Selasa, 25 Juni 2019

TONGKAT NABI MUSA


—Saiful Islam—

“Tali dan tongkat mereka, itu tak jadi ular. Hanya seakan-akan jadi ular…”

Ini adegan seru. Antara Nabi Musa dengan para ahli sihir. Sekilas, antara mukjizat Nabi Musa dengan sihir para penyihir itu. Duel keduanya digambarkan seperti aksi lempar-lemparan tongkat. Tali-tali dan tongkat-tongkat ahli sihir itu berubah menjadi ular. Tongkat Nabi Musa pun berubah menjadi ular yang menelan ular-ular mereka. Benarkah demikian?

Jika menyorot para ahli sihir lawan Musa AS, maka sudah jelas bagi kita bahwa sihir yang mereka lakukan itu hanya tipuan. Atau trik. Cuma sulapan. Tali-tali dan tongkat-tongkat mereka tidak benar-benar menjadi ular. Tali-tali dan tongkat-tongkat mereka itu, hanya terbayang menjadi ular. Sekali lagi, Cuma terbayang! Seolah-olah saja menjadi ular. Seakan-akan merayap cepat. Mereka menyulap mata banyak orang yang hadir. Termasuk mata Nabi Musa.

Sama seperti tukang sulap yang saya temui di pasar ketika saya mengajak kawan saya itu. Kain dan putung rokok yang hilang itu, tidak benar-benar hilang. Hanya seakan-akan hilang. Terbukti kain dan potung rokok tersebut dimasukkan ke dalam seperti tutup pulpen yang dibentuk dan dicat seperti jempol. Untuk mengelabui kami. Dan benar, meski hanya berjarak satu meter peris di hadapannya, kain dan putung rokok itu seperti lenyap begitu saja dari tangannya.

Saya tegaskan lagi, bahwa aksi para penipu itu di hadapan Nabi Musa, tersebut hanyalah sulapan belaka! Tali-tali dan tongkat-tongkat mereka TIDAK menjadi ular. Kenyataannya, TIDAK merayap cepat. Hanya SEAKAN-AKAN menjadi ular yang merayap cepat.

QS. Al-A’raf[7]: 116
قَالَ أَلْقُوا ۖ فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ
Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka MENYULAP mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan).

QS. Thaha[20]: 66
قَالَ بَلْ أَلْقُوا ۖ فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَىٰ
Musa berkata: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, TERBAYANG kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.

Lagian, tipuan atau trik mereka itu pun dibongkar oleh Allah. Sebagaimana diceritakan dalam ayat berikut.

QS. Yunus[10]: 81 - 82
فَلَمَّا أَلْقَوْا قَالَ مُوسَىٰ مَا جِئْتُمْ بِهِ السِّحْرُ ۖ إِنَّ اللَّهَ سَيُبْطِلُهُ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ
81. Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: "Apa yang kamu lakukan itu, adalah sihir. Sungguh Allah akan MEMBONGKAR ketidak benarannya." Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-yang membuat kerusakan.
وَيُحِقُّ اللَّهُ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ
82. Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan kalimat-kalimat-Nya. Walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya).

Setelah aksi tipu-tipu mereka terbongkar itulah, akhirnya para ahli sihir itu menyerah kepada Nabi Musa. Lantas memutuskan untuk beriman kepada Allah.

QS. Thaha[20]: 70
فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَىٰ
70. Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa.”

Sekarang, marilah kita lihat sebaliknya. Kita sorot Nabi Musa. Digambarkan bahwa tongkat Nabi Musa menelan apa yang mereka perbuat itu. Dan ayat-ayat inilah yang sering digunakan oleh kawan-kawan diskusi saya. Hehehe. Let’s go…

QS. Thaha[20]: 67 – 69
أَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَىٰ
67. Maka Musa merasa takut dalam hatinya.

قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعْلَىٰ
68. Kami berkata: "Janganlah kamu takut. Sungguh kamulah yang paling unggul (menang).

وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا ۖ إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ ۖ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَىٰ
69. “Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu. Niscaya ia akan MENELAN APA YANG MEREKA PERBUAT. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu. Dari mana saja ia datang.”

Ingat ya. Pada ayat di atas, Allah tidak menyebut “menelan ular-ular mereka”. Di situ hanya disebut, “menelan apa yang mereka perbuat”. Apa yang mereka perbuat? Jelas disebutkan di kalimat selanjutnya, “itu hanyalah tipu daya tukang sihir belaka”. Alias tipu-tipu belaka. Hanya trik. Cuma sulapan! Seolah-olah tampak seperti ular yang merayap gesit. Padahal aslinya, BUKAN!

Begitu juga di ayat di bawah ini. Allah tidak menyebut, “menelan ular-ular mereka”. Tapi di sini disebut, “menelan kebohongan mereka” atau “menelan habis segala kepalsuan mereka” atau “menelan apa yang mereka sulapkan”. Marilah kita cermati!

QS. Al-A’raf[7]: 117 – 122
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ
117. Dan Kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!". Maka tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan.

فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
118. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan.

فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوا صَاغِرِينَ
119. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.

وَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ
120. Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud.

قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ
121. Mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam.

رَبِّ مُوسَىٰ وَهَارُونَ
122. "(Yaitu) Tuhan Musa dan Harun.”

Maka menurut saya, yang jelas tongkat Nabi Musa tidak benar-benar menjadi ular. Baik ular piton, maupun ular anaconda. Kenapa? Karena tali dan tongkat para pesihir itu tidak menjadi ular. Baik ular cobra, ular hijau, ular derik, sampai ular kacangan. Tentu ini semakin menarik. Selanjutnya akan kita lihat.

Sampai di sini dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...