Senin, 28 April 2014

INI GUE...!



Pepatah Arab mengatakan, “Pemuda sejati bukan dia yang berkata, ‘Ini bapak gue’. Tapi dia yang berkata, ‘inilah gue...!’.”
Orang perlu mengambil sebuah peran atau pekerjaan lalu dikaitkan dengan dirinya. Ya, pekerjaan sama dengan dirinya. Hal ini penting biar dia mengerti siapa dirinya dan bisa memposisikan perannya secara maksimal. Dalam bahasa yang lainnya, jiwailah pekerjaan Anda sepenuhnya. Afirmasi positif terhadap diri bisa Anda terapkan secara terus menerus. Biar Anda tidak larut dalam kesenangan yang memalingkan. Atau sebuah keadaan menarik, yang membuat Anda lupa jati diri Anda. Misalnya, katakan “Kalau tidak saya, siapa lagi. Saya lah orangnya dalam bidang ini. Pekerjaan ini Gue banget!”. Kalimat ini bisa  ampuh khasiatnya untuk alam bawah sadar Anda. Sehingga Anda seperti selalu terjaga untuk “berada di relnya”.
Pada awalnya, Anda harus tentukan dulu bidang apa yang  sangat Anda cintai. Bidang apa yang paling menarik Anda dalam hidup ini. Ada kebingungan? Itu pasti. Tapi yang penting Anda segera memutuskan untuk mengambil satu atau dua dari semua itu. Kalau Anda dibuat bingung terus, itu menandakan Anda belum siap untuk menjadi dewasa sebenarnya. Hanya orang yang tidak punya keberanian yang menunda-nunda keputusan. Ini bahaya! Kenapa? Begini!
Konon ada dua orang filosof besar, mereka guru murid. Suatu hari datanglah, seorag murid itu kepada gurunya dan bertanya tentang cinta.
“Wahai guru, ajarkan kepadaku tentang cinta?”
“Jadi benar kau mau tahu tentang cinta?” (Anak muda ini sudah mulai dewasa kali ya, begitu mungkin pikir sang guru).
“Benar guru, saya ingin tahu apa itu cinta?” Mendengar penegasan dari muridnya, sang guru tidak langsung memberi jawaban, tapi malah memerintah. Pagi-pagi betul, sang guru berkata kepada si murid yang muda dan bertubuh atletis itu.
“Sekarang, kamu pergi ke sebuah hutan. Cari dan temukan sebuah bunga paling indah dan paling bagus dari sekian bunga yang ada. Lalu bawa bunga itu kepadaku”
“Hanya itu guru?” Tanya si murid.
“Ya, hanya itu”. Jawab sang guru singkat.
Pergilah si pemuda ini ke sebuah hutan nan jauh. Dia mulai mencari bunga paling indah dan paling bagus pesanan sang guru. Benar, dia menemukan sebuah bunga yang sangat menari perhatiannya. Bunga itu memang bagus. Tidak hanya harum, tetapi cantik dan indah. “Wah, ini dia bunga pesanan guru”, gumamnya. Dia akan memetikanya. “Ups, jangan-jangan di dalam sana, masih ada yang lebih bagus dan lebih indah, lebih harum dari ini yaa...” gumamnya, saat hendak memetik bunga itu. Akhirnya, dia pun menunda dan tidak memetik bunga itu. Dia memilih terus jalan ke semak belukar untuk mencari bunga “yang mungkin” lebih indah dari bunga pertama.
Benar sekali, dia menjumpai sekuntum bunga yang sangat indah, sangat menarik. Dia pun hendak memetiknya. Lagi-lagi, saat hendak memetiknya, muncul lagi gumam di hatinya, “Jangan-jangan di sana masih ada bunga yang lebih indah dari ini”. Begitu terus hingga bunga ketiga, keempat, kelima dan seterusnya. Hingga dalam pencariannya, dia lupa waktu. Dia sudah tidak ingat lagi, bahwa matahari telah mulai tidur ke perenduannya. Ya, matahari telah lengser ke ufuk barat di bawah kaki gunung. Langit merah dan malam mulai merayap. Dia pun tidak ingat lagi, dimana tempat bunga-bunga tadi letaknya. Hingga dia kembali pada gurunya, tanpa membawa sekuntum bunga pun! Game over!
“Mana bunga yang saya pesan itu?” Tanya sang guru.
Dengan beribu dalih sebelumnya dan menceritakan keadaan jiwanya saat hendak memetik bunga, akhirnya si murid berkata dengan nada lesuh, “Saya tidak membawa apa-apa guru. Saya bingung...”
Dengan nada agak pelan, sang guru berkata, “Itulah cinta!”
Cinta itu, ketika Anda berani memilih dan memutuskan. Terlalu banyak bunga-bunga dalam kehidupan ini, tapi Anda harus segera memutuskan. Ambil satu-dua peran. Lalu berlombalah dengan memaksimalkan potensi Anda di dalamnya. Putuskan sekarang juga, mumpung mentari masih bisa Anda nikmati sinarnya. Mumpung nyawa masih dikandung badan. Mumpung kekuatan dan kesempatan masih ada.
Waspada! Itulah satu-satunya yang diperlukan di era globalisasi ini. Dimana bukan hanya hiburan yang sangat menarik perhatian seseorang, hingga informasi pun sangat menarik Anda. Kalau Anda sampai ikut-ikutan atau terbawa arus, sangat bisa jadi Anda sulit meraih tujuan Anda dalam hidup. Ya, mungkin tujuan hidup saja masih kurang bagi Anda, apalagi mereka yang masih muda. Tujuan dan keinginan itu perlu dipermantap lagi dengan selalu menjiawai pekerjaan kita. Kalau perlu, gambarlah diri Anda sendiri dalam pikiran Anda. Bisa juga seorang tokoh yang Anda kagumi. Mau seperti apa Anda lima tahun mendatang, sepuluh tahun mendatang, dan seterusnya. Mereka yang lebih cepat sampai di puncak pendakian adalah mereka yang fokus dan terus berada pada relnya. Walau pun kecil yang dilakukannya, itu sebuah perkembangan dan kemajuan. Sebaliknya, kalau tidak punya afirmasi positif dengan menjiwai apa yang dilakukan, walau nampaknya banyak yang dilakukannya tapi sebenarnya dia masih diam ditempat.
Orang yang menjiwai pekerjaannya dan mengambil peran dengan sengaja padanya, akan selalu sadar bahwa mereka sedang dalam medan pertandingan. Ibarat atlet lari, dia kini sedang berlomba lari dengan ratusan atau bahkan ribuan orang lainnya di bidang yang sama. Orang yang seperti ini, tidak terlena dengan sorakan dan tepuk tangan penonton. Pun dia tidak merasa sedih dengan cacian dan makian komentator itu. Dia mengerti apa yang harus dia pertahankan, usahakan dan kerjakan. Dan apa yang harus dia abaikan. Ya, begitulan untuk bisa cepat kita mesti tahu mana yang mesti diperhatikan dan mana yang mesti diabaikan. Mana yang mesti dikerjakan dan mana yang mesti dilemparkan kepada orang lain. Dia tahu betul tugasnya. Pun dia pandai membagi tugasnya kepada orang lain. Bahasa kerennya, “The right man on the right place. The right man on the right job”.


NB: Silahkan IZIN kepada penulis di: ahmadsaifulislam@gmail.com (sms aja 085733847622), bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J) Yuk diskusi juga di @tips_kemenangan, dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan spiritual.
Bisa follow juga @MotivasiAyat
Semoga jadi media silaturahim yang membawa banyak manfaat…J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...