Jumat, 11 April 2014

SAYUR PARE BIKINAN MERTUA



Sudah biasanya sebelum berangkat ke pasar jualan ikan, atau tepat setelah subuh, mertua telah menyiapkan segelas kopi hangat lengkap dengan sarapan paginya. Kali ini, saya akan berbicara sayur yang beliau buat. Namanya, sayur pare. Lebih tepatnya tumis pare. Mungkin Anda pernah memakannya. Gimana lezatnya, wuih sudah lah jangan ditanya. P-a-i-t, pait! Hehehe. Eh, tapi tunggu dulu justru dari pahitnya ini saya mau sharing kepada Anda. Semoga ada manfaatnya.
Benar sekali, rasanya pahit saat pertama saya mencicipinya. Saya paksakan memakannya pelan-pelan. Lama-kelamaan, gimana rasanya? Sungguh lezat dan nikmat. Pahitnya itu, sekaang menjadi nikmat dan lezat. Bahkan kemarennya saat saya tanyakan kepada isteri, dia bilang “Ya seneng banget la Mas. Kemaren saya habiskan satu piring. Sampek sampeyan gak tak beri sisa, hehehe”. Begitu pengakuan isteri saya. Padahal dia anti banget yang namanya ikan laut. Padahal menurut saya ikan laut juga enak dan penuh gizi. Tapi, dia benar-benar ogah dengan ikan laut. Heran juga saya saat mendengar pengakuannya makan pare yang pahit ini. Sekal lagi, pahit awalnya. Tapi kalau diterusin lama-lama enak dan lezat. Anda bisa buktikan, harganya dua ribu perak sudah dapat. Muraaaah...
Makan pare ini, sama juga ketika kita makan melinjo, sayur daun pepaya, atau minum jamu atau obat. Tentu Anda sudah tidak asing lagi makan-makanan ini begitu juga rasaya bukan? Tapi saya tidak tahu, Anda pernah minum jamu atau tidak. Karena biasanya, orang yang pola hidupnya sehat jarang bahkan bisa jadi tidak pernah minum jamu. Semua makanan yang sama sebutkan di atas, ketika baru memakannya tentu rasanya pahit. Tapi lama-kelamaan ada rasa nikmat dan lezat yang dirasakan lidah Anda. Bahkan jujur, saya sangat menyukai yang pahit-pahit itu, seperti melinjo, pare, daun pepaya atau kopi hangat yang ada pahitnya. Mungkin tidak hanya saya, Anda juga kah?
Begitulah hidup. Sering pada mulanya pahit. Berusaha itu pahit. Bejuang itu pahit. Belajar itu pahit. Bekerja itu pahit. Berlatih itu pahit. Belum lagi, musibah itu pahit. Cobaan itu pahit. Proses itu pahit. Sabar itu pahit. Memaafkan itu pahit. Memberi itu pahit. Menjadi orang shaleh itu pahit. Menjadi orang baik itu juga pahit. Proses menjadi juara itu pahit, karena memang harus menjadi orang yang bekerja lebih dari orang biasa-biasa saja. Tapi ingatlah, semua itu hanya pahit pada awalnya. Sama seperti makanan dan minuman pahit yang saya sebut sebelumnya. Tapi kalau Anda sabar dan mempunyai daya persistensi apalagi bisa menikmati pahit itu sendiri, yakinlah bahwa dibalik kepahitan itu adalah kelezatan dan kenikmatan. Dan kelezatan maupun kenikmatan itu hanya akan diperoleh bagi orang yang berani dengan pahitnya. Diraih oleh orang yang sabar dengan pahitnya.
Memang dalam hidup itu banyak masalah. Memang dalam hidup itu banyak rintangan. Memang dalam hidup itu banyak ujian dan cobaan. Dan memang inilah yang ada selama kita masih hidup di dunia, “Dia lah yang menjadikan mati dan hidup supaya menguji siapa diantara kalian yang paling baik (terbaik) pekerjaannya (amalnya)” surat al-Mulk ayat dua. Jadi setiap orang mau tidak mau pasti mendapat ujian, cobaan, atau masalah sesuai dengan kondisinya masing-masing. Yang orang tua, punya masalah dengan anaknya. Mulai dari mencarikan nafkah dan memberikan pendidikan yang baik atau kalau bisa terbaik. Belum lagi anak mereka nakal dan sebagainya. Yang siswa atau mahasiswa punya masalah dengan pendidikan mereka. Entah terkait dengan pelajaran yang dirasa sulit (pahit), bidang yang diminati dan tidak diminati, cara belajar, membagi waktu, makan makanan yang tepat dan seterusnya. Yang guru juga demikian, bagaimana membuat murid-murid mereka mudah menyerap ilmu yang disampaikannya. Pak polisi, dokter, pengusaha, bahkan ibu rumah tangga juga demikian. Para pemimpin negara tidak terkecuali, mulai dari presiden hingga ketua RT pasti mempunyai masalah dengan pekerjaannya (pahit).
Seperti makan pare, pasti dibalik kesulitan ada kemudahan. Dibalik kepahitan ada kelezatan, begitu yang saya rasakan saat makan pare dan saat menjalani hidup selama ini. Dan kalau kita melihat profil orang-orang sukses, memang mereka tidak hanya mau pahit, tetapi juga d-o-y-a-n, doyan!. Sehingga tidak heran membuat mereka sukses merasakan kelezatan dan kenikmatan di balik pahitnya itu. Kita masih ingat kisah Rasulullah Yusuf a.s. ketika masalah bertubi-tubi menimpa beliau. Kita bisa merasakan betapa menyedihkannya ketika beliau dilemparkan ke dalam sumur (QS. Yusuf [12]: 10); dijual dengan harga beberapa dirham saja (QS. Yusuf [12]: 21); difitnah melakukan perselingkuhan (QS. Yusuf [12]: 25); sampai beliau dimasukkan ke penjara sesuai dengan keinginannya sendiri (QS. Yusuf [12]: 33). Meski demikian, tak sepatah kata pun yang keluar dari mulut beliau rasa penyesalan atas masalah hidup yang dialaminya. Justru dengan penuh kesadaran dan rasa syukur yang dalam, beliau mengatakan, “Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa aku dari dusun padang pasir”.
Kita bisa menyaksikan dengan jelas, bahwa tidak ada orang besar entah itu Muhammad saw., Isa as., Mahatma Gandhi, Martin Luther, Bunda Theresa dan tokoh-tokoh besar lainnya, yang besar begitu saja, tanpa melalui proses “aneka pahit” yang panjang, terutama melalu berbagai masalah hidup dan berbagai penderitaan yang lain, tetapi mereka mampu melampaui semua itu dengan senyum dan semangat yang berkobar-kobar. Mereka ini lah orang-orang yang lulus dalam menjalani ujian Allah. Sebagaimana yang Ia nyatakan, “Dan sesungguhnya, Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui yang (bersedia) berjihad dan bersabar di antara kamu.“ (QS. Muhammad [47]: 31).
Mereka yang takut pahit, bersiap lah jadi rumput. Yang terus kecil, hidup di pinggiran dan diinjak-injak orang. Mereka yang berani pahit bahkan doyan pahit, bersiaplah menjadi pohon besar yang tegar dan akarnya menghujam kokoh ke tanah. Ketika seperti ini, pahit sudah tidak terasa lagi. Karena dia selalu membayangkan lezatnya sayur pare, hehehe.
Hmmm...benar-benar lezat sayur pare bikinan mertua saya ini. Benar-benar nikmat kopi hangat bikinan mertua saya ini. Anda mau coba???

#Dimuat di Majalah Ummi.

NB: Silahkan IZIN terlebih dulu ke ahmadsaifulislam@gmail.com atau sms (085733847622) bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Follow juga twitterku yaa di @tips_kemenangan untuk dapetin tweet-tweet segar, kultweet, video, foto, news, dan lain seterusnya. Visi-Misi saya, menebar manfaat dan mengajak semua sahabat yang gabung di sini untuk selalu menang (hayya ‘alal falah). Sebagai pelengkap, follow juga di @MotivasiAyat

Terima kasih, salam menang salam sukses...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...