Sebelum zhuhur, saya tertidur di kamar Idris.
Saya bermimpi menuai ide dalam mimpi itu “Memarketingkan Agama”. Kalau saya
ceritakan kisahnya tentu panjang. Yang jelas dalam kisah dalam mimpi itu saya
mengambil ide yang juga dalam mimpi. Dan saat terbangun saya masih ingat betul
dari mimpi itu. “Memarketingkan Agama”!
Coba perhatikan orang-orang yang tidak hanya
pandai membuat kata-kata dan kalimat bijak, tapi mereka juga lihai
memarketingkannya. Misalnya, A.A. Gym, Yusuf Mansur, Ippho Santosa, Rhoma
Irama, dan masih banyak lagi yang lain. Bukan hanya pandai
ceramah, menulis buku, mereka juga pandai memarketingkannya. Bahasa praktisnya,
kreatif marketing. Saya rasa mereka itu orang-orang yang kreatif dan cerdik
“memarketingkan agama”. Dan ini merupakan sebuah kemajuan yang berarti bagi
Indonesia!
Apakah salah “memarketingkan agama”? Ah,
pertanyaan macam itu. Ya jelas baiklah. Bahkan dianjurkan. Pelacuran,
perampokan, koruptor, kebejatan saja tidak sungkan-sungkan memarketingkan
dirinya. Masak, kita yang mau memarketingkan agama tidak boleh. Orang yang
punya negatif pada “memarketingkan agama” menurut saya, dia hanya mencari-cari
alasan agar agama tidak dikenal dan lama-kelamaan lenyap dari hidup bangsa
kita. Agama itu memang harus dimarketingkan. Kebaikan itu memang harus
dimarketingkan dengan teori-teori marketing yang paling hot sekalipun. Berarti
Anda menjual agama? Ya, saya “menjual” agama tapi dikenal dan dikangeni
masyarakat. Daripada agama hanya disimpan di laci lemari, tak dikenal orang,
lalu lenyap! “Jual” agama sekarang juga. “Jual” ayat Alquran sekarang juga!
Eit.., jangan salah paham dulu. Jual, bukan
Anda memanfaatkan agama untuk kepentingan pribadi Anda. Misal karena materi,
jabatan, popularitas, dan seterusnya. Marketing, jual, maksudnya dakwah memang
kewajiban kita masing-masing. Urusan bayaran, yakinlah Dia Yang Maha Tahu telah
menyediakan surga kelak bagi Anda. Sampaikan agama itu dengan cara yang ada-ada
saja. Kalau memang harus dengan musik, lakukanlah. Seperti Maher Zein, atau
Rhoma Irama, mungkin?! Hingga kini syair-syairnya fenomenal. Bahkan berani
nyalon presiden lo.
Orang yang pandai memasak itu, belum tentu
produknya laku dipasaran. Tergantung bagaimana dia mengemas produknya, cara
jualannya, cara memasarkannya dan seterusnya. Begitu juga kebaikan dan
kebenaran itu belum tentu juga laku di masyarakat. Tergantung bagaimana kita
mengemas, menyampaikan, meramunya dan segala macam hingga nampak renyah
dikunyah masyarakat. Bahkan tidak mengada-ngada, “Markteing itu adalah ujung
tombak perusahaan”. Dulu kita hanya mengenal function. Tapi sekarang itu
saja tidak cukup. Dan butuh dikemas dengan fashion. Ya function
itu harus dibarengi dengan fashion. Ibarat orang cantik kalau tidak
pandai bersolek, belum tentu dia laku. Dan tidak menutup kemungkian yang
tampang pas-pasan, dan pandai “macak” itu lebih laku duluan, hehehe. Hai, bukan
dandan mukanya saja lo ya tapi juga jangan lupa akhlaknya juga dipacak-i.
Begitulah agama itu sebenarnya enak, cantik,
baik dan benar. Tapi kalau tidak dikemas dengan kreatif, dipacak-i dengan
inovatif, disampaikan dengan “ada-ada saja”, bisa jadi tidak laku. Bahkan kalau
salah dandani dan memasarkannya, bisa tidak diterima orang. Akhirnya, ke-up
to date-an agama itu sendiri dalam diri seseorang menjadi absurb!
Bukankah ini berita yang menyedihkan?! Oleh karenanya, sekali lagi butuh bagi
kita memarketingkan agama ini. Sangat urgently needed, agama ini
diekspos, dipromosikan, baik media TV, Radio, Surat Kabar, Internet, Majalah,
Mading dan lain sebagainya. Masak kalah sama Tukul, Inul, Andika Kangen Band,
Ariel Luna-Noah, CheeryBell, Kuya-Kuya, Sule dan kawan-kawan?!
Lihat saja pengakuan Sulis Hadad Alwi dalam
sebuah acara talkshow, “Nggak tahu ya media kok saya rasa minim berpihak pada
lagu-lagu religi”. Untung dia masih bersihkukuh, “Saya akan tetap membawa
aliran lagu religi ini. Kalau saya berallih, terus siapa lagi yang memerankan
di negara tercinta ini?!” kurang lebih begitu ungkapnya. Ya memang menurut saya
sekali lagi, agama dan nilai-nilainya harus berada di depan. Caranya, harus
dengan dijual! Baik dengan “direct selling” atau lewat media! Ini adalah
masa pertarungan media. Apa yang banyak diliput, terutama TV, ya itulah isi otak
dan hati bangsa kita saat ini. Kita bisa memarketingkan agama dengan seni dan
budaya yang kita bisa. Ah, pokoknya tergantung Anda saja lah. Yang jelas,
marketingkan agama! Karena agama butuh marketing kreatif dari Anda!
NB: Silahkan IZIN kepada penulis di:
ahmadsaifulislam@gmail.com (sms aja 085733847622), bila berminat menerbitkan
artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J) Yuk
diskusi juga di @tips_kemenangan, dapatkan kultweet yang menyegarkan
intelektual, emosional dan spiritual.
Bisa follow juga @MotivasiAyat
Semoga jadi media silaturahim yang
membawa banyak manfaat…J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar