Jumat, 25 April 2014

MENYIRAM BUNGA PADA AKARNYA



Dua orang siswa diberi masing-masing sebuah bibit bunga yang sama. Namun cara siswa tadi berbeda-beda saat merawat bunganya masing-masing. Sama-sama rutin menyiraminya. Hanya bedanya, siswa A menyiram langsung pada akarnya. Sedangkan siswa B menyiram daun-daunnya. Mungkin Anda bisa menebak bunga siapa yang tumbuh lebih subur dan sebaliknya? Tentu saja siswa A. Bunganya tumbuh lebih segar, hijau, gemuk, dan kuat. Kenapa? Karena dia melakukan sesuatu yang benar, “Kan yang menyerap air itu akarnya, bukan daunnya?!” begitu katanya. Memang yang menyerap air itu akarnya, dan daunnya itu mengandung stomata untuk bernapas. “Lah, kok alat pernapasannya malah disiram, ya gak bisa napas tuh bunga!”, lanjutnya. Pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari kisah tersebut? Mari kita diskusikan.
Kalau kita analisa, siswa A bekerja langsung pada pokoknya. Dia tidak perduli walaupun daunnya nampak kusam. Dan ketika disiram akarnya, daunnya akan segar dengan sendirinya. Beda dengan siswa B, dengan duga-menduganya, dia mengatakan, “Saya menyiram daunnya biar tampak segar”. Banyak orang yang bekerja. Tapi mereka tidak kaya-kaya. Banyak orang yang jadi mahasiswa, tapi mereka tidak pintar-pintar dan cerdas-cerdas. Begitu juga banyak orang yang banyak baca, tapi tidak bisa menulis. Ini juga mengapa dua orang yang diberi modal yang sama, tapi lima atau sepuluh tahun mendatang, pencapaian mereka berbeda-beda. Padahal awalnya sama-sama berangkat dari nol. Tapi, ada yang bisa jadi kaya, tapi ada juga dengan modal itu tetap miskin dan modalnya habis. Jawabannya karena, kita tidak melakukan sesuatu pada intinya atau pokok permasalahannya.
Tung Desem Waringin memberi rumus yang bagus, tanyakan pada diri Anda 5W (Why, Why, Why, Why, Why) alias, mengapa, mengapa, mengapa, mengapa, dan mengapa. Lalu ikuti dengan 5H (How, How, How, How, How). Alias, bagaimana, bagaimana, bagaimana, bagaimana, dan bagaimana! Kalau Anda ternyata melakukan kesalahan segera benahi, jangan malah mencari apologi yang malah membuat Anda berlarut-larut salah. Seperti siswa B yang mengatakan, “Biar segar”. Sekilas tampak benar. Namun sebenarnya, itu tidak bergua dan buang-buang waktu saja! Oleh karena itu membuktikan bahwa bekerja langsung pada inti masalah itu sangatlah penting. Memang butuh untuk mencari masalah, tapi jangan berhenti pada masalah itu sendiri. Tapi carilah solusinya.
Masalah mahasiswa yang tidak pintar-pintar di atas, karena dia tidak fokus pada tugas utamanya. Atau bisa jadi dia tidak tahu dirinya sendiri. Parahnya, mereka kuliah hanya ikut-ikutan, gengsi-gengsian. Mereka tidak melakukan hal-hal positif seperti banyak membaca, rajin masuk kuliah, diskusi, seminar, dialog, debat, berorganisasi dan yang seterusnya. Mereka malah banyak menghabiskan waktu di warkop, kanten, bolos di game dengan aneka macamnya, cangkruk dan begadang dengan obrolan yang tidak perlu. Itu semua boleh, tapi untuk sekedar refreshing. Bukan malah mengalahkan tugas utamanya dia seorang mahasiswa. Akibatnya mereka lupa akan kewajiban sekaligus kebutuhannya; kuliah.
Soal tidak bisa menulis bahkan dosen sekalipun masalahnya karena dia tidak menulis! Ya, tulisan itu tidak lahir hanya dari membaca. Tetapi menulis itu sendiri. Memang dari membaca kita bisa mendapatkan inspirasi. Tapi kalau tidak ditulis, ya pasti tidak akan jadi tulisan lagi. Seorang pembicara dalam sebuah seminar kepenulisan, sekaligus teman saya, Radinal namanya mengutip kata bijak, “Kalau Anda ingin jadi penulis beneran, tutup buku Anda sekarang, pulanglah lalu menulislah, maka besok Anda sudah jadi penulis”! Artinya, menulis itu sendirilah yang harus menjadi pekerjaan utama (seperti siswa A yang langsung menyiram akar bibit bunganya).
Untuk urusan kerja kenapa kok tidak kaya-kaya, sebagaimana yang disindir oleh Mario Teguh, menurut saya karena kerja keras saja tidak cukup. Tapi juga harus dilengkapi dengan kerja cerdas. Cerdas berarti melihat jalan-jalan kaya yang paling cepat itu apa. Ini dipaparkan dalam buknya Kiyosaki, The Cashflow Quadrant. Urutannya mulai dari yang tercepat: investor-pengusaha-profesional-karyawan. Dalam buku saya, Pemenang Di Atas Pemenang tipnya adalah menjadi penulis dan pengusaha! Dengan kata lain, kita melakukan hal-hal yang “paling memungkinkan” untuk bisa kaya!
  
NB: Silahkan IZIN kepada penulis di: ahmadsaifulislam@gmail.com (sms aja 085733847622), bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J) Yuk diskusi juga di @tips_kemenangan, dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan spiritual. Bisa follow juga @MotivasiAyat
Semoga jadi media silaturahim yang membawa banyak manfaat…:)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...