Sudah biasanya sebelum berangkat ke pasar jualan ikan, atau tepat
setelah subuh, mertua telah menyiapkan segelas kopi hangat lengkap dengan
sarapan paginya. Kali ini, saya akan berbicara sayur yang beliau buat. Namanya,
sayur pare. Lebih tepatnya tumis pare. Mungkin Anda pernah memakannya. Gimana
lezatnya, wuih sudah lah jangan ditanya. P-a-i-t, pait! Hehehe. Eh, tapi tunggu
dulu justru dari pahitnya ini saya mau sharing kepada Anda. Semoga ada
manfaatnya.
Benar sekali, rasanya pahit saat pertama saya mencicipinya. Saya
paksakan memakannya pelan-pelan. Lama-kelamaan, gimana rasanya? Sungguh lezat
dan nikmat. Pahitnya itu, sekaang menjadi nikmat dan lezat. Bahkan kemarennya
saat saya tanyakan kepada isteri, dia bilang “Ya seneng banget la Mas. Kemaren
saya habiskan satu piring. Sampek sampeyan gak tak beri sisa, hehehe”. Begitu
pengakuan isteri saya. Padahal dia anti banget yang namanya ikan laut. Padahal
menurut saya ikan laut juga enak dan penuh gizi. Tapi, dia benar-benar ogah
dengan ikan laut. Heran juga saya saat mendengar pengakuannya makan pare yang
pahit ini. Sekal lagi, pahit awalnya. Tapi kalau diterusin lama-lama enak dan
lezat. Anda bisa buktikan, harganya dua ribu perak sudah dapat. Muraaaah...
Makan pare ini, sama juga ketika kita makan melinjo, sayur daun
pepaya, atau minum jamu atau obat. Tentu Anda sudah tidak asing lagi
makan-makanan ini begitu juga rasaya bukan? Tapi saya tidak tahu, Anda pernah
minum jamu atau tidak. Karena biasanya, orang yang pola hidupnya sehat jarang
bahkan bisa jadi tidak pernah minum jamu. Semua makanan yang sama sebutkan di
atas, ketika baru memakannya tentu rasanya pahit. Tapi lama-kelamaan ada rasa
nikmat dan lezat yang dirasakan lidah Anda. Bahkan jujur, saya sangat menyukai
yang pahit-pahit itu, seperti melinjo, pare, daun pepaya atau kopi hangat yang
ada pahitnya. Mungkin tidak hanya saya, Anda juga kah?
Begitulah hidup. Sering pada mulanya pahit. Berusaha itu pahit.
Bejuang itu pahit. Belajar itu pahit. Bekerja itu pahit. Berlatih itu pahit.
Belum lagi, musibah itu pahit. Cobaan itu pahit. Proses itu pahit. Sabar itu
pahit. Memaafkan itu pahit. Memberi itu pahit. Menjadi orang shaleh itu pahit.
Menjadi orang baik itu juga pahit. Proses menjadi juara itu pahit, karena
memang harus menjadi orang yang bekerja lebih dari orang biasa-biasa saja. Tapi
ingatlah, semua itu hanya pahit pada awalnya. Sama seperti makanan dan minuman
pahit yang saya sebut sebelumnya. Tapi kalau Anda sabar dan mempunyai daya
persistensi apalagi bisa menikmati pahit itu sendiri, yakinlah bahwa dibalik
kepahitan itu adalah kelezatan dan kenikmatan. Dan kelezatan maupun kenikmatan
itu hanya akan diperoleh bagi orang yang berani dengan pahitnya. Diraih oleh
orang yang sabar dengan pahitnya.
Memang dalam hidup itu banyak masalah. Memang dalam hidup itu
banyak rintangan. Memang dalam hidup itu banyak ujian dan cobaan. Dan memang
inilah yang ada selama kita masih hidup di dunia, “Dia lah yang menjadikan mati
dan hidup supaya menguji siapa diantara kalian yang paling baik (terbaik)
pekerjaannya (amalnya)” surat al-Mulk ayat dua. Jadi setiap orang mau tidak mau
pasti mendapat ujian, cobaan, atau masalah sesuai dengan kondisinya
masing-masing. Yang orang tua, punya masalah dengan anaknya. Mulai dari
mencarikan nafkah dan memberikan pendidikan yang baik atau kalau bisa terbaik.
Belum lagi anak mereka nakal dan sebagainya. Yang siswa atau mahasiswa punya
masalah dengan pendidikan mereka. Entah terkait dengan pelajaran yang dirasa
sulit (pahit), bidang yang diminati dan tidak diminati, cara belajar, membagi
waktu, makan makanan yang tepat dan seterusnya. Yang guru juga demikian,
bagaimana membuat murid-murid mereka mudah menyerap ilmu yang disampaikannya.
Pak polisi, dokter, pengusaha, bahkan ibu rumah tangga juga demikian. Para
pemimpin negara tidak terkecuali, mulai dari presiden hingga ketua RT pasti
mempunyai masalah dengan pekerjaannya (pahit).
Seperti makan pare, pasti dibalik kesulitan ada kemudahan. Dibalik
kepahitan ada kelezatan, begitu yang saya rasakan saat makan pare dan saat
menjalani hidup selama ini. Dan kalau kita melihat profil orang-orang sukses,
memang mereka tidak hanya mau pahit, tetapi juga d-o-y-a-n, doyan!. Sehingga
tidak heran membuat mereka sukses merasakan kelezatan dan kenikmatan di balik
pahitnya itu. Kita masih ingat kisah Rasulullah Yusuf a.s. ketika masalah
bertubi-tubi menimpa beliau. Kita bisa merasakan betapa menyedihkannya ketika
beliau dilemparkan ke dalam sumur (QS. Yusuf [12]: 10); dijual dengan harga
beberapa dirham saja (QS. Yusuf [12]: 21); difitnah melakukan perselingkuhan
(QS. Yusuf [12]: 25); sampai beliau dimasukkan ke penjara sesuai dengan
keinginannya sendiri (QS. Yusuf [12]: 33). Meski demikian, tak sepatah kata pun
yang keluar dari mulut beliau rasa penyesalan atas masalah hidup yang
dialaminya. Justru dengan penuh kesadaran dan rasa syukur yang dalam, beliau
mengatakan, “Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia
membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa aku dari dusun padang pasir”.
Kita bisa menyaksikan dengan jelas, bahwa tidak ada orang besar
entah itu Muhammad saw., Isa as., Mahatma Gandhi, Martin Luther, Bunda Theresa
dan tokoh-tokoh besar lainnya, yang besar begitu saja, tanpa melalui proses
“aneka pahit” yang panjang, terutama melalu berbagai masalah hidup dan berbagai
penderitaan yang lain, tetapi mereka mampu melampaui semua itu dengan senyum
dan semangat yang berkobar-kobar. Mereka ini lah orang-orang yang lulus dalam
menjalani ujian Allah. Sebagaimana yang Ia nyatakan, “Dan sesungguhnya, Kami
benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui yang (bersedia) berjihad dan
bersabar di antara kamu.“ (QS. Muhammad [47]: 31).
Mereka yang takut pahit, bersiap lah jadi rumput. Yang terus kecil,
hidup di pinggiran dan diinjak-injak orang. Mereka yang berani pahit bahkan
doyan pahit, bersiaplah menjadi pohon besar yang tegar dan akarnya menghujam
kokoh ke tanah. Ketika seperti ini, pahit sudah tidak terasa lagi. Karena dia
selalu membayangkan lezatnya sayur pare, hehehe.
Hmmm...benar-benar lezat sayur pare bikinan mertua saya ini.
Benar-benar nikmat kopi hangat bikinan mertua saya ini. Anda mau coba???
#Dimuat di Majalah Ummi.
NB: Silahkan
IZIN terlebih dulu ke ahmadsaifulislam@gmail.com
atau sms (085733847622) bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi
ini. Follow juga twitterku yaa di @tips_kemenangan untuk dapetin tweet-tweet
segar, kultweet, video, foto, news, dan lain seterusnya. Visi-Misi saya,
menebar manfaat dan mengajak semua sahabat yang gabung di sini untuk selalu
menang (hayya ‘alal falah). Sebagai pelengkap, follow juga di @MotivasiAyat
Terima kasih,
salam menang salam sukses...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar