—Saiful Islam*—
“Mereka tidak mengikuti kecuali
PRASANGKA BELAKA. Dan cuma MENDUGA-DUGA saja…”
Merupakan penyalahgunaan, adalah
menjadikan ayat-ayat Qur’an sebagai jimat. Atau azimat yang menurut KBBI
berarti barang (tulisan) yang dianggap mempunyai kesaktian dan dapat melindungi
pemiliknya, digunakan sebagai penangkal penyakit dan sebagainya.
Dijumpai juga pengertian jimat,
azimat atau tamimah adalah sejenis barang atau tulisan yang digantungkan pada
tubuh, kendaraan, atau bangunan dan dianggap memiliki kesaktian untuk dapat
melindungi pemiliknya, menangkal penyakit dan tolak bala.
Sedangkan sakti, diartikan sebagai
mampu berbuat sesuatu yang melampaui kodrat alam. Sakti atau kesaktian juga
dipahami sebagai mempunyai kuasa gaib, bertuah, keramat dan kebal. Sakti
mandraguna, itu sakti yang luar biasa.
Tentang ayat Qur’an untuk ruqyah,
sudah pernah saya tulis dan bagikan sebelumnya. Yaitu kisah konyol gadis
kesurupan yang kemudian dibacakan ayat Qur’an. Tujuannya untuk mengusir ‘setan
yang masuk’ pada gadis itu. Ternyata gadis yang ‘kesurupan’ itu malah
mengoreksi tajwid bacaan si ‘ustadz’.
Kini cerita yang lain. Pernah di
Banyuwangi. Beberapa anak muda iseng mendatangi dukun yang berdandan ala kiai.
Dukun itu memakai sarung, kopiah haji, baju koko putih, surban (atau semacam
siyal), tasbih dan asesoris lain untuk meyakinkan korban.
“Wong pinter,” orang awam
biasa menyebut. Anak-anak muda itu minta solusi bagaimana supaya memelet
gadis-gadis. “Aji-aji jarang goyang,” itu nama salah satu pelet yang sangat
terkenal di kota gandrung.
Oleh dukun tadi mereka diminta
membeli spidol tinta emas. Ditulis dengan aksara Arab, semacam potongan ayat,
di atas selembar kertas SIDU. Lalu dilipat-lipat. Biasanya diberi pantangan:
tidak boleh dibawa masuk toilet. Jimat!
Hasilnya? Bukannya gadis-gadis itu
terpelet. Malah anak-anak muda itu yang semakin galau. Stres. Pikirannya
berharap gadis pujaan hatinya datang bertekuk lutut mengemis cintanya. Padahal
si gadis sendiri cuek. Fokus dengan pelajaran sekolah.
Di masyarakat awam, juga banyak
praktik menyimpang itu. Kerap kita mendengar, “Kalau ingin memelet anak gadis
orang, atau supaya dicintai banyak orang, bacalah Surat Yusuf sekian kali.”
“Kalau ingin cepat kaya, bacalah
Surat Al-Waqi’ah sekian kali.” Tentu tanpa perlu mengerti artinya.
“Kalau ingin pintar, bacalah Surat
Al-Kahfi sekian kali.”
“Kalau ingin selamat, ingin
mengusir setan, bacalah Ayat Kursi sekian kali.”
“Kalau ingin berkuasa, bacalah
Surat Al-Mulk sekian kali.”
“Kalau ingin laris dagangan,
bacalah Surat Yasin sekian kali.”
“Caleg mengundang ustadz untuk
menghatamkan Qur’an dengan tujuan supaya menang.”
Begitu juga orang berharap mengusir
setan-setan yang ada di rumahnya dengan mengundang ustadz untuk menghatamkan
Qur’an. Tentu semua itu tanpa perlu dimengerti artinya.
Bahkan sampai mengajari murid untuk
kurang ajar kepada gurunya. Tepatnya ketika ujian. Murid itu disuruh membaca, “Shummun
bukmun ‘umyun fahum laa yarji’uun,” untuk gurunya. Baik dukunnya maupun
muridnya soalnya sama-sama tidak tahu artinya.
Padahal itu potongan QS.2:18 yang
artinya: “Mereka tuli, bisu dan buta. Maka mereka tidak akan kembali (ke jalan
yang benar).” Jadi tujuannya dukun dan murid tadi berharap gurunya yang menjaga
ujian itu menjadi tuli, bisu dan buta. Sehingga ia bisa mencontek
sebebas-bebasnya. Kurang ajar sekali!
Contoh sepadan, yaitu ketika ada
razia polisi. Operasi gabungan kelengkapan surat-surat kendaraan bermotor. Itu
juga disuruh membaca potongan QS.2:18 tadi. Tujuannya supaya polisinya menjadi
tuli, bisu, buta. Sehingga ia bisa lolos razia meskipun surat-suratnya tidak
lengkap. Hasilnya? Tetap ditilang! Ini kalau polisinya sampai membaca tulisan
ini, terus menemui orang yang ‘komat-kamit’ saat ditilang, bisa-bisa
ditempeleng orang itu.
Di rumah-rumah kaum Mukminin, juga
kerap dijumpai kaligrafi. Yaitu potongan ayat Qur’an yang ditulis secara
artistik. Biasanya Ayat Kursi. Tentu kalau tujuannya sekadar seni, itu
boleh-boleh saja. Apalagi yang punya rumah mengerti arti dan maknanya. Sehingga
bisa mengingatkannya pada substansi ayat itu. Ini malah baik sekali. Tetapi
kalau tujuannya ‘Mengusir Setan’ tentu itu penyalahgunaan ayat.
Saya rasa masih banyak
cerita-cerita konyol seperti itu yang terjadi di sekitar umat Islam. Mereka
menyalahgunakan fungsi Qur’an. Al-Qur’an hanya dirapal layaknya mantra tanpa
diketahui artinya. Fungsi Qur’an telah menyimpang sudah terlalu jauh. Umat
kehilangan pedoman hidup sejatinya.
Intinya, baik pengertian maupun
praktik di atas, itu tidak ada tuntunannya dari Qur’an itu sendiri. Tidak
pernah ada satu pun ayat Qur’an yang menyuruh melakukan praktik konyol seperti
contoh di atas. Tidak pernah ada satu pun ayat Qur’an yang mengatakan bahwa
ayat-ayat Qur’an itu dibaca tanpa dipahami. Lalu menjadi mantra dan jimat yang
menggelikan seperti kasus-kasus itu.
Karena memang, Qur’an itu bukan
untuk jimat. Bukan untuk azimat. Bukan untuk dibaca tanpa dimengerti artinya.
Bukan untuk ditulis tanpa dimengerti maknanya. Kemudian ujug-ujug berharap akan
ada dampak baik dari praktik konyol jimat itu. Apalagi dengan tujuan-tujuan
yang melanggar ajaran Qur’an itu sendiri. Kalau bahasa Fikih-nya, jelas itu
haram!
Berkali-kali saya kutipkan. Bahwa
tujuan Qur’an, itu adalah petunjuk. Mustahil Qur’an bisa menjadi petunjuk,
kalau Qur’an diperlakukan seperti praktik-praktik konyol di atas. Sebagai
petunjuk, itu Qur’an mesti dimengerti artinya. Kalau hanya dirapal, ditulis,
tanpa dimengerti artinya, lantas dibuat jimat, itu jelas teladan dukun. Bukan
teladan Nabi!
QS. Al-Baqarah[2]: 2
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا
رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya. MENJADI PETUNJUK bagi mereka yang bertaqwa.”
QS. Yunus[10]: 108
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ
قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ
ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ
عَلَيْهَا ۖ وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ
Katakanlah: "Hai manusia.
Sesungguhnya teIah datang kepadamu KEBENARAN (AL QUR’AN) DARI TUHANMU. Sebab
itu barangsiapa yang mendapat PETUNJUK, maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk
kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya
kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga
terhadap dirimu.”
QS. Naml[27]: 92
وَأَنْ أَتْلُوَ الْقُرْآنَ
ۖ فَمَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي
لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَقُلْ إِنَّمَا أَنَا مِنَ
الْمُنْذِرِينَ
Dan supaya aku MEMBACAKAN AL QUR’AN
(KEPADA MANUSIA). Maka barangsiapa yang mendapat PETUNJUK (QUR’AN ITU), maka
sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya. Dan
barangsiapa yang sesat, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku (ini) tidak
lain HANYALAH salah seorang PEMBERI PERINGATAN.”
Soal ayat sakti, itu tidak ada ayat
Qur’an yang sakti secara gaib metafisika. Ayat-ayat Qur’an, itu tidak ada yang
mempunyai kuasa gaib yang melampaui kodrat alam. Apalagi yang dianggap sakti
secara gaib antah berantah itu teksnya. Semua itu hanya dugaan belaka dukun
yang sedang sakit psikologis.
QS. Yunus[10]: 36 & 66
وَمَا يَتَّبِعُ
أَكْثَرُهُمْ إِلَّا ظَنًّا ۚ إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ
36. Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti
kecuali PERSANGKAAN BELAKA. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun
berguna untuk mencapai KEBENARAN. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan.
أَلَا إِنَّ لِلَّهِ مَنْ
فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ ۗ وَمَا يَتَّبِعُ الَّذِينَ يَدْعُونَ
مِنْ دُونِ اللَّهِ شُرَكَاءَ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
66. Ingatlah. Sesungguhnya
kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan
orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu
keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali PRASANGKA BELAKA. Dan mereka
hanyalah MENDUGA-DUGA.
‘Kesaktian’ Qur’an, itu justru ada
pada maknanya. Yang kemudian dipahami. Nilai-nilai dan prinsipnya dipedomani.
Lantas dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Barulah akan membuahkan
dampak-dampak baik dan manfaat bagi hidup dan kehidupan manusia itu sendiri.
Semoga bermanfaat. Walloohu
a’lam bishowaab....
*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar