—Saiful Islam*—
“Justru ‘ibroh, itu berada di balik
teks dan realitas…”
Kita pun sering mendengar
orang-orang di sekitar kita yang mengatakan, “Kita ambil ibrohnya.” Nah, kata
ibroh itu memang ada dalam Qur’an.
Dari ‘abaro, menurut Al-Mufrodat
fi Gharib al-Qur’an, kata ini asalnya berarti melintas dari satu kondisi ke
kondisi yang lain. Al-‘ubuur itu berarti khusus untuk melintasi atau
melewati air, baik dengan berenang, naik kapal, naik unta, atau semacam dengan
perahu beratap. Orang yang berjalan di tepi sungai, itu juga bisa menggunakan
redaksi ‘abaro itu.
Diambil dari makna di atas, adalah
redaksi ‘abaro al-‘ayn. Karena mata bisa mengalirkan airnya. Yaitu
ketika menangis. Al-‘abroh itu seperti aliran air mata. Dan menurut satu
pendapat, ‘aabir sabiil, yakni yang lewat. Seperti makna QS.4:43. Begitu
juga dijumpai kalimat ‘naaqoh ‘ubr asfaar’. Artinya kurang lebih sama:
melewati atau melintasi.
Adapun kalimat ‘abaro al-qowm
idzaa maatuu: kaum itu telah melintas ketika wafat,’ itu maknanya adalah
seakan-akan kaum tersebut telah melintasi atau telah melewati kungkungan dunia.
Sedangkan al-‘ibaaroh itu
artinya khusus untuk kalimat yang melintasi udara dari lisannya orang yang
berbicara menuju pendengaran orang yang mendengar. Gampangnya, al-‘ibaaroh
itu adalah kalimat yang diucapkan oleh seseorang dan didengar oleh audiens yang
dituju.
Al-I’tibaar dan al-‘ibroh,
itu dengan keadaan yang menjadi media pengetahuan terhadap sesuatu yang tidak
tampak. Disebutkan, “Inna fii dzaalika la’ibroh,” (QS.3:13) dan “Fa’tabiruu
yaa ulil abshoor,” (QS.59:2).
Adapun al-ta’biir itu tertentu
untuk menakwil mimpi. Yaitu melintas dari yang tampak menuju yang tidak tampak.
Jadi semacam mengambil pelajaran atau pesan dari aktor, lingkungan (setting)
dan adegan dalam sebuah film. Pemahaman tersebut, itu seperti tertera pada
QS.12:42. Ceritanya tampak. Tetapi pesan atau pelajaran di balik cerita
tersebut memang tidak tampak.
Sedangkan Lisan al-Arab
menjelaskan begini. Al-‘ibroh itu takjub. I’tabaro minhu berarti
menjadi takjub. Adapun makna “Fa’tabiruu yaa ulil abshor,” pada QS.59:2,
itu adalah pelajari dan pahamilah (tadabbaruu) isi ayat tersebut,
perhatikanlah dengan penuh penghayatan dan penghormatan, qiyaskanlah
(analogikanlah) perbuatan mereka itu serta ambillah pelajaran dari siksa yang
menimpa mereka.
Al-‘ibar itu bentuk
plural dari ‘ibroh. Yaitu semacam pelajaran yang diambil oleh seseorang
kemudian diamalkan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian ia
berdalil dengannya. Disebutkan pula bahwa ‘ibroh itu adalah mengambil
pelajaran dari peristiwa yang telah berlalu.
Jadi secara bahasa, i’tibaar
itu adalah proses mengkaji, mempelajari, memikir-mikirkan, merenung-renungkan,
untuk mendapatkan sebuah pemahaman terhadap sebuah pesan yang dikandung di
dalam teks atau kejadian. Sedangkan ‘ibroh, itu adalah pelajaran yang
berhasil diraih dari i’tibaar itu. I’tibaar adalah prosesnya,
sedangkan ‘ibroh adalah hasilnya.
Kata ta’buruun dalam Al
Qur’an, itu terulang hanya sekali (QS.12:43). Kata fa’tabiruu juga hanya
sekali (QS.59:2). Kata ‘aabiriy pun sekali (QS.4:43). Sedangkan kata ‘ibroh,
itu terulang enam kali. Yaitu pada QS.3:13; QS.12:111; QS.16:66; QS.23:21;
QS.24:44 dan QS.79:26.
Marilah kita pahami kata i’tibaar
dan ‘ibroh itu dalam konteks ayat-ayat Qur’an itu sendiri.
QS. Al-Hasyr[59]: 2
هُوَ الَّذِي أَخْرَجَ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِأَوَّلِ الْحَشْرِ ۚ مَا ظَنَنْتُمْ أَنْ يَخْرُجُوا ۖ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ
حُصُونُهُمْ مِنَ اللَّهِ فَأَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا ۖ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ ۚ يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُمْ بِأَيْدِيهِمْ
وَأَيْدِي الْمُؤْمِنِينَ فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ
Dia-lah yang mengeluarkan
orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat
pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar. Mereka
pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari
(siksa) Allah. Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang
tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka.
(Sehingga) mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri
dan tangan orang-orang Mukmin. MAKA AMBILLAH (KEJADIAN ITU) UNTUK MENJADI
PELAJARAN, hai orang-orang yang MEMPUNYAI WAWASAN.
QS. Ali Imran[3]: 13
قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ
فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا ۖ فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَىٰ كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ
مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ ۚ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي
الْأَبْصَارِ
Sesungguhnya telah ada tanda bagi
kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di
jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat
(seakan-akan) orang-orang Muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan
dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya PADA YANG DEMIKIAN
ITU TERDAPAT PELAJARAN bagi orang-orang yang MEMPUNYAI MATA HATI.
QS. Yusuf[12]: 111
لَقَدْ كَانَ فِي
قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ
تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً
لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya pada SEJARAH mereka
itu terdapat PENGAJARAN bagi orang-orang yang MEMPUNYAI AKAL. Al Qur’an itu
bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang
sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang beriman.
QS. Al-Nahl[16]: 66
وَإِنَّ لَكُمْ فِي
الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً ۖ نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا
خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ
Dan sesungguhnya pada BINATANG
TERNAK itu benar-benar terdapat PELAJARAN bagi kamu. Kami memberimu minum dari apa
yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah,
yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.
QS. Al-Nur[24]: 44
يُقَلِّبُ اللَّهُ
اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ
Allah mempergantikan MALAM DAN
SIANG. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat PELAJARAN YANG BESAR bagi
orang-orang yang MEMPUNYAI PANDANGAN.
QS. Al-Nazi’at[79]: 20-26
20. Lalu Musa memperlihatkan
kepadanya ayat yang agung.
21. Tetapi Fir´aun mendustakan dan
mendurhakai.
22. Kemudian dia berpaling seraya
berusaha menantang (Musa).
23. Maka dia mengumpulkan
(pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya.
24. (Seraya) berkata: “Akulah
Tuhanmu yang paling tinggi.”
25. Maka Allah mengazabnya dengan
azab di akhirat dan azab di dunia.
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ
لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَىٰ
26. Sesungguhnya pada yang DEMIKIAN
ITU terdapat PELAJARAN bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).
Jadi i’tibar itu semacam mengambil
pelajaran dari sebuah kejadian atau realitas alam. Atau mengambil pelajaran
dari sejarah yang dikisahkan oleh teks Qur’an. Semacam sebab akibat dari sebuah
realitas dan sejarah. Kalau begini, maka begitu. Kenapa? Karena sebab akibat
itu berulang. Nah dari kejadian sejarah dan realitas yang berulang sebab
akibatnya itu, kemudian manusia mengambil ‘ibrah (pelajaran). Yakni menyesuaian
diri supaya selamat, sukses, dan bahagia dunia akhirat.
Misalnya, mengapa ada orang yang
sakit-sakitan dan cepat mati, sedangkan yang lain sehat dan panjang umur?
Mengapa ada orang yang harmonis rumah tangganya, sedangkan yang lain berantakan
(broken home)? Mengapa ada orang yang arif, berilmu, dan bijak,
sedangkan yang lain sebaliknya? Mengapa ada orang yang beruntung secara finansial,
sedangkan yang lain banyak hutang? Mengapa ada orang yang selamat, sukses dan
bahagia, sedangkan yang lain sengsara dan celaka?
Tentu saja mengambil pelajaran itu
dengan akal. Tidak seorang pun yang bisa mengambil pelajaran itu, kecuali orang
yang menggunakan akalnya (QS.2:269). Maka membaca dengan redaksi i’tibaar
yang hasilnya adalah ‘ibroh, ini pun mengharuskan kita berupaya untuk
memahami teks (ayat qowliyah) dan realitas (ayat kawniyah). Tidak
akan mendapatkan ‘ibroh, siapa pun yang membaca tanpa ada upaya memahami
itu.
Semoga bermanfaat. Walloohu
a’lam bishowaab....
*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar