tahu ada fa’ fi’il, ‘ain fi’il,
dan ada lam fi’il).
Jika disebut ardhun mahyaatun wa
mahwaatun itu berarti bumi yang banyak makhluk hidupnya. Menurut al-Azhariy,
orang Arab itu menggunakan kata al-hayyah (ular) itu untuk banyak
perumpamaan. (Catat ya. Bagian yang ini penting sekali!). Sebagian perumpamaan
itu begini: “Dia lebih melihat daripada ular,” karena ketajaman pandangannya.
"Dia lebih gelap (hitam) daripada ular,” karena ular itu masuk lubang atau
sarang biawak, memakan anaknya, lantas menempati sarang tersebut.
Orang Arab juga berkata, “Fulan
adalah ular lembah,” atau “Mereka adalah ular lembah,” ketika dia sangat keras
kepala, melindungi apa pun yang dimilikinya (kekuasaannya atau haknya).
Dan masih ada beberapa lagi
perumpaan, seperti yang dicontohkan dalam buku tersebut, Lisan al-‘Arab.
Insya Allah berikutnya akan saya ceritakan. Ingat, kita orang Indonesia juga
perumpaan serupa. Seperti: buaya darat,
kucing garong, macam Asia, “Orang itu tidak bisa dipegang ekornya,”
kecamatan saya di Banyuwangi namanya Singotrunan (turunan singa), group
sepak bola atau volley sering disebut, “Singo Edan,” dan lain
seterusnya.
Sampai di situ dulu. Semoga
bermanfaat. Bersambung, insya Allah…
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar