Jumat, 28 Juni 2019

TAMSIL KATA ULAR


—Saiful Islam—

“Orang, suku, tempat, dll, bisa disebut ular oleh orang Arab…”

Di antara perumpaan yang dilakukan oleh orang Arab dengan kata ular adalah seperti, “Kepalanya adalah kepala ular,” yakni cemerlang, cerdas dan cerdik. “Si Fulan adalah ular jantan,” yakni sangat berani. Mereka memanggil seorang laki-laki dengan ungkapan, “Allah memberinya minum dengan darah ular-ular,” yakni Allah membinasakannya. Ada lagi, “Aku melihat ular dan kala jengking di bukunya,” yakni ketika penulisnya memfitnahkan seseorang kepada pemimpin, agar orang yang difitnah tersebut berada dalam keadaan sulit (dilema).

Untuk laki-laki atau perempuan yang panjang umur, dikatakan, “Laki-laki itu, tiada lain kecuali ular,” atau “Tak lain dan tak bukan, perempuan ini adalah ular.” Itu karena panjangnya umur ular. Seakan-akan laki-laki atau perempuan itu disebut ular karena panjang umurnya. “Si Fulan adalah ularnya padang pasir, ularnya bumi, ularnya pohon al-hamath,” yakni ketika kelicikan dan kejahatannya sudah mencapai puncaknya. Begitu kata Al-A’robiy.

“Al-hayyah min simaat al-ibil,” yaitu nama sebuah tanda (andeng-andeng, orang Jawa bilang) di pipi atau pun leher yang melingkar seperti ular. Ini dari Ibnu Habib sebagai sebutan untuk Abi Aliy.

“Hayyah ibn Bahdalah,” ini untuk menyebut sebuah kabilah. Atau suku tertentu. Yakni kabilah Hayawiy seperti diceritakan Sibawaih dari al-Khalil dari orang-orang Arab.

Sedangkan “Banu Hayy” atau  Banu al-Hayaa”, itu nama untuk marga atau klan orang Arab. “Muhayyaah” adalah nama tempat. Orang-orang Arab menyebut yahya, huyayyan, hayyan, hiyyan, hayyaan, huyayyah, dan al-hayaa untuk nama orang perempuan. Dan adapun Abu Tihyaah, itu julukan seorang laki-laki.

Jadi, kata al-hayyah (ular), dalam Lisan al-‘Arab, itu adalah dari kata hayaa. Yakni al-hayaah (hidup) diartikan sebagai lawan dari mati.

*******************

Dari kata hayiya, menurut Al-Raghib al-Ashfahaniy, kata al-hayaah dipakai untuk beberapa sudut pandang. Pertama, adalah kekuatan inheren yang muncul pada tumbuh-tumbuhan dan hewan. Makanya ada ungkapan, “Tanaman itu hidup”. Allah berfirman dalam ayat-ayat berikut ini.

QS. Al-Rum[30]: 19
يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَيُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ وَكَذَٰلِكَ تُخْرَجُونَ
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. dan seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).

QS. Qaf[50]: 11
رِزْقًا لِلْعِبَادِ ۖ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا ۚ كَذَٰلِكَ الْخُرُوجُ
Untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti Itulah terjadinya kebangkitan.

QS. Al-Anbiya’[21]: 30
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?

Kedua, al-hayaah berarti kekuatan instingtif (rasa). Karenanya binatang itu disebut hayawan (hewan). Makna ini yang ada dalam ayat-ayat berikut ini.

QS. Fathir[35]: 22
وَمَا يَسْتَوِي الْأَحْيَاءُ وَلَا الْأَمْوَاتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُسْمِعُ مَنْ يَشَاءُ ۖ وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ
Dan tidak (pula) sama yang hidup dan yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar.

QS. Al-Mursalat[77]: 25 - 26
أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ كِفَاتًا
25. Bukankah Kami menjadikan bumi (tempat) berkumpul,
أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا
26. Yang hidup dan yang mati?

QS. Fushshilat[41]: 39
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ ۚ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۚ إِنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang. Maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya, pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Penggalan firman Allah, “inna al-ladziy ahyaaha,” untuk kekuatan tumbuhan. Dan “lamuhyi al-maut,” untuk kekuatan instingtif.

Begitu dulu. Semoga manfaat. Bersambung, insya Allah…

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...