—Saiful Islam—
“Jin itu, ya menteri kalau sekarang…”
Dalam QS. Al-Naml[27] ayat 20
sampai 28 dikisahkan tentang Nabi Sulaiman yang sedang apel dengan para tentaranya.
Ketika ia mengabsen, ternyata tentara khususnya yang bernama Hudhud, belum
hadir. Nabi Sulaiman akan memberinya sebuah konsekuensi berupa hukuman. Tak
pantas bawahan tidak hadir tanpa keterangan dalam sebuah pertemuan penting.
Kecuali, jika Hudhud itu punya alasan yang dibenarkan.
Ternyata tentara khusus Nabi
Sulaiman yang satu itu, memang bisa diandalkan. Hudhud baru datang dari Saba’—nama
kerajaan di zaman dulu, beribu kota Ma’rib yang terletak di kota San’a (Ibu
kota Yaman sekarang). Ia membawa berita penting dari sana. Bahwa raja Saba’ itu
adalah perempuan. Besar singgasananya. Kaya raya. Namun sayang, Ratu cantik ini
menyembah matahari.
20. Dan dia memeriksa burung-burung
(pasukan khusus) lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat Hudhud, apakah
ia termasuk yang tidak hadir?
21. Sungguh aku benar-benar akan
mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika
ia benar-benar datang kepadaku dengan alasan yang terang.”
22. Maka tidak lama kemudian
(datanglah Hudhud), lalu ia berkata, "Aku telah mengetahui sesuatu yang
kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba’ suatu berita
penting yang diyakini.
23. Sesungguhnya aku menjumpai
seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta
mempunyai singgasana yang besar.”
24. Aku mendapatinya dan kaumnya
menyembah matahari, selain Allah; Dan setan telah menjadikan mereka memandang
indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah),
sehingga mereka tidak dapat petunjuk.”
25. Agar mereka tidak menyembah
Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang
mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.”
26. Allah, tiada Tuhan yang
disembah kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai 'Arsy yang besar.”
27. Sulaiman merespon: "Akan
kita lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.
28. Pergilah dengan (membawa)
suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka,
lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan."
Setelah mendapat surat itu, Balqis
bermusyawarah dengan para ajudannya. Terutama para menteri dan jenderalnya.
Rupanya ia akan menempuh jalan persuasi. Mencoba membujuk Sulaiman. Yaitu
dengan memberi hadiah kepada Sulaiman lewat para utusan yang dikirim kepadanya.
Supaya tidak terjadi pertumpahan darah dalam perang.
Tapi, dengan tegas Nabi Sulaiman
menolak. Dia tetap akan menaklukkan kerajaan Balqis itu kalau tetap mengajak
penduduk Saba’ menyembah matahari. Nabi Sulaiman murka. Pertama, karena mereka
menyembah selain Allah, yakni menyembah matahari. Kedua karena mereka sombong,
merasa lebih kaya dari Nabi Sulaiman, sampai berani menyogok Nabi Sulaiman. Gratifikasi.
Penghinaan yang besar.
29. Ia (Balqis) berkata kepada para
menterinya, "Hai para pembesar. Sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku
sebuah surat yang mulia.
30. Sesungguhnya surat itu dari
SuIaiman dan (isi) nya: "Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang.”
31. Bahwa janganlah kamu sekalian
berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang
berserah diri".
32. Hai para pembesar berilah
aku pertimbangan dalam urusanku (ini). Aku tidak pernah memutuskan sesuatu
persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku).”
33. Para pembesar itu menjawab:
"Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki
keberanian yang sangat (dalam peperangan). Dan keputusan (tetap) berada di
tanganmu. Maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.”
34. Balqis menjawab: "Sesungguhnya
raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya. Dan menjadikan
penduduknya yang mulia jadi hina. Demikian pulalah yang akan mereka perbuat.
35. Sungguh aku akan mengirim
utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang
akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.”
36. Maka tatkala utusan itu sampai
kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: "Apakah (patut) kamu menolong aku
dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa
yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.
37. Kembalilah kepada mereka
sungguh kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa
melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba’) dengan
terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina".
Maka, surat telah disampaikan. Tawaran
persuasif agar mereka menyerah, sudah dilakukan. Rupanya Balqis tidak mau. Dia tetap
ingin menyembah matahari. Dia tetap ingin menjadi ratu dengan segala
kemewahannya. Bahkan dia sombong dengan merasa lebih kaya dan terhormat dari
Nabi Sulaiman.
