Jumat, 31 Juli 2020

FUQOHA’ SEJATI


—Saiful Islam*—

“Al Qur’an, itu isinya bukan hanya urusan halal haram…”

Kali ini kita berpijak dari kata faqiha. Secara sekilas, kata ini berarti mengerti atau paham.

Di dalam Al Qur’an, kata tafqohuun itu hanya terdapat sekali (QS.17:44). Begitu juga kata nafqoh (QS.11:91). Yafqohuu (QS.20:28). Yafqohuun terulang sebanyak 13 kali. Yaitu QS.4:78; 6:65; 6:98; 7:179; 8:65; 9:81; 9:87; 9:127; 18:93; 48:15; 59:13; 63:3; dan QS.63:7. Kata yafqohuuh terdapat pada tiga ayat (QS.6:25; 17:46; dan QS.18:57). Sedangkan yatafaqqohuu, itu hanya disebut sekali saja (QS.9:122).

Menurut Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, kata al-fiqh itu artinya adalah mencapai pengetahuan (ilmu) yang abstrak dengan ilmu yang kongkret. Ini merupakan sebuah ilmu yang lebih khusus lagi. Kemudian penulis, Al-Raghib, mengutip QS.4:78; QS.63:7 dan lain-lain.

Al-fiqh adalah pengetahuan terhadap hukum-hukum syariat. Ketika dikatakan, “Faquha al-rojul faqoohatan,” maka artinya adalah laki-laki tersebut menjadi faqiih. Yakni orang yang tahu hukum-hukum syariat. Orang kalau disebut faqiha, maka orang tersebut mengerti.

Sedangkan syariat sendiri, itu diambil dari kata syaro’a yang artinya adalah jalan yang terang benderang. Yang dimaksud syariat di sini adalah jalan ketuhanan (al-thoriiqoh al-ilaahiyyah). Jalan ketuhanan di sini tentu saja adalah Al Qur’an. Maka faqiih, itu adalah orang yang mengerti hukum-hukum Al Qur’an.

Adapun ketika seseorang disebut tafaqqoha, maka itu berarti ia menuntut ilmu dan menjadi spesialis di bidang tersebut. Pemahaman ini, sebagaimana disebutkan oleh QS.9:122.

QS. Al-Tawbah[9]: 122
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk MEMPERDALAM PENGETAHUAN MEREKA TENTANG AGAMA. Dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Lisan al-Arab lebih gamblang lagi menceritakan kata faqiha ini. Saya ringkaskan yang paling relevan saja. Disebutkan al-fiqh itu adalah pengetahuan sekaligus paham tentang sesuatu. Titik tekannya memang pada ilmu agama. Yang menurut Ibnu al-Atsir adalah ilmu syariat dan cabang-cabangnya. Yang lain berpendapat asal dari al-fiqh itu adalah paham.

Redaksi “liyatafaqqohuu fii al-diin,” pada QS.9:122, itu artinya adalah supaya mereka menjadi orang-orang yang tahu (ulama) tentang agama Islam (Qur’an). Yang kemudian Allah memberi kepahaman.

Diceritakan sebuah Hadis, yaitu ketika Nabi berdoa kepada Allah untuk Ibnu Abbas. “Alloohumma ‘allimhu al-diin wa faqqihhu fii al-ta’wiil: Ya Allah. Ajarkanlah agama (Al Qur’an) kepada Ibnu Abbas. Dan pahamkanlah ia takwilnya.” Yakni pahamkan ia takwil dan maknanya. Allah pun mengabulkan doa Nabi. Ibnu Abbas, pada zamannya, lantas menjadi orang yang paling pakar Al Qur’an.

Faqqoha dan afqoha itu berarti mengajarkan. Seperti guru yang mengajarkan materi tertentu kepada muridnya yang berusaha membuat mereka tahu, mengerti dan paham. Sedangkan tafaqqoha artinya adalah saling mengambil kepahaman.

Jadi secara bahasa, al-fiqh, itu berarti mengetahui dan memahami. Ini berlaku umum untuk semua ilmu pengetahuan (Sains). Misalnya ilmu Fisika, Kimia, Biologi, Neurosains, Astronomi, Kedokteran, Geologi, Psikologi, Antropologi, Sosiologi, Sejarah, Manajemen, Entreprenership, Politik, Kewarganegaraan, Hubungan Internasional, dan lain seterusnya.

Sedangkan secara khusus, al-fiqh itu lebih kepada mengetahui dan paham terhadap Al Qur’an. Sayangnya di masyarakat Islam sendiri, makna faqiih dan fuqohaa’ ini sering direduksi menjadi paham Ilmu Fikih saja. Yakni soal halal haram. Bahkan terlalu sibuk sampai-sampai hampir melupakan Al Qur’an itu sendiri. Padahal isinya Qur’an itu bukan hanya soal halal haram saja. Tetapi multi disiplin ilmu.

QS. Al-An’am[6]: 65 & 98
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَىٰ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ ۗ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ
65. Katakanlah: "Dia-lah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu. Atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti AGAR MEREKA MEMAHAMINYA.”

وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ فَمُسْتَقَرٌّ وَمُسْتَوْدَعٌ ۗ قَدْ فَصَّلْنَا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَفْقَهُونَ
98. Dan Dia-lah yang menciptakan kamu dari seorang diri. Maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya KAMI TELAH JELASKAN TANDA-TANDA KEBESARAN KAMI KEPADA ORANG-ORANG YANG MEMAHAMINYA.

QS. Al-A’raf[7]: 179
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai HATI, tetapi tidak dipergunakannya untuk MEMAHAMI (AYAT-AYAT ALLAH). Mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka bagaikan binatang ternak. Bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

QS. Al-Anfal[8]: 65
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ ۚ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ ۚ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ
Hai Nabi. Kobarkanlah semangat Kaum Mukminin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kalian, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Jika ada seratus orang yang sabar di antara kalian, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu orang kafir. Disebabkan ORANG-ORANG KAFIR ITU KAUM YANG TIDAK MAU MENGERTI.

QS. Al-Tawbah[9]: 87 & 127
رَضُوا بِأَنْ يَكُونُوا مَعَ الْخَوَالِفِ وَطُبِعَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ
87. Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak berperang dan HATI mereka telah DIKUNCI MATI. Maka mereka TIDAK MENGETAHUI.

وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ نَظَرَ بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ هَلْ يَرَاكُمْ مِنْ أَحَدٍ ثُمَّ انْصَرَفُوا ۚ صَرَفَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ
127. Apabila diturunkan satu Surat, sebagian mereka memandang kepada yang lain (sambil berkata): "Adakah seorang dari (Muslimin) yang melihat kamu?" Sesudah itu mereka pun pergi. Allah telah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah KAUM YANG TIDAK MAU MEMAHAMI.

QS. Al-Munafiqun[63]: 3
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ
Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi). Lalu hati mereka dikunci mati; karena itu MEREKA TIDAK DAPAT MENGERTI.

QS. Al-An’am[6]: 25
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ ۖ وَجَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا ۚ وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا ۚ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ
Di antara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan)mu. Padahal Kami telah meletakkan TUTUPAN DI ATAS HATI MEREKA (SEHINGGA TIDAK BISA) MEMAHAMINYA. Dan sumbatan di telinganya. Jika pun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: "Al Qur’an ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu."

QS. Al-Isra’[17]: 46
وَجَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا ۚ وَإِذَا ذَكَرْتَ رَبَّكَ فِي الْقُرْآنِ وَحْدَهُ وَلَّوْا عَلَىٰ أَدْبَارِهِمْ نُفُورًا
Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, AGAR MEREKA TIDAK DAPAT MEMAHAMINYA. Apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Qur’an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya.

QS. Al-Kahf[18]: 57
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ ۚ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا ۖ وَإِنْ تَدْعُهُمْ إِلَى الْهُدَىٰ فَلَنْ يَهْتَدُوا إِذًا أَبَدًا
Siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, lalu ia berpaling dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (SEHINGGA MEREKA TIDAK) MEMAHAMINYA. Dan sumbatan di telinga mereka. Kendati pun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.

Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam bishowaab....

*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’, dll.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...