—Saiful Islam—
“Deddy Corbuzier misalnya. Memang
tujuannya adalah “mengelabui” penonton. Makanya, Jum’at kemarin dia masuk
Islam. Hehehe…”
Kira-kira lima atau enam tahun yang
lalu, kawan karib saya datang dari Madura. Santri taat. Ia menginap di rumah
kami, di Surabaya. Pukul enam pagi, saya ajak ke pasar. Kebetulan di pasar ini
ada pesulap yang berjualan alat atau trik sulapnya. Pesulap ini meremas-remas
kain juga putung rokok, dan tiba-tiba hilang. Anehnya, dia bisa menghadirkan
lagi kain dan potong rokok itu dari mulutnya. Wow! Surprised!! Selain
itu, pesulap itu hanya menggoyangkan uang yang ada di tangannya. Tiba-tiba dua
ribu rupiah, menjadi lima ribu. Menjadi sepuluh ribu. Menjadi dua puluh ribu.
Lima puluh ribu. Dan seterusnya sampai bertumpuk-tumpuk. Amazing!!!
Kawan saya itu penasaran sekali. Dia
amat yakin bahwa itu ulah Jin. Atau bantuan setan. “Itu ada triknya, Kawan,”
kata saya padanya. Dia tidak percaya. Malah semakin penasaran. Dan memutuskan
untuk membeli. Sebagaimana janjinya, dengan membeli, pesulap ini akan memberi
tahu triknya. Atau memberi alatnya. Secara privat. Langsung di tempat itu. Dan
benar, setelah tahu alatnya, triknya, sebab-akibatnya, kawan saya ini kecewa
ketika kembali ke rumah kami. Alat itu seperti tutup pulpen yang dibentuk
seperti jari jempol tangan orang dewasa. Kain dan putung rokok tadi dia
masukkan ke dalamnya.
……………………....
Makna sihir versi KBBI tidak bisa
digunakan untuk memahami sihir yang terkait dengan teologi Islam. Tidak bisa
juga hanya berdasar “katanya dan katanya” di masyarakat Jawa—Madura misalnya. Beda
konteksnya. Kita harus memahami sihir itu dari ayat-ayat Al Qur’an. Baik teks
maupun konteksnya. Serta dari sumber-sumber Arab yang valid. Salah satunya
kamus Arab. Seperti Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an dan Lisan al-‘Arab.
Mari kita perhatikan lagi makna
sihir versi Arabnya.
كلّ
أمر يخفى سببُه ، ويُتخيّل على غير حقيقته ، ويجري مجرى التمويه والخداع ، إخراج
الباطل في صورة الحقّ ، استخدام القوى الخارقة بواسطة الأرواح
Sihir adalah apapun yang
tersembunyi sebabnya, terbayang sesuatu yang bukan sebenarnya, posisinya adalah
tipuan; menampakkan kedustaan yang seolah-olah kebenaran; menggunakan kekuatan
luar biasa dengan perantara roh-roh.
Perhatikan sekali lagi kalimat, “terbayang
sesuatu yang bukan sebenarnya”. Jadi hanya terbayang. Terbayang apa? Terbayang sesuatu
yang luar biasa. Magic. Yang membuat kita berdecak kagum, “Kok bisa ya?”.
Padahal kalau kita ketahui trik-triknya, tiba-tiba saja berubah dalam benak
kita, “Ealah. Ngono ta tibak e,” kata orang Surabaya. “Perak ngak
rea,” kata kawan Madura. “Tibiane mong gedigu,” ucap orang Oseng
Banyuwangi.
Perhatikan juga kalimat, “posisinya
adalah tipuan”. Jelas sekali, tipuan. Ya, tipuan. Jadi sihir itu memang tipuan.
Sekali lagi, sudah jelas tipuan. La kok di masyarakat justru sihir itu dianggap
sampai diyakini sesuatu yang luar biasa. Yang hebat. Yang benar-benar terjadi. Malah
dibumbu-bumbui, “perantara Jin, punya asisten Jin, kerja sama dengan Jin,
perbuatan Jin,” dan semisalnya.
Cermati juga kalimat, “menampakkan
kedustaan yang seolah-olah kebenaran”. Jadi kebenaran yang dihebat-hebatkan
masyarakat itu hanya seolah-olah. Cuma terbayang. Diyakini tanpa verifikasi. Aslinya
apa? Kedustaan. Ya, kedustaan. “Apos,” orang Oseng Banyuwangi bilang. “Mbojok,”
kata Arek Suroboyo. “Lecek,” jika diucapkan oleh kacong-cebing
Madura.
Barulah kalimat ini yang menjadi
masalah, “menggunakan kekuatan luar biasa dengan perantara roh-roh”. Roh-roh di
sini tentu bukan sosok-sosok makhluk halus. Kata arwah itu bentuk plural
dari ruuh. Al Qur’an tidak pernah menyebut arwah itu untuk makhluk halus.
Tapi untuk ruh yang masuk pada makhluk hidup seperti manusia, Al Qur’an disebut
ruh (42:52), dan ruh al-quds (16:102) untuk Malaikat Jibril.
Tidak ada dalam Al Qur’an frase ruh
Jin, ruh setan, atau ruh Iblis! Tidak ada!! “Menggunakan kekuatan luar biasa
dengan perantara roh-roh,” adalah keyakinan khas masyarakat primitif animisme—dinamisme
yang sangat ditentang oleh Al Qu’ran. Tidak ada kekuatan dari roh-roh. Kekuatan
itu hanya dari Allah. Bisa lewat Malaikat.
Sekarang definisi berikutnya.
لَمْ
يَكُنْ ما جاءَ بِهِ إلا سِحْراً : كُلُّ أَمْرٍ أوْ عَمَلٍ يُزْعَمُ أنَّهُ
خَارِقٌ للعَادَةِ وَالطَّبِيعَةِ وَلاَ يُعْرَفُ سَبَبُهُ وَيُقْصَدُ بِهِ
التَّمْوِيهُ وَالخِدَاعُ
Yang dilakukannya tidak lain adalah
sihir. Maksudnya adalah setiap sesuatu atau pekerjaan yang dianggap keluar dari
kebiasaan atau hukum alam, tidak diketahui sebabnya, dengan tujuan menipu atau
memperdayakan.
Tidak ada yang keluar dari hukum
alam. Sunnatullah. Allah sudah mengatur mekanisme alam semesta ini dengan
sunnatullah. Dengan sistem. Sehingga berjalan teratur sekaligus indah. Tidak liar.
Setiap sesuatu selalu ada sebab akibatnya. Karenanya, Allah memerintahkan kita
untuk mengambil ibrah (pelajaran) darinya. “Maka sekali-kali kamu tidak akan
mendapat penggantian bagi sunnatullah. Dan sekali-kali tidak (pula) akan
menemui penyimpangan bagi sunnatullah itu,” (35:43).
“Tidak diketahui sebabnya, dengan
tujuan menipu atau memperdayakan,” ini adalah supalan. Tukang sulap memang
berusaha keras aksinya itu tidak diketahui sebabnya. Disembunyikan triknya. Menyembunyikan
sebab, adalah tujuan utamanya. Supaya aksinya terkesan amazing. Ajaib. Luar
biasa. Semua pesulap atau magician, seperti Deddy Corbuzier misalnya,
memang tujuannya adalah “mengelabui” penonton. Makanya, Jum’at kemarin dia
masuk Islam. Hehehe.
Deddy ini orang cerdas. Sebelum masuk
Islam itu, sering saya menonton videonya di YouTube. Dia adalah magician
yang hebat. Keluarganya multi religi. Seandainya dia memang bisa bersekutu
dengan Jin, pastilah dia tidak akan mau kerja capek-capek jadi presenter,
fitness trainer, actor, atau YouTuber. Tidak akan nge-gym
untuk membentuk otot-ototnya. Tidak akan mau masuk Islam. Kenapa? Dia bisa kaya
raya, bisa terkenal, bisa sakti, cukup dengan perantara Jin-Jinnya. Right?!
Di situ dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung,
insya Allah…
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar