Rabu, 02 April 2014

NABI MENGAPRESIASI SKILLMU



    Terinspirasi pernyataan Nabi Muhammad SAW, riwayat Muslim dari Anas, sebagai berikut: “Kamu sekalian lebih mengetahui tentang urusan duniamu.”
            Hadis ini mempunyai sebab wurud. Pada suatu saat, Nabi lewat di hadapan para petani yang sedang mengawinkan serbuk (kurba pejantan) ke putik (kurma betina). Nabi berkomentar, “Sekiranya kamu sekalian tidak melakukan hal itu, niscaya kurmamu akan baik.” Mendengar komentar itu, para petani lalu tidak lagi mengawinkan kurma mereka. Setelah beberapa lama, Nabi lewat kembali ke tempat itu dan menegur para petani, “Mengapa pohon kurmamu itu?” Para petani lalu melaporkan apa yang telah dialami oleh kurma mereka, yakni banyak yang tidak jadi. Mendengar keterangan mereka itu, Nabi lalu bersabda sebagaimana yang dikutip di atas (lihat Shahih Muslim, Juz IV, hlm 1836).
                Dari hadis dan sabab wurud-nya (sebab yang mendahului terjadinya hadis) di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak semua urusan dunia, diketahui oleh Nabi. Tidak semua skill yang terkait dengan urusan dunia, diketahui oleh Nabi. Artinya, Nabi sangat mengapresiasi kepada keahlian seseorang, dalam bidang apa pun. Bahkan di hadis lain, beliau bersabda bahwa urusan yang tidak diserahkan pada ahlinya, tunggulah kehancurannya. Itu juga terkait dengan kapasitas Nabi bukan hanya sebagai rasul Allah, tetapi juga sebagai manusia biasa. Beliau ahli di bidang tertentu, perang, dagang, gembala ternak, kepemimpinan, sosial sebagaimana dijelaskan dalam sejarah. Dan memang Nabi tidak ahli dalam pertanian. Nabi saja gentleman mengakui kelemahannya sebagai manusia. Ya, Nabi mengatakan tidak bisa untuk suatu urusan yang memang beliau tidak bisa. Dan menyerahkan sesuatu itu memang pada ahlinya. Sehingga urusan dunia itu bisa berdayaguna maksimal. Alquran pun melukiskan sosok Nabi, “Katakanlah sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kalian, hanya saja aku diberi wahyu...”.
               Pelajaran yang dapat dipetik, kita harus mengakui keterbatasan kita. Nabi saja tidak malu, masak kita malu. Nah, ini yang melanggar sunnah. Kalau memang Anda ahli, ambil peran itu. Jangan diam saja. Kalau memang Anda tidak ahli, serahkan pada ahlinya. Katakan lah, “belum bisa”. Jangan sok tahu, sok ahli padahal udang. Bagi-bagikan lah pekerjaan Anda. Pelajaran lagi dari Nabi, ketika persiapan perang khandaq. Nabi menentukan lokasi, lalu ditanya oleh Salman al-Farisi, “Wahai Rasul, apakah ini wahyu dari Allah, atau ijtihad Anda sendiri?” dijawab oleh Nabi, “Ini ijtihad saya sendiri”. Mendengar itu, Salman mengajukan ide yang berbeda dengan Rasulullah mengenai lokasi yang tepat. Melihat sahabatnya yang cerdas itu, Nabi pun mengikuti ide Salman al-Farisi.
                Sebagai misal, Alquran itu adalah sebuah kitab suci yang berbicara segala persoalan tentang kehidupan manusia. Termasuk juga teori-teori ilmu pengetahuan secara garis besarnya. Seperti tentang kedokteran, astronomi, psikologi, ilmu pengetahuan alam, sosial dan sebagainya. Urusan ayat yang berbicara kedokteran, mufassirnya bukan hanya mahasiswa Tafsir Hadis, tetapi yang layak menafsirinya adalah dokter. Ini baru gentleman. Mahasiswa TH dan dosen-dosennya boleh menafsirinya tapi HARUS mengutip teori kedokteran, ilmu pengetahuan alam dan seterusnya. Bukan yang ahli teori tafsir, ulum qur’an, ushul fiqh, apalagi produk fiqih. Ini juga berlaku bagi keahlian-keahlian lainnya, seperti politik, self motivated, ekonomi, teknologi dan seterusnya. Ya, inilah makna antum a’lamu bi amri dunyakum.
         Hal ini kenapa, Nabi juga menyampaikan bahwa yang menjadi imam shalat itu yang bacaan Alqurannya paling bagus. Bukan yang paling tua. Kalau yang paling tua itu, kalau satu keluarga. Untuk jamaah umum di masjid misalnya, yang harus maju jadi imam itu yang paling bagus bacaan Qurannya, bukan yang banyak umurnya (baca tua). Karena tidak sedikit kita jumpai, yang lebih muda justru yang lebih ilmunya, yang lebih bagus akhlaqnya. Benar, tidak hanya urusan dunia saja, Nabi menyerahkan pada ahlinya. Bahkan urusan akherat pun harus diserahkan pada ahlinya. Sungguh Islam itu agama gentleman. 
Pertanyaannya sekarang, mulai kapan kita gentleman menyerahkan sesuatu pada ahlinya? Tentu saja, mulai sekarang. siAAA.....p


NB: Silahkan IZIN kepada penulis di: ahmadsaifulislam@gmail.com (sms aja 085733847622), bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J) Yuk diskusi juga di @tips_kemenangan, dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan spiritual.
Bisa follow juga @MotivasiAyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...