Jumat, 31 Juli 2020

ASYIKNYA TAFAKKUR


—Saiful Islam*—

“Tanpa operasi akal, ayat-ayat Qur’an dan realitas hanya seperti angin lalu saja…”

Kata menarik berikutnya yang penting kita telusuri terkait tema Qur’an Inspirasi Literasi, ini adalah al-fikr. Kata tersebut, tampaknya sudah diserap oleh Bahasa Indonesia: pikir.

Tidak hanya sering kita mendengar kata ‘pikir’ ini. Bahkan setiap saat kita melakukan aktivitas pikir itu. Yang menurut KBBI pikir diartikan dengan akal budi, ingatan, angan-angan, kata dalam hati, pendapat (pertimbangan) dan kira. Kata kerjanya, berpikir: Menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu; menimbang-nimbang dalam ingatan.

Arti al-fikroh, menurut Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, adalah kekuatan untuk memasuki sebuah disiplin ilmu sampai menguasainya. Sedangkan al-tafakkur artinya adalah operasi kekuatan tersebut dengan pertimbangan pandangan akal. Ini hanya terjadi pada manusia. Binatang tidak mempunyai kemampuan itu.

Tidak disebut al-fikroh atau al-tafakkur kecuali sampai menghasilkan gambaran di benak (qalb) seseorang. Karenanya ada sebuah riwayat “Tafakkaruu fii alaa’illaah wa laa tafakkaruu fillaah: Pikirkanlah nikmat (ciptaan) Allah. Jangan memikirkan Dzat-Nya.” Karena Allah itu tidak mungkin dibayangkan dengan sebuah gambar tertentu.

QS. Al-Rum[30]: 8
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ ۗ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ
Dan mengapa mereka tidak MEMIKIRKAN tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.

QS. Al-Ra’ad[13]: 3
وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الْأَرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا ۖ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ ۖ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi KAUM YANG MEMIKIRKANNYA.

Jika dikatakan, “Rojulun fakiirun,” artinya seseorang yang banyak berpikir. Sebagian ahli Sastra Arab (pujangga) pernah berpendapat bahwa kata al-fikr itu tertukar dengan al-firk (menggosok kain). Tetapi al-fikr itu digunakan untuk banyak makna. Sehingga al-fikr itu artinya adalah menggosok sesuatu dan membahasnya sampai menemukan atau terungkap hakikat dari sesuatu itu.

Lisan al-Arab sangat ringkas menceritakannya. Bahwa al-fikr atau al-fakr adalah operasi pikiran terhadap sesuatu. Kata al-fikr ini, menurut Sibawayh, termasuk kata yang selamanya tuggal (singular atau mufrad). Tidak bisa dibuat bentuk plural atau jamak, layaknya al-‘ilm (ilmu) dan al-nazhar (pandangan akal). Meskipun ada riwayat dari Ibnu Durayd bentuk jamaknya: afkaar.

Kata kerja fakaro, afkaro, dan tafakkaro, itu kurang lebih maknanya sama. Menurut Al-Layts, kata al-tafakkur itu ism-nya al-tafkiir. Sebagian orang Arab mengatakan al-fikr, al-fikroh, dan al-fikroo.

Adapun menurut Al-Jawhariy, kata al-tafakkur itu artinya adalah memperhatikan dan mengamati (al-ta’ammul). Bentuk ism (kata benda atau kata sifatnya) adalah al-fikr dan al-fikroh. Bentuk mashdar-nya (semacam kata bendanya) adalah al-fakr. Ya’qub pernah berkata: “Laysa liy fi haadzaa al-amr fikrun,” yakni aku tidak punya keperluan dalam urusan itu. Fikrun diartikan keperluan atau kepentingan dalam kalimat tersebut.

Jadi secara bahasa, al-fikr itu artinya adalah operasi pikiran atau pertimbangan pandangan akal. Jika diterapkan kepada sebuah objek tertentu, maka operasi pikiran atau daya guna akal, itu sampai mengasilkan hakikat dari sesuatu tersebut. Semacam berpikir sedalam-dalamnya. Berpikir sampai ke akar-akarnya.

Dalam Al Qur’an, kata fakkaro, itu disebut hanya sekali (QS.74:18). Tafakkaruu (QS.34:46). Tatafakkaruun (QS.2:219 dan 266; QS.6:50). Yatafakkaruu (QS.7:184; QS.30:8). Yatafakkaruun (QS.3:191; QS.7:176; QS.10:24; QS.13:3; QS.16:11, 44, dan 69; QS.30:21; QS.39:42; QS.45:13; QS.59:21).

Di atas sudah dikutip dua ayat. Marilah kita melihat makna kata al-fikr itu dalam konteks ayat-ayat Al Qur’an yang lain lagi.

QS. Al-Nahl[16]: 44
بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ ۗ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Keterangan-keterangan dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan SUPAYA MEREKA MEMIKIRKAN.

QS. Al-An’am[6]: 50
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
Katakanlah: “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku. Dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib. Dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.” Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat? Maka apakah kamu tidak MEMIKIRKAN(NYA)?"

QS. Al-A’raf[7]: 175-176 & 184
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ
175. Bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami. Kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu. Lalu dia diikuti oleh setan. Maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
176. Kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu. Tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah. Maka perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya, diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu AGAR MEREKA BERPIKIR.

أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا ۗ مَا بِصَاحِبِهِمْ مِنْ جِنَّةٍ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ
184. Apakah (mereka lalai) dan tidak MEMIKIRKAN bahwa teman mereka (Muhammad) tidak gila. Dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan.

QS. Al-Rum[30]: 21
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ayat-ayat bagi KAUM YANG BERPIKIR.

QS. Al-Zumar[39]: 42
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya. Maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah AYAT-AYAT BAGI KAUM YANG BERPIKIR.

Jadi, baik ayat-ayat qowliyah (Al Qur’an) maupun ayat-ayat kawniyah (realitas alam dan sosial), itu akan bisa menjadi tanda keberadaan Allah dan kekuasaan-Nya, hanya jika dipikirkan dengan kemampuan terbaik pikiran. Tanpa operasi daya guna akal, semua itu tidak akan menjadi ayat bagi seseorang. Pelajaran, hikmah, dan rahasia-rahasia kehidupan ini hanya akan diraih oleh orang yang mau berpikir.

Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam bishowaab....

*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...