—Saiful Islam—
“Menurut saya, tafsirnya Layts itu
tidak pas…”
Ketiga, masih menurut Al-Mufradat
fi Gharib al-Qur’an, arti al-hayaah adalah untuk kekuatan berakal. Seperti
kalimat penyair, “Waqod naadayta law asma’ta hayyan. Walaakin laa hayaata
liman tunaadiy, Engkau sukses berdakwah jika memperdengarkan kepada yang
hidup, sayangnya yang kau dakwahi itu mati.”
QS. Al-An’am[6]: 122
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا
فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ
مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ
Dan apakah orang yang sudah mati
kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang
dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia,
serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali
tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu
memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.
Keempat, al-hayyah berarti
sebuah ibarat untuk menghilangkan duka cita atau kesedihan hati.
QS. Ali Imran[3]: 169
وَلَا تَحْسَبَنَّ
الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ
يُرْزَقُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi
Tuhannya dengan mendapat rezeki.
Kelima, kehidupan akhirat yang
abadi. Ini juga terkait dengan kehidupan akal dan ilmu.
QS. Al Anfal[8]: 24
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا
أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu
yang menghidupkanmu. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara
manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
QS. Al-Fajr[89]: 24
يَقُولُ يَا لَيْتَنِي
قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
Dia mengatakan: "Alangkah
baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.”
Keenam, hidup yang menjadi sifat
Yang Maha Menciptakan. Ketika Allah disebut Yang Maha Hidup, maka Ia tak akan
pernah mati. Dan hidup yang ini hanya milik Allah saja.
Dari Lisan al-‘Arab, kita sudah
tahu kemarin, bahwa ada yang berpendapat bahwa al-hayyah (ular) itu
diambil dari kata hawaytu. Yang dibenarkan oleh Abu Manshur. Nah, di Al-Mufradat
ini, kata al-hawaayaa diartikan sebagai usus. Ular dan usus terambil
dari kata yang sama, karena sama-sama melingkar.
Kira-kira begitulah gambaran kata
ular dari kata hayyah. Baik dari Lisan al-‘Arab maupun Al-Mufradat fi
Gharib al-Qur’an. Sekarang kita coba menelisik kata lain yang juga
diterjemahkan ular. Yaitu kata tsu’baan (7:107 dan 26:32).
Al-Munawwir dan Mahmud
Yunus, memang mengartikan tsu’baan itu adalah ular. Bentuk pluralnya
tsa’aabiin.
Dari kata tsa’aba. Al-tsa’ab
itu adalah aliran air di lembah. Jadi untuk menyebut alirannya. Bukan airnya. Jika
dikatakan, “Maa’un tsa’bun,” ini berarti air yang mengalir.
Lisan al-‘Arab mengartikan tsa’aba
itu mengalir atau mengalirkan. Seperti kalimat, tsa’aba al-maa’a wa al-dama.
Yakni berarti mengalirkan air, darah, dan yang semisalnya. Mats’ab al-mathar,
aliran hujan, juga terambil dari kata yang sama itu juga menurut Al-Layts.
Dalam Hadis juga dijumpai redaksi
yang menggunakan kata tsa’aba yang berarti mengalir itu. Misalnya, “Wa
jurhuhu yats’ab daman, lukanya mengalirkan darah,” dan begitu juga “intsa’abat
jadyad al-dam”.
Al-tsa’ab, al-waqii’ah,
dan al-ghadiir, semua kata ini berarti sama. Yaitu tempat berkumpulnya
air. Al-Layts berpendapat bahwa al-tsa’ab itu adalah sebagian buih yang
terkumpul dalam aliran hujan. Namun dikritik oleh Al-Azhariy, “Tafsirnya Layts
terhadap kata al-tsa’b itu tidak pas. Menurut saya, al-tsa’ab itu
alirannya (bukan buihnya). Bukan buih yang terkumpul dari aliran hujan.”
Begitu dulu. Mohon yang sabar ya. Hehe.
Memahami Qur’an itu memang harus sabar. Tartil. Saya sengaja mengeksplor kosa
katanya, supaya analisisnya nanti antum tahu ada sandarannya. Tidak ngawur. Semoga
bermanfaat. Bersambung, insya Allah…
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar