—Saiful Islam—
“Orang, suku, tempat, dll, bisa disebut
ular oleh orang Arab…”
Di antara perumpaan yang dilakukan
oleh orang Arab dengan kata ular adalah seperti, “Kepalanya adalah kepala ular,”
yakni cemerlang, cerdas dan cerdik. “Si Fulan adalah ular jantan,” yakni sangat
berani. Mereka memanggil seorang laki-laki dengan ungkapan, “Allah memberinya
minum dengan darah ular-ular,” yakni Allah membinasakannya. Ada lagi, “Aku
melihat ular dan kala jengking di bukunya,” yakni ketika penulisnya memfitnahkan
seseorang kepada pemimpin, agar orang yang difitnah tersebut berada dalam
keadaan sulit (dilema).
Untuk laki-laki atau perempuan yang
panjang umur, dikatakan, “Laki-laki itu, tiada lain kecuali ular,” atau “Tak
lain dan tak bukan, perempuan ini adalah ular.” Itu karena panjangnya umur
ular. Seakan-akan laki-laki atau perempuan itu disebut ular karena panjang
umurnya. “Si Fulan adalah ularnya padang pasir, ularnya bumi, ularnya pohon al-hamath,”
yakni ketika kelicikan dan kejahatannya sudah mencapai puncaknya. Begitu kata Al-A’robiy.
“Al-hayyah min simaat al-ibil,” yaitu nama
sebuah tanda (andeng-andeng, orang Jawa bilang) di pipi atau pun leher yang
melingkar seperti ular. Ini dari Ibnu Habib sebagai sebutan untuk Abi Aliy.
“Hayyah ibn Bahdalah,” ini untuk
menyebut sebuah kabilah. Atau suku tertentu. Yakni kabilah Hayawiy seperti
diceritakan Sibawaih dari al-Khalil dari orang-orang Arab.
Sedangkan “Banu Hayy” atau “Banu al-Hayaa”, itu nama untuk marga
atau klan orang Arab. “Muhayyaah” adalah nama tempat. Orang-orang Arab
menyebut yahya, huyayyan, hayyan, hiyyan, hayyaan, huyayyah, dan al-hayaa
untuk nama orang perempuan. Dan adapun Abu Tihyaah, itu julukan seorang
laki-laki.
Jadi, kata al-hayyah (ular),
dalam Lisan al-‘Arab, itu adalah dari kata hayaa. Yakni al-hayaah
(hidup) diartikan sebagai lawan dari mati.
*******************
Dari kata hayiya, menurut Al-Raghib
al-Ashfahaniy, kata al-hayaah dipakai untuk beberapa sudut pandang. Pertama,
adalah kekuatan inheren yang muncul pada tumbuh-tumbuhan dan hewan. Makanya ada
ungkapan, “Tanaman itu hidup”. Allah berfirman dalam ayat-ayat berikut ini.
QS. Al-Rum[30]: 19
يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ
الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَيُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ
مَوْتِهَا ۚ وَكَذَٰلِكَ تُخْرَجُونَ
Dia mengeluarkan yang hidup dari
yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi
sesudah matinya. dan seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).
QS. Qaf[50]: 11
رِزْقًا لِلْعِبَادِ ۖ وَأَحْيَيْنَا
بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا ۚ كَذَٰلِكَ الْخُرُوجُ
Untuk menjadi rezeki bagi
hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering).
Seperti Itulah terjadinya kebangkitan.
QS. Al-Anbiya’[21]: 30
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ
كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا
مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Dan apakah orang-orang yang kafir
tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?
Kedua, al-hayaah
berarti kekuatan instingtif (rasa). Karenanya binatang itu disebut hayawan
(hewan). Makna ini yang ada dalam ayat-ayat berikut ini.
QS. Fathir[35]: 22
وَمَا يَسْتَوِي
الْأَحْيَاءُ وَلَا الْأَمْوَاتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُسْمِعُ مَنْ يَشَاءُ ۖ وَمَا
أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ
Dan tidak (pula) sama yang hidup
dan yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang
didalam kubur dapat mendengar.
QS. Al-Mursalat[77]: 25 - 26
أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ
كِفَاتًا
25. Bukankah Kami menjadikan bumi
(tempat) berkumpul,
أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا
26. Yang hidup dan yang mati?
QS. Fushshilat[41]: 39
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ
تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ
وَرَبَتْ ۚ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۚ إِنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan di antara tanda-tanda-Nya
(ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang. Maka apabila Kami turunkan air
di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang
menghidupkannya, pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
Penggalan firman Allah, “inna al-ladziy
ahyaaha,” untuk kekuatan tumbuhan. Dan “lamuhyi al-maut,” untuk
kekuatan instingtif.
Begitu dulu. Semoga manfaat. Bersambung,
insya Allah…
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar