Sabtu, 08 Juni 2019

SETAN PUN BUKAN SOSOK


—Saiful Islam—

“Setan adalah sifat, baik untuk al-jinn maupun al-ins…”

Material Jin yang terbuat dari api, sudah kita bahas cukup detil. Al-jinn bersanding dengan al-ins, juga sudah dibahas cukup detil. Kita juga sudah paham perbedaan antara al-basyar, al-ins, dan al-insaan, sekaligus kaitannya dengan Jin.

Yang belum mengerti, atau belum mengikuti serinya, silakan dibaca lagi tulisan-tulisan sebelumnya. Di Facebook, di WAG, maupun di tipkemenangan.blogspotdotkom. Sebab kebiasaan kita ini, gampangan berkata yang bukan-bukan: “makhluk halus”, “goib”, “kesurupan”, “kena santet”, dan semisalnya. Padahal aslinya tidak paham. Dan cuma ikut-ikutan tradisi animisme—dinamisme.

Baiklah. Yuk kita lanjutkan lagi. Nah, yang tak kalah menarik lagi adalah, Allah menggunakan frase “Setan-setan al-ins dan al-jinn”. Disebutkan dalam QS. Al-An’am[6] ayat 112 berikut ini.

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh. Yaitu syaitan-syaitan al-ins dan al-jinn. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya. Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”

Maka, kita mesti paham dulu apa itu setan dari rujukan yang benar. Yang ilmiah. Jangan ujug-ujug latah bilang, “setan”, “makhluk halus”, “guna-guna”, “pocong”, “hantu”, “pokoknya seram”, “sihir”, dan seterusnya. (Insya Allah kita akan bahas semua itu). Padahal sejatinya tidak mengerti. Referensinya salah. Cuma ikut-ikutan. QS. 6 ayat 116—117, mengingatkan, “Jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu.” So, hati-hatilah.

Kata al-syaythoon, itu asli nun-nya. Alias bukan tambahan seperti nun tatsniyah. Kata tersebut dari syathona yang arti awalnya adalah berjauhan (tabaa’ada). Sumur yang dalam itu disebut bi’run syathuun. Karena antara air dan orang yang menimba itu berjauhan. Desa yang jauh juga disebut syathonat al-daar. Begitu juga negeri yang jauh disebut ghurbatun syathuun.

Isim fa’il-nya (subjeknya), yakni syaathin, itu berarti yang jauh dari kebenaran.

Pendapat yang lain mengatakan bahwa nun-nya adalah nun tambahan dari kata syaatho yasyiithu. Artinya terbakar marah. Maka masih menurut Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, bahwa setan itu adalah makhluk yang terbuat dari api. Seperti ditunjukkan oleh QS. Al-Rahman[55] ayat 15, “Dan Allah menciptakan jin dari nyala api”. Tetapi khusus dengan kekuatan marah, sombong yang berlebihan, serta menolak sujud (hormat) kepada Adam.

Menurut Abu Ubaydah, syaythoon itu adalah nama untuk segala sesuatu yang merusak atau menyakiti. Bisa dari al-jinn, al-ins, atau hewan. (saya sengaja tidak menerjemahkan al-ins dan al-jinn, supaya konsisten bahwa keduanya bermakna manusia yang beda sifatnya saja).

Setan berarti manusia. Yakni manusia yang sifatnya setan seperti ayat-ayat berikut ini dan lain-lain.

QS. Al-An’am[6]: 121
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ ۗ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰ أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ ۖ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.

QS. Al-Baqarah[2]: 14
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok."

Adapun firman Allah “kepala-kepala setan”, dalam QS. 37: 65, itu menurut satu pendapat berarti ular yang samar jasadnya. Yang dimaksud adalah perumpamaan untuk al-jinn yang merusak. Diserupakan karena kesamaan bentuknya yang mengerikan.

Sedangkan firman Allah, “Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman,” dalam QS. 2:102, yang dimaksud setan-setan di situ adalah al-jinn dan juga al-ins yang durhaka.

Setan juga, adalah nama untuk setiap akhlak yang tercela. Rasulullah SAW bersabda, “Iri dengki (hasad) itu setan. Marah, itu juga setan.”

……………..........

Jadi arti asalnya, setan itu adalah yang berjauhan. Atau yang jauh. Jauh dari apa? Jauh dari kebenaran. Jauh dari rahmat Allah. Jauh dari surga. Jauh dari kekuatan. Jauh dari kecerdasan dan kepintaran. Jauh dari kekayaan (seperti penyair Arab berkata, “Tidak ada malam-malamnya orang fakir itu kecuali setan”). Jauh dari semangat belajar dan bekerja. Intinya jauh dari kebaikan-kebaikan, seperti malas; iri; sombong; dengki; zalim; curang; khawatir, takut, menunda-nunda, bakhil, lemah, dan ragu-ragu untuk kebaikan, dan lain seterusnya.

Setan itu kata sifat. Tidak ada satu ayat pun yang menyebut bahwa setan itu sosok. Qur’an tidak pernah menyebut material setan. Setan memang adalah sifat yang masuk dalam sosok. Yang mengatakan setan itu makhluk terbuat dari api dengan dasar QS.55:15, itu lemah. Yang terbuat dari api itu jin. Bukan setan. Setan adalah sifat merusak yang sudah diaktualisasikan baik oleh manusia al-ins, manusia al-jinn, hewan, dan seterusnya.

Maka yang dimaksud setan-setan al-ins dan al-jinn, itu seperti ini. Al-ins dan al-jinn itu sebenarnya adalah manusia. Orang. Hanya orang yang bersifat (memiliki kualitas-kualitas tertentu) sebagai manusia al-ins dan manusia al-jinn. Sudah inheren dalam keduanya energi. Yakni energi potensial. Dan ketika manusia al-ins dan al-jinn ini berbuat kerusakan, durhaka kepada Allah maupun kedua orang tuanya, itulah manusia al-ins dan al-jinn yang sudah kesetanan. Disebutlah setan-setan al-ins dan al-jinn.

Dengan kata lain, setan-setan al-ins dan al-jinn itu tak lain dan tak bukan adalah energi potensial yang sudah diaktualisasikan dalam bentuk merusak. Zalim. Dan sebagainya. Ketika energi potensial itu digunakan untuk perbuatan buruk, merusak, yang jauh dari kebenaran, baik ucapan maupun perbuatan, maka itulah orang yang sedang kesetanan.

Sampai di sini dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung insya Allah…

Salam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...