—Saiful Islam—
“Kata hayyah dan tsu’baan,
dua-duanya sering diterjemahkan sama: ular…”
Kita akan bandingkan dua buah kata
yang sering diterjemahkan dengan ular. Pertama, kata hayyah diterjemahkan
ular. Kedua, kata tsu’baan yang juga diterjemahkan ular untuk tongkat
Nabi Musa. Hayyatun tas’aa, yang diartikan seekor ular yang merayap
cepat, itu seperti diceritakan di ayat berikut.
QS. Thaha[20]: 17 – 21
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ
يَا مُوسَىٰ
17. “Apakah itu yang di tangan
kananmu, hai Musa?”
قَالَ هِيَ عَصَايَ
أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَىٰ غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ
أُخْرَىٰ
18. Musa menjawab, "Ini adalah
tongkatku. Aku bertelekan padanya. Dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku.
Dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.”
قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَىٰ
19. Allah berfirman:
"Lemparkanlah ia, hai Musa!"
فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ
حَيَّةٌ تَسْعَىٰ
20. Lalu Musa melemparkan tongkat
itu. Maka tiba-tiba ia (menjadi) seekor ular yang merayap dengan cepat.
قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ
ۖ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَىٰ
21. Allah berfirman, "Peganglah
ia dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula.”
Berikutnya adalah “tsu’baan
mubiin”, yang juga diterjemahkan sebagai ular yang nyata atau ular yang
sebenarnya, itu terdapat dalam ayat di bawah ini.
QS. Al-A’raf[7]: 104 – 107
وَقَالَ مُوسَىٰ يَا
فِرْعَوْنُ إِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
104. Dan Musa berkata, "Hai
Fir'aun. Sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam.
حَقِيقٌ عَلَىٰ أَنْ لَا
أَقُولَ عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ ۚ قَدْ جِئْتُكُمْ بِبَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ
فَأَرْسِلْ مَعِيَ بَنِي إِسْرَائِيلَ
105. “Wajib atasku tidak mengatakan
sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu
dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, Maka lepaskanlah Bani Israil (pergi)
bersamaku.”
قَالَ إِنْ كُنْتَ جِئْتَ
بِآيَةٍ فَأْتِ بِهَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
106. Fir'aun menjawab, "Jika
benar kamu membawa sesuatu bukti, maka datangkanlah bukti itu jika (betul) kamu
termasuk orang-orang yang benar.”
فَأَلْقَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا
هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ
107. Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya.
Lalu seketika itu juga tongkat itu (menjadi) ular yang sebenarnya.
QS. Al-Syu’ara[26]: 30 - 32
قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكَ
بِشَيْءٍ مُبِينٍ
30. Musa berkata, “Dan apakah (kamu
akan melakukan itu) meski kutunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata?"
قَالَ فَأْتِ بِهِ إِنْ
كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
31. Fir'aun menjawab, "Datangkanlah
sesuatu (keterangan) yang nyata itu, jika kamu adalah termasuk orang-orang yang
benar.”
فَأَلْقَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا
هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ
32. Maka Musa melemparkan
tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata.
Kita coba lihat arti kedua kata
tersebut di kamus yang umum dipakai: Mahmud Yunus dan Al-Munawwir. Kata hayyah
yang jamaknya hayyaat, Mahmud Yunus mengartikannya ular. Dari kata dasar
hayiya yahya yang berarti hidup (hayaah). Begitu juga
Al-Munawwir mengartikan hayyah dengan al-af’aa. Yakni ular.
Selanjutnya kita akan cari makna kedua
kata tersebut dalam Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an dan Lisan al-‘Arab.
Benarkah kedua kata itu berarti sama? Atau adakah perbedaannya?
Note: masih ada beberapa kata lagi
yang penting kita selidiki lebih jauh terkait dengan kisah Nabi Musa ini. Seperti
kata talqof (menelan), alquu (lemparkan), bukti atau keterangan (bayyinah),
dan lain-lain.
Sekian dulu. Semoga manfaa. Bersambung,
insya Allah…
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar