—Saiful Islam—
“Sihir, nggak ada urusannya dengan
Jin…”
Mengenai sihir. Agaknya kebanyakan
kita ini terpengaruh oleh kamus Bahasa Indonesia. Sedangkan kamus ini sendiri
terpengaruh oleh keyakinan umum masyarakat. Common sense. Sebuah
keyakinan teologi yang sebenarnya tidak berdasar. Karena agama di Indonesia,
Jawa—Madura khususnya, itu beragam maka bisa saja makna yang masuk ke dalam
kamus itu hasil dari gado-gado. Alias campur aduk. Agama satu dengan agama yang
lain. Perlu diwaspadai, sebab agama pendahulu kita di sini ini adalah
animisme—dinamisme dan Hindu—Budha. Islam datang belakangan.
Di Mekah, sebelum Al Qur’an turun,
itu masyarakatnya adalah penyembah berhala. Patung Latta dan Uzza yang
terkenal. Bahkan di zaman Ibrahim, pemipin dan masyarakatnya juga sudah menyembah
berhala. Perhatikan saja sejarah peradaban manusia tertua di dunia. Khususnya
sejarah tuhannya. Mereka menyembah arwah (roh-roh), Menyembah dewa-dewi. Sampai
orang-orang Yahudi, yakin Uzair itu anaknya tuhan. Orang Nasrani meyakini Isa
anaknya tuhan. Orang-orang Majusi pun di timur adalah penyembah api.
Al Qur’an diturunkan Allah untuk
mengoreksi semua keyakinan sesat tersebut. Maka waspadalah. Jangan-jangan
keyakinan kita ini warisan dari agama nenek moyang di atas. Kisah “Mbae
moleh,” kemarin itu misalnya. Sekilas info, animisme adalah kepercayaan
kepada makhluk halus dan roh yang merupakan asas kepercayaan agama yang
mula-mula muncul di kalangan manusia primitif. Sedangkan dinamisme adalah
pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal yang diyakini menetap
di tempat-tempat tertentu, seperti pohon besar, batu, dan semisalnya.
Sebagaimana kisah-kisah Yahudi dan
Nasrani yang banyak masuk dalam tradisi Islam (seperti Israiliyyat), diduga
banyak juga tradisi animisme—dinamisme yang masuk dalam Islam. Dilantunkan di
masjid-masjid tanpa sadar. Misalnya syair Jawa di bawah ini:
Malam Jum’at, roh nunggu onok
lawang…
(arwah keluarga menunggu di pintu
rumah saat malam Jum’at)
Njalok kiriman sak ayat soko
Qor’an…
(minta kiriman pahala bacaan ayat Al
Qur’an)
Barang ora oleh sak ayat soko
Qor’an…
(ketika tidak ada yang ngirim
pahala bacaan Al Qur’an itu)
Bali menyang kobor brebes mili
ketangisan…
(kembali ke kuburan dalam keadaan
menangis)
OK lah. Kita masuk makna sihir. Diceritakan
di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Sekaligus kata yang terkait, supaya
kalian mudah memahaminya. Sehingga ketemu alur logika versi KBBI-nya.
Sihir/si·hir/ n 1 perbuatan
yang ajaib yang dilakukan dengan pesona dan kekuatan gaib (guna-guna, mantra,
dan sebagainya): ia terdiam seperti kena --; 2 ilmu
tentang penggunaan kekuatan gaib; ilmu gaib (teluh, tuju, dan
sebagainya): ahli -- (orang -- ), orang yang berilmu sihir;
juru teluh.
Mantra adalah perkataan
atau ucapan yang memiliki kekuatan gaib (misalnya dapat menyembuhkan,
mendatangkan celaka, dan sebagainya): upacara itu dimulai dengan
pembacaan --; 2 susunan kata berunsur puisi (seperti rima, irama)
yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau
pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.
Sedangkan jampi adalah kata-kata
atau kalimat yang dibaca atau diucapkan, dapat mendatangkan daya gaib (untuk
mengobati penyakit dan sebagainya).
Guna-guna disebutkan sebagai jampi-jampi
(mantra dan sebagainya) untuk menarik hati orang.
Adapun ajaib berarti ganjil;
aneh; jarang ada; tidak seperti biasa; mengherankan; sesuatu yang aneh;
keheranan; yang tidak dapat diterangkan dengan akal.
Gaib/ga·ib/ v 1 tidak
kelihatan; tersembunyi; tidak nyata: para ilmuwan
mencoba meneliti hal-hal yang -- di alam semesta ini; 2 hilang;
lenyap: sekalian dewa-dewa itu pun -- lah; 3 tidak
diketahui sebab-sebabnya (halnya dan sebagainya): banyak peristiwa
-- yang belum diselidiki.
Di tulisan sebelumnya, sudah saya
tunjukkan. Bahwa sihir itu tidak lain adalah kata-kata. Atau kalimat. Teks.
Atau yang diucapkan. Lebih tepatnya sihir itu adalah kata-kata yang
memperdayakan. Lawannya adalah al-muhyi (8:24). Yaitu kata-kata juga. Ya
kalimat. Bedannya, al-muhyi adalah kata-kata atau kalimat-kalimat yang
memberdayakan. Memotivasi dan menginspirasi pada ilmu, kebaikan dan perbaikan.
Sekarang kita masuk merujuk dari
sumber-sumber Arab. Jika kita mengetik kata sin, ha’, dan ra’,
sahara di kamus Al Ma’aniy misalnya, secara umum sihir berarti
karisma, glamor, daya tarik, menggiurkan, sangat menarik, memesona, memikat,
menggetarkan hati, memalingkan, merusak, dan menjauhkan.
Kita pun mendapati keterangan
seperti ini:
كلّ
أمر يخفى سببُه ، ويُتخيّل على غير حقيقته ، ويجري مجرى التمويه والخداع ، إخراج
الباطل في صورة الحقّ ، استخدام القوى الخارقة بواسطة الأرواح
Terjemah bebasnya begini kira-kira:
Sihir adalah apapun yang tersembunyi sebabnya, terbayang sesuatu yang bukan
sebenarnya, posisinya adalah tipuan; menampakkan kedustaan yang seolah-olah
kebenaran; menggunakan kekuatan luar biasa dengan perantara roh-roh.
Juga dijumpai keterangan seperti
berikut ini:
لَمْ
يَكُنْ ما جاءَ بِهِ إلا سِحْراً : كُلُّ أَمْرٍ أوْ عَمَلٍ يُزْعَمُ أنَّهُ
خَارِقٌ للعَادَةِ وَالطَّبِيعَةِ وَلاَ يُعْرَفُ سَبَبُهُ وَيُقْصَدُ بِهِ
التَّمْوِيهُ وَالخِدَاعُ
Terjemah bebasnya: yang dilakukannya
tidak lain adalah sihir. Maksudnya adalah setiap sesuatu atau pekerjaan yang
dianggap keluar dari kebiasaan atau hukum alam, tidak diketahui sebabnya,
dengan tujuan menipu atau memperdayakan.
Di sana juga disebutkan bahwa yang
menyihir itu adalah Al Qur’an dan Taurat, atau Al Qur’an dan Injil, atau Taurat
dan Injil. Jadi Al Qur’an pun disebut sihir. Begini redaksi Arabnya:
الساحر : القرآن والتوراة أو القرآن
والإنجيل أو التوراة والإنجيل
Kalau menurut Hadis, sebagian
kata-kata adalah sihir. Dalam kata-kata itu ada sihirnya. Alias kata-kata bisa
menjadi sihir. إنَّ مِنَ البَيَانِ لَسِحْراً misalnya Hadis riwayat Bukhari 4749 dan 5325; Abu Daud
4356 dan 4354; dan lain-lain.
Dengan
demikian, sihir itu tidak ada yang mistis. Tidak ada yang klenik. Tidak ada
urusannya dengan roh-roh. Arwah. Nggak ada urusan dengan Jin. Kalau pun sihir
itu dianggap magic, alias sulapan dengan tujuan menghibur atau menipu,
sekarang sudah banyak yang membongkar triknya. Sulapan yang terkesan magic,
itu sudah diketahui sebab-sebabnya. Trik-triknya. Silakan tonton di YouTube
banyak. Jelas bagi kita sekarang, bahwa tidak ada yang keluar dari sebab
akibat. Sunnatullah. Apa pun di dunia nyata ini selalu ada sebabnya.
Aksi-reaksi itu sudah hukum alam. Hukum Al Qur’an. Karenanya menjadi ibrah.
Pelajaran bagi orang-orang yang berakal sehat.
QS. Fathir[35]: 43
اسْتِكْبَارًا فِي
الْأَرْضِ وَمَكْرَ السَّيِّئِ ۚ وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ ۚ فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا سُنَّتَ
الْأَوَّلِينَ ۚ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَبْدِيلًا ۖ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ
اللَّهِ تَحْوِيلًا
Karena kesombongan (mereka) di muka
bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan
menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka
nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada
orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat
penggantian bagi sunnatullah. Dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui
penyimpangan bagi sunnatullah itu.
Sampai di sini dulu. Semoga
bermanfaat. Bersambung, insya Allah…
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar