Sabtu, 29 Juni 2019

MENGALIR TAK MESTI ULAR


—Saiful Islam—

“Menurut saya, tafsirnya Layts itu tidak pas…”

Ketiga, masih menurut Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, arti al-hayaah adalah untuk kekuatan berakal. Seperti kalimat penyair, “Waqod naadayta law asma’ta hayyan. Walaakin laa hayaata liman tunaadiy, Engkau sukses berdakwah jika memperdengarkan kepada yang hidup, sayangnya yang kau dakwahi itu mati.”

QS. Al-An’am[6]: 122
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.

Keempat, al-hayyah berarti sebuah ibarat untuk menghilangkan duka cita atau kesedihan hati.

QS. Ali Imran[3]: 169
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.

Kelima, kehidupan akhirat yang abadi. Ini juga terkait dengan kehidupan akal dan ilmu.

QS. Al Anfal[8]: 24
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang menghidupkanmu. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.

QS. Al-Fajr[89]: 24
يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
Dia mengatakan: "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.”

Keenam, hidup yang menjadi sifat Yang Maha Menciptakan. Ketika Allah disebut Yang Maha Hidup, maka Ia tak akan pernah mati. Dan hidup yang ini hanya milik Allah saja.

Dari Lisan al-‘Arab, kita sudah tahu kemarin, bahwa ada yang berpendapat bahwa al-hayyah (ular) itu diambil dari kata hawaytu. Yang dibenarkan oleh Abu Manshur. Nah, di Al-Mufradat ini, kata al-hawaayaa diartikan sebagai usus. Ular dan usus terambil dari kata yang sama, karena sama-sama melingkar.

Kira-kira begitulah gambaran kata ular dari kata hayyah. Baik dari Lisan al-‘Arab maupun Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an. Sekarang kita coba menelisik kata lain yang juga diterjemahkan ular. Yaitu kata tsu’baan (7:107 dan 26:32).

Al-Munawwir dan Mahmud Yunus, memang mengartikan tsu’baan itu adalah ular. Bentuk pluralnya tsa’aabiin.

Dari kata tsa’aba. Al-tsa’ab itu adalah aliran air di lembah. Jadi untuk menyebut alirannya. Bukan airnya. Jika dikatakan, “Maa’un tsa’bun,” ini berarti air yang mengalir.

Lisan al-‘Arab mengartikan tsa’aba itu mengalir atau mengalirkan. Seperti kalimat, tsa’aba al-maa’a wa al-dama. Yakni berarti mengalirkan air, darah, dan yang semisalnya. Mats’ab al-mathar, aliran hujan, juga terambil dari kata yang sama itu juga menurut Al-Layts.

Dalam Hadis juga dijumpai redaksi yang menggunakan kata tsa’aba yang berarti mengalir itu. Misalnya, “Wa jurhuhu yats’ab daman, lukanya mengalirkan darah,” dan begitu juga “intsa’abat jadyad al-dam”.

Al-tsa’ab, al-waqii’ah, dan al-ghadiir, semua kata ini berarti sama. Yaitu tempat berkumpulnya air. Al-Layts berpendapat bahwa al-tsa’ab itu adalah sebagian buih yang terkumpul dalam aliran hujan. Namun dikritik oleh Al-Azhariy, “Tafsirnya Layts terhadap kata al-tsa’b itu tidak pas. Menurut saya, al-tsa’ab itu alirannya (bukan buihnya). Bukan buih yang terkumpul dari aliran hujan.”

Begitu dulu. Mohon yang sabar ya. Hehe. Memahami Qur’an itu memang harus sabar. Tartil. Saya sengaja mengeksplor kosa katanya, supaya analisisnya nanti antum tahu ada sandarannya. Tidak ngawur. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...