Maka, setelah rapat dengan para
pembesarnya, para menteri dan jendralnya kira-kira kalau sekarang, Nabi
Sulaiman akhirnya memerangi Balqis dan bala tentaranya. Ringkas kisah, kerajaan
ratu Balqis yang megah itu ditaklukkan oleh Nabi Sulaiman. Jadi, diperangi dulu
oleh Nabi Sulaiman. Setelah kalah, barulah ratu Balqis menyerah. Dikisahkan dalam
ayat-ayat berikut ini.
قَالَ يَا أَيُّهَا
الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي
مُسْلِمِينَ
38. Sulaiman berkata, "Hai
pembesar-pembesar. Siapakah di antara kalian yang sanggup membawa singgasananya
(menaklukkan kerajaannya) kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang
yang berserah diri?”
قَالَ عِفْرِيتٌ مِنَ
الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ ۖ وَإِنِّي عَلَيْهِ
لَقَوِيٌّ أَمِينٌ
39. (Seseorang yang bernama) 'Ifrit
dari golongan Jin menjawab, "Aku akan datang kepadamu dengan
membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sesungguhnya
aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.”
40. Berkatalah seorang yang mempunyai
ilmu dari al-kitab, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu
sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu
terletak di hadapannya (telah ditaklukkan), ia pun berkata: "Ini termasuk
kurnia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan
nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya
Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”
41. Sulaiman berkata lagi, "Rubahlah
baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk
orang-orang yang tidak mengenal(nya).”
42. Ketika Balqis datang,
ditanyakanlah kepadanya: "Serupa inikah singgasanamu?" Ia
menjawab, "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi
pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.”
43. Dan apa yang disembahnya selama
ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya). Karena sesungguhnya
dia dahulunya termasuk orang-orang yang ingkar.
44. Dikatakan kepadanya, "Masuklah
ke dalam istana.” Tatkala ia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air
yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman, "Sesungguhnya
ia adalah istana licin terbuat dari kaca". Balqis menjawab, "Ya
Tuhanku. Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah
diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam".
Nah. Kesimpulannya begini. Pertama Jin
Nabi Sulaiman itu pembesar. Atau orang besar. Atau orang bangsawan. Seperti
menteri lah kalau sekarang. Tampak sekali di situ, ketika Nabi Sulaiman
berkata, “Wahai para pembesar…” Kemudian barulah dijawab oleh Ifrit. Jadi,
Ifrit itu ya salah seorang bangsawan itu. Ingat ya, kalimatnya adalah “qoola ‘Ifriitun
min al-jinni”. Ifrit dari Jin berkata. Tidak “jinnu ‘Ifriitin”. Bukan Jin
Ifrit, yang selama ini umum di masyarakat.
Bangsawan itu disebut Jin, karena
biasanya tertutup dari rakyat biasa. Tidak gampang rakyat biasa bisa
berinteraksi dengan seorang bangsawan. Sehingga sifat-sifatnya, ide-idenya atau
rencana-rencana kerjanya, perkataan, sampai perbuatannya tertutup dari
masyarakat pada umumnya. Sudah pas dengan arti asal kata jinn, yaitu apa pun
yang tertutup oleh pandangan mata. Apalagi pada zaman itu, teknologi informasi
tidak secanggih sekarang. Tidak ada seperti gawai (gadget) dan internet.
Ingat lagi, al-jinn itu
sering Allah lawankan dengan al-ins. Jadi sudah pas, al-jinn itu
bisa digunakan untuk menyebut para bangsawan. Maka, al-ins bisa
digunakan untuk menyebut rakyat biasa. Masyarakat umum. Atau orang kebanyakan. Kalimat
Ifrit, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu sebelum
kamu berdiri dari tempat dudukmu,” bercerita tentang keyakinannya bisa
menaklukkan kerajaan ratu Balqis dengan mudah. Tidak perlu waktu lama. Mengingat
militer Nabi Sulaiman jauh lebih hebat dari militernya Balqis.
Kedua, kata al-kitab (buku)
yang disebut pada ayat 40 itu, berarti buku atau ilmu dan skill canggih tentang
teknik sipil. Bukan kitab suci. Adapun kalimat "Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip,” maksudnya orang ini bisa
lebih cepat menaklukkan kerajaan Saba’ dibanding Ifrit. Bukan hanya
menaklukkan, bahkan orang ini bisa membangun istana persis seperti milik Balqis
di kerajaan Nabi Sulaiman.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung,
insya Allah…
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar