Senin, 03 Maret 2014

“OMONGAN MANIS”



Mendengarkan seorang spiritual motivator dari radio Smart FM, Syarif al-Fatih dengan penuh antusias dia mengatakan, “Hati-hati Anda kalau saya ngomong barokah. Karena sekarang makna barokah ini bias. Teman saya, mewawancarai seorang germo dolli (maaf). Apa katanya? “Agar bisnis saya lancar dan barokah, setiap bulan saya infaq dan shadaqah”. Hati-hati Anda ya. Ini kayaknya religius. Padahal sebenarnya roh halus. Makanya, sekali lagi hati-hati. Bisa-bisa koruptor saat hendak korupsi baca, bismillahirrahmanirrahim. Nah, ini barokah darimana?!”
Seperti contoh kasus. Seseorang berbohong saat tes wawancara masuk universitas jurusan fisika. “Wah, kalau saya bilang tidak bisa, saya tidak diterima”, katanya saat di tes. Padahal dirinya tidak tahu sama sekali alat yang diujikan. “Alhamdulillah, dia tidak menyuruh saya menggunakan alat itu saat itu juga”, begitu ngakunya. Pertanyaannya, bohong kok alhamdulillah sih?! Sepatutnya ya, innalillah!
Enak saja. Keuntungan diukur sak enak udele dewe. Kalau menurut dirinya untung, meski itu mencuri, korupsi, judi, human trafficking dan “jalan hitam” lainnya, dikiranya hoki. Maka hati-hatilah dibalik bibir yang manis, itu ada bisa yang beracun. Walau pun kita mesti possitive thinking, kita harus tetap waspada pada setiap kata-kata. Orang bisa menghalalkan segala cara demi kepentingannya. Apalagi soal uang, dan jabatan. Pedagang dan marketer malah sering dicoba dengan ini. Sedikit saja dia tergelincir kebohongan, habislah nilai barokah dari usahanya. Yakinlah, dengan jujur bisnis Anda akan sukses. Dan sebaliknya, jika Anda dusta tunggu saatnya pasti Anda gulung tikar atau Anda akan dikendalikan bisnis Anda sendiri.
Saat ini banyak orang pintar, malah public relation atau humas ada sekolahnya. Urusan omongan manis, mereka sangat cerdas. Karena memang dilatih seperti itu. Namun saat urusan shalat, dan ibadah mahdlah lainnya, “Emangnya gue pikirin”. Sekali lagi, urusan sosial dan human relationship mereka mahir. Kecerdasan emosional, mereka sudah terbiasa melakukannya. Jadi, omongan manis belum menjamin kualitas sebenarnya seseorang. Mereka menggunakan EQ untuk siasat terselubung, awas!
Makanya Rasulullah SAW bersabda, “Inna minal bayan lasihra”, sesungguhnya sebagian dari perkataan itu sihir. Kalau Anda cewek nih, saya yakin Anda pernah mendengar omongan cowok yang memikat hati Anda. Apalagi, kalau Anda dirayu. Memang biasanya, wanita itu luluhnya dengan rayuan. Manis sekali omongannya. “Manis perkataannya”, kalau kena seorang cewek langsung klepek-klepek. Apalagi memang profesinya playboy. Skill menaklukkan ceweknya, selalu dia asah. Dia mudah sekali mengumbar kata-kata cinta, kasih, dan sayang. Hati-hati! Kalau Anda sudah menyimpulkan dia baik lalu Anda terlanjur jatuh cinta, dan Anda meminum cintanya walau sedikit saja, maka sulit sekali Anda sadar. Padahal sejatinya, dia pengecut. Tidak berani menikah yang dituntunkan oleh Allah dan rasul-Nya. Seperti bunga, setelah terhisap madu Anda, dia akan terbang lagi mencari bunga yang baru. Sekali lagi, hati-hatilah dengan “omongan manis”.
Maka, preman pun atau iblis berbentuk manusia pun, bisa juga dia bilang, “Barokah, insya Allah, semoga Allah begini dan begitu, Tuhan begini dan begitu padahal hanya dugaannya saja. Padahal tujuanya adalah kepentingan pribadi yang tidak memperhatikan kerugian orang lain. Padahal, ucapan dan hatinya bertentangan. Padahal omongan, hati dan perbuatannya saling bertentangan dan bertolak belakang. Dan dia tahu bahwa dirinya dusta! Saya pernah meneliti sebuah buku berbahasa Arab, judulnya al-Tafsir al-Mufassirun karya Al-Dzahabi. Di sana para ateis menyamar menjadi seorang sufi. Dengan pakaian serba putih, layaknya seikh. Padahal, isteri jamaahnya digauli dan itu katanya untuk mengangkat derajat suaminya karena merelakan isterinya digauli oleh orang yang dipilih Tuhan. Ya, agama digunakan kedok untuk kebinatangannya. Makanya, gunakan akal sehat Anda. Gunakan rasional Anda yang dikaruniai oleh Allah. Meminjam istilah Agus Mustofa, “Beragamalah dengan akal sehat!”. Dengan rasional dan logis, bohong dan jujur dapat tersibak dengan jelas.
Omongan manis itu penting dan sangat dahsyat apabila kita gunakan untuk kebaikan. Untuk sebuah misi ketuhanan dan kemanusiaan, omongan manis sangatlah penting kita kuasai. Untuk diri kita, kita mesti gunakan omongan manis ini. Kalau orang yang baru kita kenal, sebaiknya kita lebih hati-hati...


NB: Silahkan IZIN terlebih dulu ke ahmadsaifulislam@gmail.com atau sms (085733847622) bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Follow dan diskusi juga di @ipoenkchampion untuk dapetin tweet-tweet segar, kultweet, video, foto, news, dan lain seterusnya. Visi-Misi saya, menebar manfaat dan mengajak semua sahabat yang gabung di sini untuk selalu menang (hayya ‘alal falah). Terima kasih, salam menang salam sukses...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...