Jumat, 25 April 2014

MEMARKETINGKAN AGAMA



Sebelum zhuhur, saya tertidur di kamar Idris. Saya bermimpi menuai ide dalam mimpi itu “Memarketingkan Agama”. Kalau saya ceritakan kisahnya tentu panjang. Yang jelas dalam kisah dalam mimpi itu saya mengambil ide yang juga dalam mimpi. Dan saat terbangun saya masih ingat betul dari mimpi itu. “Memarketingkan Agama”!
Coba perhatikan orang-orang yang tidak hanya pandai membuat kata-kata dan kalimat bijak, tapi mereka juga lihai memarketingkannya. Misalnya, A.A. Gym, Yusuf Mansur, Ippho Santosa, Rhoma Irama, dan masih banyak lagi yang lain. Bukan hanya pandai ceramah, menulis buku, mereka juga pandai memarketingkannya. Bahasa praktisnya, kreatif marketing. Saya rasa mereka itu orang-orang yang kreatif dan cerdik “memarketingkan agama”. Dan ini merupakan sebuah kemajuan yang berarti bagi Indonesia!
Apakah salah “memarketingkan agama”? Ah, pertanyaan macam itu. Ya jelas baiklah. Bahkan dianjurkan. Pelacuran, perampokan, koruptor, kebejatan saja tidak sungkan-sungkan memarketingkan dirinya. Masak, kita yang mau memarketingkan agama tidak boleh. Orang yang punya negatif pada “memarketingkan agama” menurut saya, dia hanya mencari-cari alasan agar agama tidak dikenal dan lama-kelamaan lenyap dari hidup bangsa kita. Agama itu memang harus dimarketingkan. Kebaikan itu memang harus dimarketingkan dengan teori-teori marketing yang paling hot sekalipun. Berarti Anda menjual agama? Ya, saya “menjual” agama tapi dikenal dan dikangeni masyarakat. Daripada agama hanya disimpan di laci lemari, tak dikenal orang, lalu lenyap! “Jual” agama sekarang juga. “Jual” ayat Alquran sekarang juga!
Eit.., jangan salah paham dulu. Jual, bukan Anda memanfaatkan agama untuk kepentingan pribadi Anda. Misal karena materi, jabatan, popularitas, dan seterusnya. Marketing, jual, maksudnya dakwah memang kewajiban kita masing-masing. Urusan bayaran, yakinlah Dia Yang Maha Tahu telah menyediakan surga kelak bagi Anda. Sampaikan agama itu dengan cara yang ada-ada saja. Kalau memang harus dengan musik, lakukanlah. Seperti Maher Zein, atau Rhoma Irama, mungkin?! Hingga kini syair-syairnya fenomenal. Bahkan berani nyalon presiden lo.
Orang yang pandai memasak itu, belum tentu produknya laku dipasaran. Tergantung bagaimana dia mengemas produknya, cara jualannya, cara memasarkannya dan seterusnya. Begitu juga kebaikan dan kebenaran itu belum tentu juga laku di masyarakat. Tergantung bagaimana kita mengemas, menyampaikan, meramunya dan segala macam hingga nampak renyah dikunyah masyarakat. Bahkan tidak mengada-ngada, “Markteing itu adalah ujung tombak perusahaan”. Dulu kita hanya mengenal function. Tapi sekarang itu saja tidak cukup. Dan butuh dikemas dengan fashion. Ya function itu harus dibarengi dengan fashion. Ibarat orang cantik kalau tidak pandai bersolek, belum tentu dia laku. Dan tidak menutup kemungkian yang tampang pas-pasan, dan pandai “macak” itu lebih laku duluan, hehehe. Hai, bukan dandan mukanya saja lo ya tapi juga jangan lupa akhlaknya juga dipacak-i.
Begitulah agama itu sebenarnya enak, cantik, baik dan benar. Tapi kalau tidak dikemas dengan kreatif, dipacak-i dengan inovatif, disampaikan dengan “ada-ada saja”, bisa jadi tidak laku. Bahkan kalau salah dandani dan memasarkannya, bisa tidak diterima orang. Akhirnya, ke-up to date-an agama itu sendiri dalam diri seseorang menjadi absurb! Bukankah ini berita yang menyedihkan?! Oleh karenanya, sekali lagi butuh bagi kita memarketingkan agama ini. Sangat urgently needed, agama ini diekspos, dipromosikan, baik media TV, Radio, Surat Kabar, Internet, Majalah, Mading dan lain sebagainya. Masak kalah sama Tukul, Inul, Andika Kangen Band, Ariel Luna-Noah, CheeryBell, Kuya-Kuya, Sule dan kawan-kawan?!
Lihat saja pengakuan Sulis Hadad Alwi dalam sebuah acara talkshow, “Nggak tahu ya media kok saya rasa minim berpihak pada lagu-lagu religi”. Untung dia masih bersihkukuh, “Saya akan tetap membawa aliran lagu religi ini. Kalau saya berallih, terus siapa lagi yang memerankan di negara tercinta ini?!” kurang lebih begitu ungkapnya. Ya memang menurut saya sekali lagi, agama dan nilai-nilainya harus berada di depan. Caranya, harus dengan dijual! Baik dengan “direct selling” atau lewat media! Ini adalah masa pertarungan media. Apa yang banyak diliput, terutama TV, ya itulah isi otak dan hati bangsa kita saat ini. Kita bisa memarketingkan agama dengan seni dan budaya yang kita bisa. Ah, pokoknya tergantung Anda saja lah. Yang jelas, marketingkan agama! Karena agama butuh marketing kreatif dari Anda!


NB: Silahkan IZIN kepada penulis di: ahmadsaifulislam@gmail.com (sms aja 085733847622), bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J) Yuk diskusi juga di @tips_kemenangan, dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan spiritual.
Bisa follow juga @MotivasiAyat
Semoga jadi media silaturahim yang membawa banyak manfaat…J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...