Minggu, 16 Juni 2019

IMANI ALLAH DAN MALAIKAT SAJA?


—Saiful Islam—

“Tidak usah beriman kepada Iblis, setan, yang ternyata adalah Jin itu sendiri...”

Kemarin sudah ketahui bersama. Bahwa haram kita beriman kepada Jin. Tepatnya Jin hayali yang dikarang-karang dengan imajinasi masyarakat sendiri. Jin fiksi. Fiktif. Semua itu adalah kisah-kisah mitos belaka. Cuma rekaan. Tahayyul. Karangan fiksi, sungguh tidak layak kalau kita ingin mencari kebenaran. Kebenaran Al Qur’an maupun Sains. Karya fiksi itu baru sangat bermanfaat, kalau konteksnya hiburan. Misalnya mengarang cerpen, novel, naskah film, dan semisalnya. Sementara Qur’an dan Sains, ini konteksnya non fiksi.

Justru yang mesti kita imani selain Allah, firman-Nya dalam beberapa kitab, para Nabi atau Rasul, hari terakhir (kiamat), adalah iman kepada Malaikat (QS. Al-Baqarah[2]: 177). Agaknya, something metafisik yang mesti diimani itu hanya Allah dan Malaikat. Iblis, setan, yang sejatinya adalah Jin, memang tak perlu diimani. Tapi cukup dipahami. Sebab secara material, bahan dasarnya adalah hal fisik yang sudah kita ketahui, yakni api. Bagaimana mengimani Malaikat itu? Karena keterbatasan halaman, dan supaya kalian nyaman membacanya, sekilas saja akan saya lukiskan di sini.

Saya cari dari hamzah, lam, dan kaf. Alaka. Al-malaaikah dan malak aslinya adalah ma’lak (pakai hamzah bukan ‘ain). Menurut satu pendapat, kata ini terbalik. Asalnya adalah mal’ak. Al-ma’lak, al-ma’lakah, dan al-‘uluuk artinya adalah al-risaalah, yakni surat kiriman atau berita yang dikirim. Jika dikatakan alikniy, artinya sampaikan kepadanya suratku.

Kata al-malaaikah (Malaikat) itu bisa bermakna tunggal (mufrad atau singular), bisa juga bermakna jama’ (plural atau minimal tiga dalam Bahasa Arab). “Allah memilih sebagian dari Malaikat itu menjadi utusan-Nya..,” (QS. Al-Hajj[22]:75). Yakni utusan yang menyampaikan wahyu-Nya. Menyampaikan informasi-Nya. Alias firman-firman-Nya.

Sedangkan dari kata malaka, ada keterangan begini. Bahwa malakun itu adalah yang menghandle urusan terkait siasat (strategi dan taktik) dari bangsa Malaikat. Sedangkan dari bangsa manusia, disebut malikun. Setiap malakun pasti malaikat. Dan tidak setiap malaikat itu malak. Yakni kira-kira begini: tidak setiap malaikat mengurusi soal taktik dan strategi.

Dengan kata lain, malakun itu adalah malaikat yang punya tugas tertentu. Al-malak itu seperti ditunjukkan oleh ayat berikut ini: “Demi (Malaikat-Malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,” QS.79: 1 dan 5. “Dan (Malaikat-Malaikat) yang membagi-bagi urusan,” QS.51: 4, dan semisalnya. Dan malak al-maut (Malaikat pencabut nyawa) seperti QS.69: 17; 2:102; dan QS.32: 11.

Al Qur’an tidak pernah menyebut bahwa material Malaikat itu dari cahaya, sebagaimana yang umum kita dengar. Yang menyebut Malaikat itu dari cahaya adalah Hadis. Ada di Shahih Muslim. Dari Aisyah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya, Jin diciptakan dari nyala atau bara api, dan Adam diciptakan dari sesuatu yang telah disebutkan (ciri-cirinya) untuk kalian.”

Allah menyebut bentuk Malaikat seperti berikut.

QS. Fathir[35]: 1
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ جَاعِلِ ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًا أُو۟لِىٓ أَجْنِحَةٍ مَّثْنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَ ۚ يَزِيدُ فِى ٱلْخَلْقِ مَا يَشَآءُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Segala puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Malaikat disebut ruh yang bisa menjelma (malih rupo) menjadi manusia yang nyata. Seperti yang pernah terjadi pada Maryam. Berikut ini.

QS. Maryam[19]: 17
فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا
Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus ruh Kami (Malaikat) kepadanya. Maka Malaikat itu menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.

Disamping datang kepada Maryam, Malaikat juga datang kepada Nabi Zakariya, Nabi Ibrahim, dan Nabi Luth. Termasuk datang kepada Nabi Adam. Dengan begitu, Malaikat bisa berkomunikasi dengan manusia. Tapi bukan sembarang manusia. Tapi manusia yang telah dipilih Allah untuk menyampaikan risalah-Nya. Yakni para rasul-Nya. Ayat-ayatnya bisa dilihat misalnya QS.3:39; 15: 52-52 dan 61—66; 51: 24—28 dan 31—34; dan lain-lain.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Salam




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...