Sabtu, 01 Agustus 2020

PANDANGAN SANG KHALILULLAH


—Saiful Islam*—

“Membaca laporan hasil penelitian para ilmuwan…”

Kata nazhor dipakai oleh Allah di dalam Al Qur’an. Tampaknya, kata tersebut belum diserap oleh Bahasa Indonesia. Pelafalannya memang terasa tidak familier bagi lidah Indonesia.

Digambarkan dalam Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an. Kata al-nazhor adalah berarti kajian. Atau bahasan (al-bahts). Kata ini lebih umum daripada analogi (al-qiyaas). Setiap qiyas adalah nazhor, dan tidak setiap nazhor adalah qiyas.

Al-nazhor adalah membolak-balikkan pandangan dan akal untuk mencapai sesuatu dan melihatnya. Terkadang yang dimaksud adalah pengamatan dan pemeriksaan atau percobaan (eksperimen). Atau pengetahuan yang dihasilkan setelah penelitian dan observasi.

Perintah ‘amatilah’ dengan redaksi ‘unzhuruu’ pada QS.10:101, itu maksudnya adalah periksalah. Lakukan eksperimen. Penelitian.

QS. Yunus[10]: 101
قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَمَا تُغْنِي الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: "PERHATIKANLAH apa yang ada di LANGIT dan di BUMI. Tidaklah bermanfaat tanda-tanda tersebut dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.”

Al-nazhor yang berarti lihatlah dengan pandangan (mata), itu banyak terjadi pada orang-orang awam. Sedangkan al-nazhor yang berarti lihatlah dengan pandangan akal, itu banyak terjadi pada orang-orang tertentu.

“Kepada Tuhannya, mereka memandang (naazhiroh),” (QS.75:22-23). Redaksi nazhortu ilaa, itu artinya kau arahkan matamu kepadanya. Kau sudah pernah melihatnya atau belum. Maksudnya menurut Lisan al-Arab, bisa melihat dengan mata dan bisa juga melihat dengan akal (qalb). Kalau nazhortu fiihi, itu artinya kau telah melihatnya dan telah mengkaji dan memikirkannya.

QS. Al-Qiyamah[75]: 22-23
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ
22. Wajah-wajah (orang-orang Mukmin) pada hari itu berseri-seri.

إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
23. Kepada Tuhannyalah mereka MEMANDANG.

“Apakah kalian tidak mengamati unta, bagaimana ia diciptakan,” (QS.88:17). Mengamati (yanzhuruuna) yang dimaksud ayat ini adalah melakukan penelitian. Begitu juga QS.37:88-89 dan QS.7:185, itu maksudnya adalah motivasi (anjuran) untuk melakukan penyelidikan atau penelitian (eksperimen) sampai mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang penciptaannya.

QS. Al-Ghasyiyah[88]: 17-20
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ
17. Maka apakah mereka tidak MEMPERHATIKAN, bagaimana UNTA diciptakan?

وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ
18. Dan LANGIT, bagaimana ia ditinggikan?

وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ
19. Dan GUNUNG-GUNUNG bagaimana ia ditegakkan?

وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
20. Dan BUMI bagaimana ia dihamparkan?

QS. Al-Shaffat[37]: 88-89
فَنَظَرَ نَظْرَةً فِي النُّجُومِ
88. Lalu Ibrahim MEMANDANG bintang-bintang.

فَقَالَ إِنِّي سَقِيمٌ
89. Kemudian ia berkata:"Sesungguhnya aku sakit.”

QS. Al-A’raf[7]: 184-185
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا ۗ مَا بِصَاحِبِهِمْ مِنْ جِنَّةٍ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ
184. Apakah (mereka lalai) dan tidak MEMIKIRKAN bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. Dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan.

أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْ عَسَىٰ أَنْ يَكُونَ قَدِ اقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ ۖ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ
185. Apakah mereka tidak MEMPERHATIKAN kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Qur’an itu?

Nazhor-nya Allah kepada para hamba-Nya adalah Allah memperbagus dan memperindah hidup mereka serta melimpahkan nikmat-nikmat-Nya untuk mereka. Makna itu sebagaimana disebut dalam QS.3:77 dan QS.83:15.

