Sakit dan nyaman. Dua kata itulah yang mewakili kita setiap hendak
melakukan sesuatu untuk tujuan atau cita-cita kita. Keduanya bergelayut pada
emosi orang dewasa yang lebih sering menunda aksi. Tidak pada anak-anak.
Kenapa? Anak-anak pendorongnya sangat kuat, yaitu permainan dan tidak lain
adalah kesenangan itu sendiri. Karena orang dewasa sering mengabaikan
permainan, maka tidak jarang ini berakibat pada menunda-nunda. Dia terbiasa
nyaman untuk tidak melakukan apa-apa. Dan biasanya pendong yang paling kuat
dari orang dewasa adalah ekonomi untuk mencukupi kebutuhan anak, isteri dan
keluaganya.
Satu misal, orang yang mau berhenti
merokok. Pada awalnya sungguh sangat sulit untuk bisa berhenti merokok. Karena
harus ada rasa sakit yang mesti dia rasakan di sana. Akibatnya, dia sering
menunda dan terus menunda untuk berhenti merokok. Nanti dan nanti, besok dan
besok kenyataanya dia tetap merokok besok dan nanti itu. Ini juga dialami oleh
orang yang mau diet. Mesti ada rasa sakit yang harus dia alami. Diantaranya,
tidak makan makanan kecintaannya. Yang terbayang justru rasa sakit tersebut.
Dia juga mau puasa. Tapi kenyataannya hanya keinginan dan keinginan tanpa
berani dan berjuang melawan rasa sakit itu. Akhirnya, keadaan tetap tidak ada
perubahan sama sekali. Dia mendapati tubuhnya tetap seperti semula.
Mau buka bisnis apa lagi. Ada rasa
sakit yang terus menggelanyut. Misalnya, gengsi, resiko gagal, malu, rugi,
takut ada tanggung jawab baru, mengeluarkan uang, membutuhkan waktu, tenaga dan
seteusnya. Belum bertanding dia sudah merasakan sakit itu. Akhirnya, dia beralih
kepada kenyamannya sekarang dengan tidak melakukan apa-apa. Dia pikir dengan
diam dan nyaman begitu tidak ada resiko. Padahal sebenarnya, diam juga beresiko
bahkan lebih besar dari melakukan membuka bisnis itu sendiri. Iyan kan? Belum
lagi masalah nikah misalnya dan lain sebagainya. Rasa sakit mau berbuat dan
nyaman untuk tidak berbuat adalah dua alasan yang membuat kita menunda-nunda
kebaikan.
Sudah menjadi sifat dasar manusia. Dia itu sukanya mencari
kenyamanan dan keamanan dan menghindari kesulitan, kesakitan. Sayangnya,
keduanya bila tidak disikapi dan termenej dengan baik, malah membuatnya lemah,
loyo, dan akhirnya terpinggirkan dalam percaturan hidup ini. Solusinya, rasakan
sakit saat Anda enggan berbuat dan bayangkan rasa menyenangkan jika Anda
berhasil melakukannya.
Misalnya, “Wah, kalau saya tidak berbisnis sekarang, keburu disalip
tetangga!”, “Wah, kalau saya tidak menikah sekarang, dosa bisa
bertumpuk-tumpuk, rezeki seret, jadi perjaka atau perawan tua, bisa nggak laku
ntar!”, “Wah, kalau gue tidak belajar sekarang, kuliah sekarang, gue sulit
diterima di kalangan elit, dan ujung-ujungnya gue begini-begini terus!”, “Wah,
kalau gue tidak menulis sekarang, bisa-bisa nanti gue disibukkan dengan hal
lain, sehingga cita-cita gue paling besar: menulis buku, tidak akan pernah
terwujud!”, “Wah, kalau gue tidak shalat sekarang, kalau nanti gue mati, bisa
berabe gue disiksa malaikat sangar!”, dan masih banyak contoh yang lain tentu
sesuai dengan diri Anda.
Atau juga Anda bisa ingat pesan Nabi Muhammad SAW, “Ingat sehat
sebelum sakit, ingat sempat sebelum sempit, ingat kaya sebelum miskin, ingat
muda sebelum tua, ingat hidup sebelum mati”!
OK, jangan sampai kita dihajar oleh menunda-nunda. Jangan sampai
kita babak belur, rugi dunia-akherat! Jangan sampai! Mudah-mudahan tips di atas
membuat kita selalu bisa menghajar “menunda-nunda”. Siaaaaap?
NB: Silahkan
IZIN terlebih dulu ke ahmadsaifulislam@gmail.com
atau sms (085733847622) bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi
ini. Follow juga twitterku yaa di @tips_kemenangan untuk dapetin tweet-tweet
segar, kultweet, video, foto, news, dan lain seterusnya. Visi-Misi saya,
menebar manfaat dan mengajak semua sahabat yang gabung di sini untuk selalu
menang (hayya ‘alal falah). Sebagai pelengkap, follow juga di @MotivasiAyat
Terima kasih,
salam menang salam sukses...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar