—Saiful Islam*—
“Allah murka kepada orang-orang
yang tidak menggunakan akalnya…” (QS.10:100)
Suatu hari, secara tidak sengaja,
saya pernah menemukan pepatah Arab. Bunyinya: “Idzaa tamma al-‘aql qolla
al-kalaam.” Arti bebasnya kira-kira begini: “Ketika menyempurna akal
seseorang, maka semakin sedikit bicaranya.”
Digambarkan dalam Al-Mufradat fi
Gharib al-Qur’an. Bahwa al-‘aql itu merupakan sebuah kekuatan yang
membuat seseorang siap menerima ilmu. Ada lagi yang menyebutkan bahwa sebuah
ilmu yang dimanfaatkan oleh manusia dengan kekuatan tersebut, itu adalah ‘aql.
Jadi, yang pertama menunjuk pada kekuatannya. Dari dalam (internal). Sedangkan
yang kedua menunjuk pada ilmunya. Dari luar (eksternal).
Menurut Al-Ashfahaniy, semua celaan
Allah kepada orang kafir karena tidak berakal, itu menunjuk pada makna yang
kedua. Bukan yang pertama. Seperti pada QS.2:171 dan lain-lain. Sedangkan semua
kewajiban agama yang dibebaskan oleh Allah dari seorang yang tidak berakal, itu
menunjuk pada makna yang pertama.
Al-‘aql itu asalnya
berarti menahan diri dari sesuatu. Mengontrol diri. Alias mengendalikan diri.
Seperti mengikat unta dengan tali kekang. ‘Aqolat al-mar’ah sya’roha:
perempuan itu mengikat rambutnya. Sehingga tidak terburai. ‘Aqola lisaanahu:
ia mengendalikan lidahnya. Yakni tidak ngomong sembarangan. Makanya benteng
kerajaan itu disebut ma’qil.
Adapun Lisan al-Arab panjang
lebar melukiskan kata al-‘aql ini. Saya kutip yang sekiranya nyambung (relevan)
dengan tema yang sedang kita bahas saja. Bahwa al-‘aql itu artinya
adalah pantangan dan larangan. Lawan kata bodoh atau idiot. Bentuk pluralnya
adalah ‘uquul.
Dikatakan bahwa al-‘aaqil
(orang yang berakal) itu adalah orang yang menahan dirinya dari memperturutkan
hawa nafsunya. Ini diambil dari perkataan orang-orang Arab, “Qod u’tuqila
lisaanuhu.” Yakni ketika lidahnya ditahan dan dibungkam untuk tidak
berbicara.
Adapun al-ma’quul adalah
sesuatu yang dipikirkan dengan otak (maa ta’qiluhu bi qolbik). Disebutkan
juga bahwa al-‘aql itu adalah yang membuat sesuatu menjadi kokoh. Al-‘aql
juga bisa berarti al-qalb (otak). Dan sebaliknya, al-qalb adalah
akal. Al-‘aql dinamai tali kekang, itu karena menahan orang sehingga
tidak terjerumus pada kecelakaan dan kehancuran.
Menurut satu pendapat, al-‘aql
itu adalah pembeda yang membedakan manusia dari binatang. Jika ada seseorang
yang dikatakan qolbun ‘aquulun, maka orang itu paham. Nama obat sakit
perut itu al-‘aquul. Mungkin yang awalnya mual-mual, dengan obat itu
menjadi semacam ‘diikat’ sehingga normal dan stabil.
Dituturkan sebuah Hadis bahwa Al
Qur’an itu seperti unta yang diikat erat (al-ibil al-mu’aqqolah). Maksudnya
orang yang berprinsip dengan Qur’an, perbuatannya akan terjaga dari perbuatan
yang berdampak celaka.
Menurut saya penting untuk dicatat
di sini, adalah bahwa akal itulah yang merupakan pembeda antara manusia dengan
binatang. Baik secara fisik, maupun secara psikis. Secara fisik, manusia memang
mirip dengan binatang. Bahkan ada definisi manusia, itu adalah binatang yang
berakal. Layaknya binatang, kalau cuma tidur, manusia itu tidur. Juga makan dan
kawin. Lahir dan mati. Qur’an pun menyindir orang yang tidak menggunakan
akalnya, itu layaknya binatang ternak saja (QS.25:44).
Tetapi akal manusia itu khas dan
unik. Karenanya manusia menjadi berbudaya. Menjadi makhluk individual sekaligus
sosial. Makhluk spiritual, emosional, serta intelektual. Bisa membuat
tanda-tanda. Serta simbol-simbol. Berbahasa. Berbicara. Menulis. Bercerita. Berpikir.
Menemukan, membuat dan mengembangkan Sains dan Teknologi. Sekaligus sebagai
makhluk estetika yang menyukai seni dan keindahan.
Dengan akalnya pula, lantas menusia
bisa memahami konsekuensi. Sebab akibat. Kalau melakukan ini, maka akibatnya
begitu. Dilengkapi bukan hanya dengan mata, tetapi langsung lima indra:
penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa. Akal manusia juga, tak
hanya bisa menyimpan memori masa lalu. Tetapi juga bisa memprediksi masa depan.
Dan ternyata baik Al Qur’an, maupun
realitas alam dan sosial, ini dihamparkan oleh Allah tidak lain untuk akal itu.
Supaya manusia yang sadar konsekuensi, itu menyesuaikan dirinya melakukan
hal-hal yang menyelamatkan, mensukseskan, dan membahagiakan dirinya dalam
kehidupan di dunia ini sampai di akhirat kelak. Maka Sungguh sayang, ayat-ayat
(qowliyah dan kawniyah) itu hanya dibiarkan lewat begitu saja.
Tidak mau memahami.
QS. Yusuf[12]: 105
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ
Dan banyak sekali AYAT-AYAT (kekuasaan
Allah) DI LANGIT DAN DI BUMI yang mereka melaluinya, sedang mereka BERPALING dari
padanya.
QS. Al-Anbiya’[21]: 24
أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ
دُونِهِ آلِهَةً ۖ قُلْ هَاتُوا
بُرْهَانَكُمْ ۖ هَٰذَا ذِكْرُ مَنْ مَعِيَ وَذِكْرُ مَنْ
قَبْلِي ۗ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
الْحَقَّ ۖ فَهُمْ مُعْرِضُونَ
Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan
selain-Nya? Katakanlah: "Unjukkanlah hujjahmu! (Al Qur’an) ini adalah
peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan bagi orang-orang
yang sebelumku.” Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak, maka
mereka pun BERPALING.
QS. Al-Hajj[22]: 46
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي
الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ
بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ
وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
Apakah mereka tidak berjalan di
muka bumi, lalu mereka mempunyai ‘hati’ yang dengan itu mereka dapat MEMAHAMI atau
mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah ‘hati’ yang di dalam dada.
Cukup banyak kata al-‘aql
ini tertuang dalam Al Qur’an. kata ‘aqoluuhu disebut sekali. Ta’qiluun
diulang sebanyak 24 kali. Kata na’qilu satu kali. Ya’qilu juga
sekali. Dan ya’qiluuna sebanyak 22 kali. Secara garis besar isinya
adalah perintah untuk memahami ayat-ayat itu dengan akal. Ayat qowliyah
(Al Qur’an) mesti dipahami dengan akal. Begitu juga realitas alam dan sosial
(ayat kawniyah) juga mesti dipahami dengan akal.
Saya berikan contohnya beberapa
saja. Memahami dengan akal terkait ayat-ayat qowliyah. Dan memahami
dengan akal terkait ayat-ayat kawniyah.
Memahami ayat-ayat sebagai wahyu,
seperti berikut ini.
QS. Yusuf[12]: 2
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ
قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya Kami menurunkannya
berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, SUPAYA KALIAN MEMAHAMINYA.
QS. Al-Anbiya’[21]: 10
لَقَدْ أَنْزَلْنَا
إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya telah Kami turunkan
kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan
bagimu. Maka apakah kamu tiada MEMAHAMINYA?!
QS. Al-Baqarah[2]: 170
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ
اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ
آبَاءَنَا ۗ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا
يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
Apabila dikatakan kepada mereka:
"Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah." Mereka menjawab:
"(Tidak). Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan)
nenek moyang kami.” (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang
mereka itu tidak MEMAHAMI suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?
Memahami realitas sosial, seperti
berikut ini.
QS. Al-Baqarah[2]: 76
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ
آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَا بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ قَالُوا
أَتُحَدِّثُونَهُمْ بِمَا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُّوكُمْ بِهِ عِنْدَ
رَبِّكُمْ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Apabila mereka berjumpa dengan
orang-orang yang beriman, mereka berkata:" Kami telah beriman."
Tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata:
"Apakah kamu menceritakan kepada mereka (Kaum Mukminin) apa yang telah
diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan
hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu MENGERTI?"
QS. Al-An’am[6]: 151
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا
حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۖ وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ
إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ۖ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۖ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ
تَعْقِلُونَ
Katakanlah: "Marilah kubacakan
apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: Janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu
bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami
akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji—baik yang nampak di maupun yang tersembunyi, dan
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar.” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu
supaya kamu MEMAHAMI(NYA).
Mehami realitas alam, seperti
berikut ini.
QS. Al-Mu’minun[23]: 80
وَهُوَ الَّذِي يُحْيِي
وَيُمِيتُ وَلَهُ اخْتِلَافُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Dia-lah Yang Menghidupkan dan
Mematikan. Dan Dia-lah Yang (Mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah
kamu tidak MEMAHAMINYA?
QS. Yasin[36]: 62
وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ
جِبِلًّا كَثِيرًا ۖ أَفَلَمْ تَكُونُوا
تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya setan itu telah
menyesatkan sebagian besar di antara kalian. Maka apakah kalian tidak MEMIKIRKAN?
QS. Al-Baqarah[2]: 164
إِنَّ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ
الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ
مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ
فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ
بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, kapal yang berlayar di laut
membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan
Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang MEMIKIRKAN.
Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam
bishshowaab…
*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’,
dll.