Al-nazhor juga bisa berarti menunggu atau memberi kesempatan waktu (al-intizhoor). Redaksinya bisa menggunakan nazhortuhu, intazhortuhu, dan anzhortuhu. Makna itu seperti tertuang dalam QS.11:122, QS.10:102, QS.57:13, QS.15:8, QS.7:15-16, QS.11:55, QS.32:29, dan QS.44:29. Mereka tidak diberi kesempatan, itu petunjuk sebagaimana yang disebut oleh QS.7:34, QS.33:53, QS.27:35, QS.2:210, QS.43:66, dan QS.38:15.

Kata al-nazhor, itu juga bisa berarti heran atau takjub pada sesuatu. Misalnya sebagaimana disebut oleh QS.2:55, QS.7:198, QS.42:45, dan QS.10:43.

Adapun al-nazhor pada QS.2:50, menurut satu pendapat artinya adalah kalian menyaksikan. Yakni Bani Israil menyaksikan sendiri. Menurut pendapat yang lain artinya adalah memikirkan dan mengambil pelajaran (ibrah) dari kejadian itu.

QS. Al-Baqarah[2]: 50
وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ
Dan (ingatlah), ketika Kami ‘pisahkan’ laut untuk kalian (Bani Israil). Lalu Kami selamatkan kalian dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya. Sedang kalian sendiri MENYAKSIKAN.

Lantas dihasilkan juga kata al-munaazhoroh. Yaitu artinya adalah mendiskusikan pandangan masing-masing. Dan menghadirkan atau menyajikan apa yang dilihat seseorang dengan pandangan akalnya.

Jadi kalau kita memperhatikan secara bahasa dan konteks ayat-ayat Qur’an, kata nazhor itu titik tekannya lebih kepada melihat dengan ilmu dan akal. Bukan hanya melihat dengan mata begitu saja. Jelas melihatnya itu, tidak seperti ikan. Melihat di sini, lebih ke memperhatikan, menyimak, meneliti, melakukan eksperimen, melacak, menyelidiki, mengamati, dan seterusnya.

Melihat langit dan bumi (QS.10:101), melihat unta dan gunung (QS.88:17-20), atau melihat apa pun sesuatu yang ada di dalam semesta ini (QS.7:185), tentu saja yang dimaksud di situ adalah melihat dengan ilmu dan akal. Pada awalnya, para ilmuwan (ulama) memang melakukan penelitian langsung ke lapangan. Kemudian mereka membuat laporan hasil penelitian tersebut.

Jadi melihat dengan ilmu dan akal itu begini. Bagi kita yang belum mampu melakukan penelitian lapangan langsung, itu bisa membaca laporan hasil penelitian para ilmuwan tadi. Tentang bumi, misalnya. Bisa dibaca ilmu bumi, seperti Geologi dan Geografi. Tentang langit, kita bisa membaca ilmu langit seperti Astronomi. Tentang unta, misalnya bisa membaca ilmu Biologi. Dan banyak lagi Sains dan Teknologi yang sudah cukup maju di abad 21 Masehi ini.

Tentang manusia, itu misalnya bisa dibaca laporan ulama dalam ilmu Psikologi, Kedokteran, Antropologi, dan seterusnya. Tentang masyarakat, juga bisa membaca seperti ilmu Sosiologi, Sejarah, dan lain seterusnya. Jadi memang, sebenarnya tidak ada pemisahan antara ilmu agama dan ilmu non agama itu. Semua itu ilmu Allah. Para ilmuwan (ulama) tersebut, bukan menemukan. Dan apalagi menciptakan. Mereka hanya melaporkan hasil penelitiannya terhadap semua realitas dan fenomena ciptaan Allah.

Tentunya setelah melihat dengan ilmu tersebut, akal sehat seseorang akan ‘otomatis’ takjub dan lantas menyimpulkan: Subhaanak! Maha Suci Engkau Ya Allah!! Bahkan bisa sampai bergetar hatinya sambil bercucuran air mata!!!

QS. Ali Imran[3]: 190-191
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang ADALAH AYAT-AYAT bagi ORANG-ORANG YANG BERAKAL.

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
191. (Yaitu) orang-orang yang MENGINGAT Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring. Dan mereka MEMIKIRKAN tentang PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI (takjub lantas berkata): "Ya Tuhan Kami. Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau. Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam bishshowaab…

*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...