Rabu, 19 Juni 2019

JIN NABI SULAIMAN


—Saiful Islam—

“Jin itu, ya menteri kalau sekarang…”

Dalam QS. Al-Naml[27] ayat 20 sampai 28 dikisahkan tentang Nabi Sulaiman yang sedang apel dengan para tentaranya. Ketika ia mengabsen, ternyata tentara khususnya yang bernama Hudhud, belum hadir. Nabi Sulaiman akan memberinya sebuah konsekuensi berupa hukuman. Tak pantas bawahan tidak hadir tanpa keterangan dalam sebuah pertemuan penting. Kecuali, jika Hudhud itu punya alasan yang dibenarkan.

Ternyata tentara khusus Nabi Sulaiman yang satu itu, memang bisa diandalkan. Hudhud baru datang dari Saba’—nama kerajaan di zaman dulu, beribu kota Ma’rib yang terletak di kota San’a (Ibu kota Yaman sekarang). Ia membawa berita penting dari sana. Bahwa raja Saba’ itu adalah perempuan. Besar singgasananya. Kaya raya. Namun sayang, Ratu cantik ini menyembah matahari.

20. Dan dia memeriksa burung-burung (pasukan khusus) lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat Hudhud, apakah ia termasuk yang tidak hadir?

21. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika ia benar-benar datang kepadaku dengan alasan yang terang.”

22. Maka tidak lama kemudian (datanglah Hudhud), lalu ia berkata, "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba’ suatu berita penting yang diyakini.

23. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.”

24. Aku mendapatinya dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; Dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.”

25. Agar mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.”

26. Allah, tiada Tuhan yang disembah kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai 'Arsy yang besar.”

27. Sulaiman merespon: "Akan kita lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.

28. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan."

Setelah mendapat surat itu, Balqis bermusyawarah dengan para ajudannya. Terutama para menteri dan jenderalnya. Rupanya ia akan menempuh jalan persuasi. Mencoba membujuk Sulaiman. Yaitu dengan memberi hadiah kepada Sulaiman lewat para utusan yang dikirim kepadanya. Supaya tidak terjadi pertumpahan darah dalam perang.

Tapi, dengan tegas Nabi Sulaiman menolak. Dia tetap akan menaklukkan kerajaan Balqis itu kalau tetap mengajak penduduk Saba’ menyembah matahari. Nabi Sulaiman murka. Pertama, karena mereka menyembah selain Allah, yakni menyembah matahari. Kedua karena mereka sombong, merasa lebih kaya dari Nabi Sulaiman, sampai berani menyogok Nabi Sulaiman. Gratifikasi. Penghinaan yang besar.

29. Ia (Balqis) berkata kepada para menterinya, "Hai para pembesar. Sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.

30. Sesungguhnya surat itu dari SuIaiman dan (isi) nya: "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

31. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".

32. Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini). Aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku).”

33. Para pembesar itu menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan). Dan keputusan (tetap) berada di tanganmu. Maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.”

34. Balqis menjawab: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya. Dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina. Demikian pulalah yang akan mereka perbuat.

35. Sungguh aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.”

36. Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.

37. Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba’) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina".

Maka, surat telah disampaikan. Tawaran persuasif agar mereka menyerah, sudah dilakukan. Rupanya Balqis tidak mau. Dia tetap ingin menyembah matahari. Dia tetap ingin menjadi ratu dengan segala kemewahannya. Bahkan dia sombong dengan merasa lebih kaya dan terhormat dari Nabi Sulaiman.

Maka, setelah rapat dengan para pembesarnya, para menteri dan jendralnya kira-kira kalau sekarang, Nabi Sulaiman akhirnya memerangi Balqis dan bala tentaranya. Ringkas kisah, kerajaan ratu Balqis yang megah itu ditaklukkan oleh Nabi Sulaiman. Jadi, diperangi dulu oleh Nabi Sulaiman. Setelah kalah, barulah ratu Balqis menyerah. Dikisahkan dalam ayat-ayat berikut ini.

قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
38. Sulaiman berkata, "Hai pembesar-pembesar. Siapakah di antara kalian yang sanggup membawa singgasananya (menaklukkan kerajaannya) kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri?”

قَالَ عِفْرِيتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ ۖ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ
39. (Seseorang yang bernama) 'Ifrit dari golongan Jin menjawab, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.”

40. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-kitab, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya (telah ditaklukkan), ia pun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”

41. Sulaiman berkata lagi, "Rubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya).”

42. Ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: "Serupa inikah singgasanamu?" Ia menjawab, "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.”

43. Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya). Karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang ingkar.

44. Dikatakan kepadanya, "Masuklah ke dalam istana.” Tatkala ia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman, "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca". Balqis menjawab, "Ya Tuhanku. Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam".

Nah. Kesimpulannya begini. Pertama Jin Nabi Sulaiman itu pembesar. Atau orang besar. Atau orang bangsawan. Seperti menteri lah kalau sekarang. Tampak sekali di situ, ketika Nabi Sulaiman berkata, “Wahai para pembesar…” Kemudian barulah dijawab oleh Ifrit. Jadi, Ifrit itu ya salah seorang bangsawan itu. Ingat ya, kalimatnya adalah “qoola ‘Ifriitun min al-jinni”. Ifrit dari Jin berkata. Tidak “jinnu ‘Ifriitin”. Bukan Jin Ifrit, yang selama ini umum di masyarakat.

Bangsawan itu disebut Jin, karena biasanya tertutup dari rakyat biasa. Tidak gampang rakyat biasa bisa berinteraksi dengan seorang bangsawan. Sehingga sifat-sifatnya, ide-idenya atau rencana-rencana kerjanya, perkataan, sampai perbuatannya tertutup dari masyarakat pada umumnya. Sudah pas dengan arti asal kata jinn, yaitu apa pun yang tertutup oleh pandangan mata. Apalagi pada zaman itu, teknologi informasi tidak secanggih sekarang. Tidak ada seperti gawai (gadget) dan internet.

Ingat lagi, al-jinn itu sering Allah lawankan dengan al-ins. Jadi sudah pas, al-jinn itu bisa digunakan untuk menyebut para bangsawan. Maka, al-ins bisa digunakan untuk menyebut rakyat biasa. Masyarakat umum. Atau orang kebanyakan. Kalimat Ifrit, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu,” bercerita tentang keyakinannya bisa menaklukkan kerajaan ratu Balqis dengan mudah. Tidak perlu waktu lama. Mengingat militer Nabi Sulaiman jauh lebih hebat dari militernya Balqis.

Kedua, kata al-kitab (buku) yang disebut pada ayat 40 itu, berarti buku atau ilmu dan skill canggih tentang teknik sipil. Bukan kitab suci. Adapun kalimat "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip,” maksudnya orang ini bisa lebih cepat menaklukkan kerajaan Saba’ dibanding Ifrit. Bukan hanya menaklukkan, bahkan orang ini bisa membangun istana persis seperti milik Balqis di kerajaan Nabi Sulaiman.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...