Selasa, 01 April 2014

KETIKA ORANG CERDAS BISA DIPECUNDANGI



Indonesia Emas, itulah tema yang digarap oleh pakar ESQ Indonesia, Ary Ginanjar yang suatu malam tayang di TVRI. Menyaksikan acara bagus ini, mengingatkan lagi kita akan kesuksesan seseorang itu ditentukan oleh 80% oleh kecerdasan emosional. “Kecerdasan intelektual (IQ), berkontribusi hanya 20% pada kesuksesan seseorang”, kata Pak Ary.
Sebelumnya ada tiga mahasiswa berprestasi dari ITB (Institut Teknologi Bandung). Hebatnya, salah seorang bukan hanya juara nasional lagi. Tapi juara dunia! Edan. Setelah ditanya oleh Mbak Pegy, sang pembawa acara ternyata mahasiswa itu mengaku, “Saya belajar dengan tidak tidur dua puluh empat jam”, gila! Beberapa lama kemudian, ditanggapi oleh Ary Ginanjar, bahwa nampak disana sebuah tekad yang kuat, sebuah keyakinan yang dahsyat bahwa dirinya adalah juara. Nah, keyakinan itulah sebenarnya yang membuat semua potensi terbuka. Kalau kita tarik kesimpulan dari kisah di atas, kecerdasan emosional yang banyak berperan dalam kesuksesan itu antara lain: keberanian, keyakinan, tekad yang kuat, pantang menyerah, sabar, percaya diri, semangat, tekun, disiplin dan lain seterusnya. Kalau semua unsur kecerdasan emosional itu dikerahkan, besar kemungkinan seseorang akan sukses.
Beberapa menit kemudian, ditampilkan seorang profesor dari ITB juga, namanya Prof. Naya. Nama lengkap dan gelarnya, panjang sekali hingga saya tidak sempat menghafalnya. Usianya sekitar 60-an, nampak kepalanya botak kelimis tanpa rambut sehelai pun. Dia bilang, “Memang benar kecerdasan intelektual saja (seperti kebanyakan mahasiswa dan sarjana ITB), belum lengkap. Kita butuh kecerdasan emosional, agar bisa kreatif dan gaul. Pun harus dilengkapi juga dengan kecerdasan spiritual. Agar tidak kering. Saya punya banyak teman yang cerdas, tapi terasa kering tanpa kecerdasan spiritual”. Bahkan Prof. Naya merintis kampus, bekerjasama dengan Ary Ginanjar dengan nama “ESQ Bussines School”. Intinya memadukan kecerdasan Intelektual, Emosional dan Spiritual sekaligus. “Otaknya ITB, hatinya EQ dan jiwanya SQ”, kata Pak Ary.
Kita cermati orang-orang hebat itu, mereka nampaknya sedang berusaha meraih tidak hanya dunia, tetapi juga akherat. Bahkan pekerjaan dunia mereka harus seiring, selaras, serasi dan seimbang dengan tujuan akherat. Sehingga otak mereka tidak lagi kering dengan sentuhan cinta. Darah mereka tak lagi panas dengan adonan semangat, antusias yang terus menyejukkan.
Dan banyak fakta di lapangan, orang cerdas saja sering dikibulin oleh orang pintar. Mereka yang kuat intelektualnya dan tidak mempunyai wawasan bisnis dan entrepreneurship, maka akan dijadikan karyawan oleh orang yang SMP saja tidak lulus. Sebuah sakit hati yang sangat apabila ada seorang insinyur menjadi karyawan bocah SD tidak tamat yang sukanya mbetik ngutil jambu milik petugas kebun sekolah. Dulunya orang mengira hanya yang bertitel saja bisa jadi bos. Kenyataannya, tidak! Urusan bos malah sering dikendalikan oleh orang yang lemah analisa dan sukanya action saja. Urusan materi, sudah banyak orang biasa lebih kaya dari lulusan doktoral bahkan profesor sekalipun. Pendeknya, soal uang itu nyarinya bukan di kampus, tapi di pasar, di jalanan, di mall-mall tempat mangkring orang yang kebanyakan tidak suka berpikir dalam-dalam. Terbesit dari raut wajah sang profesor, orang cerdas dipecundangi oleh orang pinter. Lihat saja argumen nabinya entrepreneur, Purdi Chandra, bahwa dia bersyukur jadi orang malas. Karena kalau terlalu rajin, nanti jadi karyawan!
Benar juga kata Ippho, “Orang kiri itu kalau dilihat dari sisi uang, mereka itu tidak apa-apanya”. Bahkan kiri disamakan dengan kere. Saya rasa yang paling tersinggung dengan kenyataan dan kalimat seperti itu adalah mereka yang berpendidikan tinggi, bergelar puaaanjang, bahkan sudah profesor tapi masih miskin. Bahkan mereka entrepreneur itu bangga kalau keluar dari sekolah formal lalu membuka usaha. Makanya, saya acungi jempol keinginan Prof. Naya yang mendirikan ESQ Bussines School. Biar tidak hanya cerdas bikin teknologi, tapi pintar juga memasarkannya. Tidak hanya ahli, tetapi harus bisa mem-backup keahliannya itu dengan entrepreneurship. Bisa menciptakan produk yang berkualitas dan lengkap dengan lihai menjualnya. Rasanya kalau ESQ Bussines School itu sukses, meciptakan “Indonesia Emas”, sudah tidak ada lagi ceritanya ahli pikir dipecundagi oleh “orang bodoh”. 

NB: Silahkan IZIN terlebih dulu ke ahmadsaifulislam@gmail.com atau sms (085733847622) bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Follow juga twitterku yaa di @tips_kemenangan untuk dapetin tweet-tweet segar, kultweet, video, foto, news, dan lain seterusnya. Visi-Misi saya, menebar manfaat dan mengajak semua sahabat yang gabung di sini untuk selalu menang (hayya ‘alal falah). Sebagai pelengkap, follow juga di @MotivasiAyat
Terima kasih, salam menang salam sukses...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...