Senin, 03 Maret 2014

MENGAMBINGHITAMKAN SILATURAHIM



Kalau memang teman, ya seharusnya bayar lebih mahal dong. Justru karena saudara, anti dong gratisan. Enak saja, teman dan saudara dijadikan kambing hitam. Katanya, saudara. Tapi kok malah digratisi?! Katanya teman, tapi kok dikotori dan dirugikan?! Teman ya teman. Saudara ya saudara. Tapi urusan bisnis, urusan ekonomi, tolong perhatikan dong. Justru seharusnya dia itu teman kita, justru dia itu saudara kita, seharusnya kita membayarnya lebih mahal dari yang biasanya. Seharusnya kita menolong ekonominya dong. Kalau ente ngakunya teman, tapi maunya gratisan, itu tega namanya. Sekali lagi, tega. Benar itu!
“Ah, Ente itu materialis banget ya?!”
“Emang, gue ini emang materialis. Siapa bilang gue ini roh halus?! Gue ini memang hidup dalam dunia materi. Makanya gue materialis. Gue gak mau materialis lagi, kalau sudah kembali ke surga. Hanya surga yang bukan materialis. Sekarang, gue hidup dalam ruang materi (dunia). Makanya gue mesti materialis.”
Silaturahim lagi dijadikan kedok untuk meminta-minta. Kalau silaturahim, kumpul-kumpul, humor, tapi kalau tidak memberi manfaat apa pun, untuk apa?! Silaturahim, tidak memberi apa-apa, untuk apa?! Silaturahim, tapi hanya merepotkan tuan rumah, menyita waktu produktif tuan rumah, tidak ada maksud selain obrolan yang sia-sia, untuk apa silaturahim itu hah?! Apalagi silaturahim dijadikan ajang untuk menggunjing, mau apa Anda sebenarnya hah?! Humor tapi untuk menyakiti dan merendahkan orang lain, untuk apa hah?! Itu namanya silaturahim buta, silaturahim sia-sia. Silaturahim itu ya harus saling menguntungkan. Anda bisa apa?! Anda punya peluang bisnis apa?! Saya bisa begini, ada yang bisa saya kerjakan?! Di sini ada peluang bisnis. Saya jual ini, Anda mau beli? Dan seterusnya!
Silaturahim itu, bukan hanya soal ketemu, bermain ke rumah saudara atau teman. Banyak orang yang mengunjungi saudaranya, tapi dia datang tidak membawa apa-apa. Tapi dia menyita waktu produktif saudaranya. Tapi dia merepotkan saudaranya. Tapi dia tidak membawa manfaat. Bahkan dia membicarakan hal-hal yang remeh, tidak bermutu, bahkan menggunjing orang lain. Entah itu karena kebodohannya. Atau memang karena digelincirkan iblis. Kalau seperti ini, bukan silataurahim. Tapi menyiletrahim. Oucgh! Sakit brow. Kalau begini, ya lebih baik sendiri aja. Kalau begini ya jangan diajak teman. Kalau begini ya harus pilih-pilih teman. Kalau begini ya lebih baik tidak bertemu, lebih baik tidak bergaul dengannya. Kalau begitu ya, lebih baik Anda tutup pintu rapat-rapat. Jangan biarkan orang seperti itu masuk rumah Anda. Biarin! EGP, Emangnya Gue Pikirin, hehehe.
Kalau urusan kaya dan miskinnya, kita tidak boleh pilih-pilih teman. Kalau kita berteman dengan yang kaya saja, itu pilih-pilih teman namanya. Pun, kalau kita berkawan dengan yang miskin-miskin saja, itu juga pilih-pilih teman namanya. Kita tidak boleh pilih-pilih seperti itu. Atau malah, jangan-jangan kita selama ini pilih-pilih teman, yaitu hanya berteman dengan yang miskin-miskin saja?! Sekali lagi, urusan harta, kita tidak boleh pilih-pilih teman. Tapi kalau urusan akhlaq, ilmu, kepribadian, kita harus pilih-pilih teman apalagi sahabat. Karena keburukan akhlaq itu merambatnya sangat cepat seperti api yang memakan sekam. Perlahan-lahan tinggal abunya. Kita harus pilih orang yang baik akhalnya, baik ilmu dan skillnya, baik agama dan mindsetnya untuk dijadikan sahabat.
Silaturahim yang benar adalah silaturahim yang scientific. Anda datang membawa oleh-oleh. Anda datang untuk memberi. Anda datang menyiapkan angpao untuk saudara atau barangkali keponakan-keponakan, saudara-saudara Anda. Silaturahim untuk membuka peluang bisnis, peluang rezekinya. Silaturahim untuk membuat waktu semakin produktif. Kepribadian masing-masing semakin berkualitas dari perbincangan yang berkualitas. Masing-masing mendapat pencerahan intelektual, emosional, spiritual dan finansial. Silaturahim yang membuat keduanya semakin rindu untuk bertemu lagi. Dan itu hanya bisa diraih apabila keduanya menerapkan mindset saling memberi manfaat.
Jadi, kita datang mindsetnya adalah memberi. Bisa memberi uang, oleh-oleh, ide, solusi atau apalah yang bisa kita berikan untuk orang yang akan kita silaturahimi itu. Jangan malah dibalik, silaturahim untuk mengahrapkan diberi ide, uang, oleh-oleh, atau apalah oleh tuan rumah. Silaturahim yang scientific adalah bukan sekedar atau pokoknya bermain ke rumah teman atau saudara. Tidak. Silaturahim yang scientific itu adalah penuh dengan perencanaan dan pertimbangan: apakah kehadiran saya memberi manfaat? Atau malah membuat mudarat, misalnya merepotkan dan menyita waktu tuan rumah dengan omong kosong dan tindakan kosong?!


Silahkan IZIN terlebih dulu ke ahmadsaifulislam@gmail.com atau sms (085733847622) bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Follow dan diskusi juga di @ipoenkchampion untuk dapetin tweet-tweet segar, kultweet, video, foto, news, dan lain seterusnya. Visi-Misi saya, menebar manfaat dan mengajak semua sahabat yang gabung di sini untuk selalu menang (hayya ‘alal falah). Terima kasih, salam menang, salam sukses...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...