Kamis, 20 Juni 2019

SIHIR-SIHIR SETAN


—Saiful Islam—

“Harut dan Marut, dua orang pemimpin…”

Yang sering kabur maknanya di masyarakat adalah Al Qur’an surat Al-Baqarah[2] ayat 102 berikut ini.

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Padahal Sulaiman tidak kafir, hanya setan-setan lah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malak di negeri Babil. Yaitu Harut dan Marut. Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami hanya cobaan. Sebab itu janganlah kamu kafir.” Maka mereka mempelajari dari kedua malak itu apa yang dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat dan manfaat. Dan sungguh mereka sudah tahu, bahwa siapa yang menukar apa yang dimilikinya dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat. Dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.

Ada tiga kata yang mesti kita garisbawahi di sini. Pertama, setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Kedua kata sihir. Dan ketiga, kata dua malak di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut.

Pada umumnya di masyarakat, setan-setan di situ langsung diartikan sebagai sosok makhluk halus yang jahat. Apalagi ditambah kerajaan Sulaiman. Langsunglah terbayang yang ajaib-ajaib. Terus dua malak, yaitu Harut dan Marut, langsung pula diartikan sebagai dua Malaikat. Tambah lagi, ketemu kata sihir. Semakin dalamlah di benak mereka yang mistis-mistis. Nah, sekarang marilah coba kita lihat kembali ayat ini. Dengan perlahan-lahan. Tartil.

Menurut saya, setan-setan di situ adalah orang. Bukan makhluk halus. Berikut ini, saya cantumkan lagi ayat-ayatnya. Bahwa sekali lagi, setan-setan di sini adalah orang. Ini kesimpulan pertama.

QS. Al-An’am[6]: 121
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ ۗ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰ أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ ۖ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.

QS. Al-Baqarah[2]: 14
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok."

Mereka disebut setan-setan karena musyrik atau kafir. Baik ingkar kepada Allah, maupun kerasulan. Baik kerasulan Nabi Muhammad. Maupun kerasulan Nabi Sulaiman. Orang-orang musyrik Mekah zaman Nabi Muhammad itu mengikuti yang dibaca oleh orang-orang musyrik di masa Sulaiman. Dalam bentuk naskah. Yaitu sihir. Jadi, sihir di sini adalah sesuatu yang dibaca. Alias dokumen. Baca lagi surat Al-Baqarah ayat 102 di atas perlahan-lahan.

Karena terbatasnya halaman, insya Allah di depan akan saya ceritakan makna sihir dari segi arti bahasanya. Maka kesimpulan keduanya, sihir di sini berarti sesuatu yang dibaca. Apa sesuatu yang dibaca? Ya text. Atau kata-kata yang diucapkan. Intinya informasi yang disampaikan.

Tapi kok sihir disebut bisa menceraikan antara suami dan istrinya? Kata-kata memang bisa menceraikan antara suami dan istrinya. Misalnya si suami difitnah bahwa istrinya selingkuh. Atau sebaliknya, si istri kena fitnah bahwa suaminya bermain api dengan perempuan lain. Hoax. Ini jika tidak dibuktikan, kalau fitnah itu langsung ditelan (dipercaya), tentu saja akan menceraikan antara suami dan istrinya. Makanya fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan, kata Allah. Kita juga diperintah untuk selalu mengecek kebenaran setiap informasi. Fatabayyanuu

Sekarang kata dua malak yang sering diartikan dua Malaikat itu. Kata malak diambil dari kata Malaikat, ini adalah pendapat ahli tata Bahasa Arab (grammar atau nahwu). Sebagaimana disebutkan dalam Mufradat fi Gharib al-Qur’an. Namun jangan lupa, di situ disebutkan pula, bahwa kata malak itu diambil dari kata al-milk yang berarti memiliki. Pendapat kedua inilah yang lebih kuat (muhaqqiq).

Bahwa malakun itu adalah yang menghandle urusan terkait siasat (strategi dan taktik) dari bangsa Malaikat. Sedangkan dari bangsa manusia, disebut malikun. Nah, di Lisan al-Arab ternyata ada keterangan bahwa Harut itu nama dari malakun atau malikun. Jadi Harut dan Marut di situ adalah nama orang yang memiliki. Yang memiliki apa? Memiliki kekuasaan. Atau pemerintahan. Harut dan Marut ini dua pembesar di negeri Babil. Keduanya bisa gubernur atau paling tidak bupati lah kalau sekarang.

Dan memang, biasanya kata-kata pemimpin itu mudah sekali berpengaruh. Biasanya orang memang terpengaruh dengan kalimat yang dikutip dari ‘orang besar’. Quote. Terutama kepada orang-orang awam. Yang jauh dari ilmu pengetahuan. Yang jauh dari Sains dan Qur’an. Yang mistik pikirannya.

Jadi, kalau kita lihat QS. Al-Baqarah[2]: 102 ini dari ayat 106-nya, Allah menghadap-hadapkan antara keimanan dengan kekafiran. Allah memversuskan antara ayat-ayat-Nya dengan sihir. Yakni kata-kata atau kalimat-kalimat yang bermanfaat dengan kalimat-kalimat yang tidak ada manfaatnya, bahkan mencelakakan.

QS. Ibrahim[14]: 24 - 25
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
25. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

Sampai di situ dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...