—Saiful Islam*—
“Membaca laporan hasil penelitian
para ilmuwan…”
Kata nazhor dipakai oleh
Allah di dalam Al Qur’an. Tampaknya, kata tersebut belum diserap oleh Bahasa
Indonesia. Pelafalannya memang terasa tidak familier bagi lidah Indonesia.
Digambarkan dalam Al-Mufradat fi
Gharib al-Qur’an. Kata al-nazhor adalah berarti kajian. Atau bahasan
(al-bahts). Kata ini lebih umum daripada analogi (al-qiyaas).
Setiap qiyas adalah nazhor, dan tidak setiap nazhor adalah qiyas.
Al-nazhor adalah membolak-balikkan
pandangan dan akal untuk mencapai sesuatu dan melihatnya. Terkadang yang
dimaksud adalah pengamatan dan pemeriksaan atau percobaan (eksperimen). Atau
pengetahuan yang dihasilkan setelah penelitian dan observasi.
Perintah ‘amatilah’ dengan redaksi
‘unzhuruu’ pada QS.10:101, itu maksudnya adalah periksalah. Lakukan
eksperimen. Penelitian.
QS. Yunus[10]: 101
قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَمَا تُغْنِي الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: "PERHATIKANLAH apa
yang ada di LANGIT dan di BUMI. Tidaklah bermanfaat tanda-tanda tersebut dan
rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.”
Al-nazhor yang berarti
lihatlah dengan pandangan (mata), itu banyak terjadi pada orang-orang awam.
Sedangkan al-nazhor yang berarti lihatlah dengan pandangan akal, itu
banyak terjadi pada orang-orang tertentu.
“Kepada Tuhannya, mereka memandang
(naazhiroh),” (QS.75:22-23). Redaksi nazhortu ilaa, itu artinya
kau arahkan matamu kepadanya. Kau sudah pernah melihatnya atau belum. Maksudnya
menurut Lisan al-Arab, bisa melihat dengan mata dan bisa juga melihat
dengan akal (qalb). Kalau nazhortu fiihi, itu artinya kau telah
melihatnya dan telah mengkaji dan memikirkannya.
QS. Al-Qiyamah[75]: 22-23
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ
نَاضِرَةٌ
22. Wajah-wajah (orang-orang
Mukmin) pada hari itu berseri-seri.
إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
23. Kepada Tuhannyalah mereka
MEMANDANG.
“Apakah kalian tidak mengamati unta,
bagaimana ia diciptakan,” (QS.88:17). Mengamati (yanzhuruuna) yang
dimaksud ayat ini adalah melakukan penelitian. Begitu juga QS.37:88-89 dan
QS.7:185, itu maksudnya adalah motivasi (anjuran) untuk melakukan penyelidikan
atau penelitian (eksperimen) sampai mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang
penciptaannya.
QS. Al-Ghasyiyah[88]: 17-20
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى
الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ
17. Maka apakah mereka tidak
MEMPERHATIKAN, bagaimana UNTA diciptakan?
وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ
رُفِعَتْ
18. Dan LANGIT, bagaimana ia
ditinggikan?
وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ
نُصِبَتْ
19. Dan GUNUNG-GUNUNG bagaimana ia
ditegakkan?
وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ
سُطِحَتْ
20. Dan BUMI bagaimana ia
dihamparkan?
QS. Al-Shaffat[37]: 88-89
فَنَظَرَ نَظْرَةً فِي
النُّجُومِ
88. Lalu Ibrahim MEMANDANG
bintang-bintang.
فَقَالَ إِنِّي سَقِيمٌ
89. Kemudian ia berkata:"Sesungguhnya
aku sakit.”
QS. Al-A’raf[7]: 184-185
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا ۗ مَا بِصَاحِبِهِمْ مِنْ جِنَّةٍ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ
184. Apakah (mereka lalai) dan
tidak MEMIKIRKAN bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. Dia
(Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi
penjelasan.
أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي
مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْ
عَسَىٰ أَنْ يَكُونَ قَدِ اقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ ۖ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ
185. Apakah mereka tidak MEMPERHATIKAN
kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan
kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi
mereka akan beriman sesudah Al Qur’an itu?
Nazhor-nya Allah
kepada para hamba-Nya adalah Allah memperbagus dan memperindah hidup mereka
serta melimpahkan nikmat-nikmat-Nya untuk mereka. Makna itu sebagaimana disebut
dalam QS.3:77 dan QS.83:15.
Al-nazhor juga bisa
berarti menunggu atau memberi kesempatan waktu (al-intizhoor). Redaksinya
bisa menggunakan nazhortuhu, intazhortuhu, dan anzhortuhu.
Makna itu seperti tertuang dalam QS.11:122, QS.10:102, QS.57:13, QS.15:8, QS.7:15-16,
QS.11:55, QS.32:29, dan QS.44:29. Mereka tidak diberi kesempatan, itu petunjuk
sebagaimana yang disebut oleh QS.7:34, QS.33:53, QS.27:35, QS.2:210, QS.43:66, dan
QS.38:15.
Kata al-nazhor, itu juga
bisa berarti heran atau takjub pada sesuatu. Misalnya sebagaimana disebut oleh
QS.2:55, QS.7:198, QS.42:45, dan QS.10:43.
Adapun al-nazhor pada
QS.2:50, menurut satu pendapat artinya adalah kalian menyaksikan. Yakni Bani
Israil menyaksikan sendiri. Menurut pendapat yang lain artinya adalah
memikirkan dan mengambil pelajaran (ibrah) dari kejadian itu.
QS. Al-Baqarah[2]: 50
وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ
الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ
Dan (ingatlah), ketika Kami
‘pisahkan’ laut untuk kalian (Bani Israil). Lalu Kami selamatkan kalian dan
Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya. Sedang kalian sendiri MENYAKSIKAN.
Lantas dihasilkan juga kata al-munaazhoroh.
Yaitu artinya adalah mendiskusikan pandangan masing-masing. Dan menghadirkan
atau menyajikan apa yang dilihat seseorang dengan pandangan akalnya.
Jadi kalau kita memperhatikan
secara bahasa dan konteks ayat-ayat Qur’an, kata nazhor itu titik
tekannya lebih kepada melihat dengan ilmu dan akal. Bukan hanya melihat dengan
mata begitu saja. Jelas melihatnya itu, tidak seperti ikan. Melihat di sini,
lebih ke memperhatikan, menyimak, meneliti, melakukan eksperimen, melacak,
menyelidiki, mengamati, dan seterusnya.
Melihat langit dan bumi
(QS.10:101), melihat unta dan gunung (QS.88:17-20), atau melihat apa pun
sesuatu yang ada di dalam semesta ini (QS.7:185), tentu saja yang dimaksud di
situ adalah melihat dengan ilmu dan akal. Pada awalnya, para ilmuwan (ulama)
memang melakukan penelitian langsung ke lapangan. Kemudian mereka membuat
laporan hasil penelitian tersebut.
Jadi melihat dengan ilmu dan akal
itu begini. Bagi kita yang belum mampu melakukan penelitian lapangan langsung,
itu bisa membaca laporan hasil penelitian para ilmuwan tadi. Tentang bumi,
misalnya. Bisa dibaca ilmu bumi, seperti Geologi dan Geografi. Tentang langit,
kita bisa membaca ilmu langit seperti Astronomi. Tentang unta, misalnya bisa
membaca ilmu Biologi. Dan banyak lagi Sains dan Teknologi yang sudah cukup maju
di abad 21 Masehi ini.
Tentang manusia, itu misalnya bisa
dibaca laporan ulama dalam ilmu Psikologi, Kedokteran, Antropologi, dan
seterusnya. Tentang masyarakat, juga bisa membaca seperti ilmu Sosiologi,
Sejarah, dan lain seterusnya. Jadi memang, sebenarnya tidak ada pemisahan
antara ilmu agama dan ilmu non agama itu. Semua itu ilmu Allah. Para ilmuwan
(ulama) tersebut, bukan menemukan. Dan apalagi menciptakan. Mereka hanya
melaporkan hasil penelitiannya terhadap semua realitas dan fenomena ciptaan
Allah.
Tentunya setelah melihat dengan
ilmu tersebut, akal sehat seseorang akan ‘otomatis’ takjub dan lantas menyimpulkan:
Subhaanak! Maha Suci Engkau Ya Allah!! Bahkan bisa sampai bergetar hatinya
sambil bercucuran air mata!!!
QS. Ali Imran[3]: 190-191
إِنَّ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي
الْأَلْبَابِ
190. Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang ADALAH AYAT-AYAT bagi ORANG-ORANG
YANG BERAKAL.
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ
اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ
فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
191. (Yaitu) orang-orang yang MENGINGAT
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring. Dan mereka MEMIKIRKAN
tentang PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI (takjub lantas berkata): "Ya Tuhan
Kami. Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau. Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka.
Semoga bermanfaat. Walloohu
a’lam bishshowaab…
*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar