Dua orang siswa diberi masing-masing sebuah
bibit bunga yang sama. Namun cara siswa tadi berbeda-beda saat merawat bunganya
masing-masing. Sama-sama rutin menyiraminya. Hanya bedanya, siswa A menyiram
langsung pada akarnya. Sedangkan siswa B menyiram daun-daunnya. Mungkin Anda
bisa menebak bunga siapa yang tumbuh lebih subur dan sebaliknya? Tentu saja
siswa A. Bunganya tumbuh lebih segar, hijau, gemuk, dan kuat. Kenapa? Karena
dia melakukan sesuatu yang benar, “Kan yang menyerap air itu akarnya, bukan
daunnya?!” begitu katanya. Memang yang menyerap air itu akarnya, dan daunnya
itu mengandung stomata untuk bernapas. “Lah, kok alat pernapasannya malah
disiram, ya gak bisa napas tuh bunga!”, lanjutnya. Pelajaran berharga yang bisa
kita ambil dari kisah tersebut? Mari kita diskusikan.
Kalau kita analisa, siswa A bekerja langsung
pada pokoknya. Dia tidak perduli walaupun daunnya nampak kusam. Dan ketika
disiram akarnya, daunnya akan segar dengan sendirinya. Beda dengan siswa B,
dengan duga-menduganya, dia mengatakan, “Saya menyiram daunnya biar tampak
segar”. Banyak orang yang bekerja. Tapi mereka tidak kaya-kaya. Banyak orang
yang jadi mahasiswa, tapi mereka tidak pintar-pintar dan cerdas-cerdas. Begitu
juga banyak orang yang banyak baca, tapi tidak bisa menulis. Ini juga mengapa
dua orang yang diberi modal yang sama, tapi lima atau sepuluh tahun mendatang,
pencapaian mereka berbeda-beda. Padahal awalnya sama-sama berangkat dari nol.
Tapi, ada yang bisa jadi kaya, tapi ada juga dengan modal itu tetap miskin dan
modalnya habis. Jawabannya karena, kita tidak melakukan sesuatu pada intinya
atau pokok permasalahannya.
Tung Desem Waringin memberi rumus yang bagus,
tanyakan pada diri Anda 5W (Why, Why, Why, Why, Why) alias, mengapa,
mengapa, mengapa, mengapa, dan mengapa. Lalu ikuti dengan 5H (How, How, How,
How, How). Alias, bagaimana, bagaimana, bagaimana, bagaimana, dan
bagaimana! Kalau Anda ternyata melakukan kesalahan segera benahi, jangan malah
mencari apologi yang malah membuat Anda berlarut-larut salah. Seperti siswa B
yang mengatakan, “Biar segar”. Sekilas tampak benar. Namun sebenarnya, itu
tidak bergua dan buang-buang waktu saja! Oleh karena itu membuktikan bahwa
bekerja langsung pada inti masalah itu sangatlah penting. Memang butuh untuk
mencari masalah, tapi jangan berhenti pada masalah itu sendiri. Tapi carilah
solusinya.
Masalah mahasiswa yang tidak pintar-pintar di
atas, karena dia tidak fokus pada tugas utamanya. Atau bisa jadi dia tidak tahu
dirinya sendiri. Parahnya, mereka kuliah hanya ikut-ikutan, gengsi-gengsian.
Mereka tidak melakukan hal-hal positif seperti banyak membaca, rajin masuk
kuliah, diskusi, seminar, dialog, debat, berorganisasi dan yang seterusnya.
Mereka malah banyak menghabiskan waktu di warkop, kanten, bolos di game
dengan aneka macamnya, cangkruk dan begadang dengan obrolan yang tidak perlu.
Itu semua boleh, tapi untuk sekedar refreshing. Bukan malah mengalahkan tugas
utamanya dia seorang mahasiswa. Akibatnya mereka lupa akan kewajiban sekaligus
kebutuhannya; kuliah.
Soal tidak bisa menulis bahkan dosen sekalipun
masalahnya karena dia tidak menulis! Ya, tulisan itu tidak lahir hanya dari
membaca. Tetapi menulis itu sendiri. Memang dari membaca kita bisa mendapatkan
inspirasi. Tapi kalau tidak ditulis, ya pasti tidak akan jadi tulisan lagi.
Seorang pembicara dalam sebuah seminar kepenulisan, sekaligus teman saya,
Radinal namanya mengutip kata bijak, “Kalau Anda ingin jadi penulis beneran,
tutup buku Anda sekarang, pulanglah lalu menulislah, maka besok Anda sudah jadi
penulis”! Artinya, menulis itu sendirilah yang harus menjadi pekerjaan utama
(seperti siswa A yang langsung menyiram akar bibit bunganya).
Untuk urusan kerja kenapa kok tidak kaya-kaya,
sebagaimana yang disindir oleh Mario Teguh, menurut saya karena kerja keras
saja tidak cukup. Tapi juga harus dilengkapi dengan kerja cerdas. Cerdas berarti
melihat jalan-jalan kaya yang paling cepat itu apa. Ini dipaparkan dalam buknya
Kiyosaki, The Cashflow Quadrant. Urutannya mulai dari yang tercepat:
investor-pengusaha-profesional-karyawan. Dalam buku saya, Pemenang Di Atas
Pemenang tipnya adalah menjadi penulis dan pengusaha! Dengan kata lain,
kita melakukan hal-hal yang “paling memungkinkan” untuk bisa kaya!
NB: Silahkan IZIN kepada penulis di:
ahmadsaifulislam@gmail.com (sms aja 085733847622), bila berminat menerbitkan
artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J) Yuk
diskusi juga di @tips_kemenangan, dapatkan kultweet yang menyegarkan
intelektual, emosional dan spiritual. Bisa follow juga @MotivasiAyat
Semoga jadi media silaturahim yang
membawa banyak manfaat…:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar