Mendengarkan seorang spiritual motivator dari radio Smart FM,
Syarif al-Fatih dengan penuh antusias dia mengatakan, “Hati-hati Anda kalau
saya ngomong barokah. Karena sekarang makna barokah ini bias. Teman saya,
mewawancarai seorang germo dolli (maaf). Apa katanya? “Agar bisnis saya lancar
dan barokah, setiap bulan saya infaq dan shadaqah”. Hati-hati Anda ya. Ini
kayaknya religius. Padahal sebenarnya roh halus. Makanya, sekali lagi
hati-hati. Bisa-bisa koruptor saat hendak korupsi baca, bismillahirrahmanirrahim.
Nah, ini barokah darimana?!”
Seperti contoh kasus. Seseorang berbohong saat tes wawancara masuk
universitas jurusan fisika. “Wah, kalau saya bilang tidak bisa, saya tidak
diterima”, katanya saat di tes. Padahal dirinya tidak tahu sama sekali alat yang
diujikan. “Alhamdulillah, dia tidak menyuruh saya menggunakan alat itu
saat itu juga”, begitu ngakunya. Pertanyaannya, bohong kok alhamdulillah
sih?! Sepatutnya ya, innalillah!
Enak saja. Keuntungan diukur sak enak udele dewe. Kalau
menurut dirinya untung, meski itu mencuri, korupsi, judi, human trafficking
dan “jalan hitam” lainnya, dikiranya hoki. Maka hati-hatilah dibalik bibir yang
manis, itu ada bisa yang beracun. Walau pun kita mesti possitive thinking,
kita harus tetap waspada pada setiap kata-kata. Orang bisa menghalalkan segala
cara demi kepentingannya. Apalagi soal uang, dan jabatan. Pedagang dan marketer
malah sering dicoba dengan ini. Sedikit saja dia tergelincir kebohongan,
habislah nilai barokah dari usahanya. Yakinlah, dengan jujur bisnis Anda akan
sukses. Dan sebaliknya, jika Anda dusta tunggu saatnya pasti Anda gulung tikar
atau Anda akan dikendalikan bisnis Anda sendiri.
Saat ini banyak orang pintar, malah public relation atau
humas ada sekolahnya. Urusan omongan manis, mereka sangat cerdas. Karena memang
dilatih seperti itu. Namun saat urusan shalat, dan ibadah mahdlah lainnya, “Emangnya
gue pikirin”. Sekali lagi, urusan sosial dan human relationship mereka
mahir. Kecerdasan emosional, mereka sudah terbiasa melakukannya. Jadi, omongan
manis belum menjamin kualitas sebenarnya seseorang. Mereka menggunakan EQ untuk
siasat terselubung, awas!
Makanya Rasulullah SAW bersabda, “Inna minal bayan lasihra”,
sesungguhnya sebagian dari perkataan itu sihir. Kalau Anda cewek nih, saya
yakin Anda pernah mendengar omongan cowok yang memikat hati Anda. Apalagi,
kalau Anda dirayu. Memang biasanya, wanita itu luluhnya dengan rayuan. Manis
sekali omongannya. “Manis perkataannya”, kalau kena seorang cewek langsung klepek-klepek.
Apalagi memang profesinya playboy. Skill menaklukkan ceweknya, selalu
dia asah. Dia mudah sekali mengumbar kata-kata cinta, kasih, dan sayang.
Hati-hati! Kalau Anda sudah menyimpulkan dia baik lalu Anda terlanjur jatuh
cinta, dan Anda meminum cintanya walau sedikit saja, maka sulit sekali Anda
sadar. Padahal sejatinya, dia pengecut. Tidak berani menikah yang dituntunkan
oleh Allah dan rasul-Nya. Seperti bunga, setelah terhisap madu Anda, dia akan
terbang lagi mencari bunga yang baru. Sekali lagi, hati-hatilah dengan “omongan
manis”.
Maka, preman pun atau iblis berbentuk manusia pun, bisa juga dia
bilang, “Barokah, insya Allah, semoga Allah begini dan begitu, Tuhan begini dan
begitu padahal hanya dugaannya saja. Padahal tujuanya adalah kepentingan
pribadi yang tidak memperhatikan kerugian orang lain. Padahal, ucapan dan
hatinya bertentangan. Padahal omongan, hati dan perbuatannya saling
bertentangan dan bertolak belakang. Dan dia tahu bahwa dirinya dusta! Saya
pernah meneliti sebuah buku berbahasa Arab, judulnya al-Tafsir al-Mufassirun
karya Al-Dzahabi. Di sana para ateis menyamar menjadi seorang sufi. Dengan
pakaian serba putih, layaknya seikh. Padahal, isteri jamaahnya digauli dan itu
katanya untuk mengangkat derajat suaminya karena merelakan isterinya digauli oleh
orang yang dipilih Tuhan. Ya, agama digunakan kedok untuk kebinatangannya.
Makanya, gunakan akal sehat Anda. Gunakan rasional Anda yang dikaruniai oleh
Allah. Meminjam istilah Agus Mustofa, “Beragamalah dengan akal sehat!”. Dengan
rasional dan logis, bohong dan jujur dapat tersibak dengan jelas.
Omongan manis itu penting dan sangat dahsyat apabila kita gunakan
untuk kebaikan. Untuk sebuah misi ketuhanan dan kemanusiaan, omongan manis
sangatlah penting kita kuasai. Untuk diri kita, kita mesti gunakan omongan
manis ini. Kalau orang yang baru kita kenal, sebaiknya kita lebih hati-hati...
NB: Silahkan IZIN
terlebih dulu ke ahmadsaifulislam@gmail.com
atau sms (085733847622) bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi
ini. Follow dan diskusi juga di @ipoenkchampion untuk dapetin tweet-tweet segar,
kultweet, video, foto, news, dan lain seterusnya. Visi-Misi saya, menebar
manfaat dan mengajak semua sahabat yang gabung di sini untuk selalu menang
(hayya ‘alal falah). Terima kasih, salam menang salam sukses...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar