Indonesia Emas, itulah tema yang digarap oleh pakar ESQ Indonesia,
Ary Ginanjar yang suatu malam tayang di TVRI. Menyaksikan acara bagus ini,
mengingatkan lagi kita akan kesuksesan seseorang itu ditentukan oleh 80% oleh
kecerdasan emosional. “Kecerdasan intelektual (IQ), berkontribusi hanya 20%
pada kesuksesan seseorang”, kata Pak Ary.
Sebelumnya ada tiga mahasiswa berprestasi dari ITB (Institut
Teknologi Bandung). Hebatnya, salah seorang bukan hanya juara nasional lagi.
Tapi juara dunia! Edan. Setelah ditanya oleh Mbak Pegy, sang pembawa acara
ternyata mahasiswa itu mengaku, “Saya belajar dengan tidak tidur dua puluh
empat jam”, gila! Beberapa lama kemudian, ditanggapi oleh Ary Ginanjar, bahwa
nampak disana sebuah tekad yang kuat, sebuah keyakinan yang dahsyat bahwa
dirinya adalah juara. Nah, keyakinan itulah sebenarnya yang membuat semua potensi
terbuka. Kalau kita tarik kesimpulan dari kisah di atas, kecerdasan emosional
yang banyak berperan dalam kesuksesan itu antara lain: keberanian, keyakinan,
tekad yang kuat, pantang menyerah, sabar, percaya diri, semangat, tekun,
disiplin dan lain seterusnya. Kalau semua unsur kecerdasan emosional itu
dikerahkan, besar kemungkinan seseorang akan sukses.
Beberapa menit kemudian, ditampilkan seorang profesor dari ITB
juga, namanya Prof. Naya. Nama lengkap dan gelarnya, panjang sekali hingga saya
tidak sempat menghafalnya. Usianya sekitar 60-an, nampak kepalanya botak
kelimis tanpa rambut sehelai pun. Dia bilang, “Memang benar kecerdasan
intelektual saja (seperti kebanyakan mahasiswa dan sarjana ITB), belum lengkap.
Kita butuh kecerdasan emosional, agar bisa kreatif dan gaul. Pun harus
dilengkapi juga dengan kecerdasan spiritual. Agar tidak kering. Saya punya
banyak teman yang cerdas, tapi terasa kering tanpa kecerdasan spiritual”.
Bahkan Prof. Naya merintis kampus, bekerjasama dengan Ary Ginanjar dengan nama
“ESQ Bussines School”. Intinya memadukan kecerdasan Intelektual, Emosional dan
Spiritual sekaligus. “Otaknya ITB, hatinya EQ dan jiwanya SQ”, kata Pak Ary.
Kita cermati orang-orang hebat itu, mereka nampaknya sedang
berusaha meraih tidak hanya dunia, tetapi juga akherat. Bahkan pekerjaan dunia
mereka harus seiring, selaras, serasi dan seimbang dengan tujuan akherat.
Sehingga otak mereka tidak lagi kering dengan sentuhan cinta. Darah mereka tak
lagi panas dengan adonan semangat, antusias yang terus menyejukkan.
Dan banyak fakta di lapangan, orang cerdas saja sering dikibulin
oleh orang pintar. Mereka yang kuat intelektualnya dan tidak mempunyai wawasan
bisnis dan entrepreneurship, maka akan dijadikan karyawan oleh orang yang SMP
saja tidak lulus. Sebuah sakit hati yang sangat apabila ada seorang insinyur
menjadi karyawan bocah SD tidak tamat yang sukanya mbetik ngutil jambu milik
petugas kebun sekolah. Dulunya orang mengira hanya yang bertitel saja bisa jadi
bos. Kenyataannya, tidak! Urusan bos malah sering dikendalikan oleh orang yang
lemah analisa dan sukanya action saja. Urusan materi, sudah banyak orang
biasa lebih kaya dari lulusan doktoral bahkan profesor sekalipun. Pendeknya,
soal uang itu nyarinya bukan di kampus, tapi di pasar, di jalanan, di mall-mall
tempat mangkring orang yang kebanyakan tidak suka berpikir dalam-dalam.
Terbesit dari raut wajah sang profesor, orang cerdas dipecundangi oleh orang
pinter. Lihat saja argumen nabinya entrepreneur, Purdi Chandra, bahwa dia
bersyukur jadi orang malas. Karena kalau terlalu rajin, nanti jadi karyawan!
Benar juga kata Ippho, “Orang kiri itu kalau dilihat dari sisi
uang, mereka itu tidak apa-apanya”. Bahkan kiri disamakan dengan kere. Saya
rasa yang paling tersinggung dengan kenyataan dan kalimat seperti itu adalah
mereka yang berpendidikan tinggi, bergelar puaaanjang, bahkan sudah profesor
tapi masih miskin. Bahkan mereka entrepreneur itu bangga kalau keluar dari
sekolah formal lalu membuka usaha. Makanya, saya acungi jempol keinginan Prof.
Naya yang mendirikan ESQ Bussines School. Biar tidak hanya cerdas bikin
teknologi, tapi pintar juga memasarkannya. Tidak hanya ahli, tetapi harus bisa
mem-backup keahliannya itu dengan entrepreneurship. Bisa menciptakan
produk yang berkualitas dan lengkap dengan lihai menjualnya. Rasanya kalau ESQ
Bussines School itu sukses, meciptakan “Indonesia Emas”, sudah tidak ada lagi
ceritanya ahli pikir dipecundagi oleh “orang bodoh”.
NB: Silahkan
IZIN terlebih dulu ke ahmadsaifulislam@gmail.com
atau sms (085733847622) bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi
ini. Follow juga twitterku yaa di @tips_kemenangan untuk dapetin tweet-tweet
segar, kultweet, video, foto, news, dan lain seterusnya. Visi-Misi saya,
menebar manfaat dan mengajak semua sahabat yang gabung di sini untuk selalu
menang (hayya ‘alal falah). Sebagai pelengkap, follow juga di @MotivasiAyat
Terima kasih,
salam menang salam sukses...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar