Minggu, 24 Agustus 2014

TARGETLAH DIRIMU SEBELUM DITARGET ALAM



Sebelum ditarget orang lain, maka target dirimu sendiri dulu. Ketika kau sudah terbiasa menarget dirimu sendiri, maka alam dan orang lain tidak akan mampu menargetmu. Beranilah menarget sesuatu yang besar, menantang agar dirimu terbiasa dalam hal yang besar dan lawan yang besar. Bukankah seorang dikatakan hebat itu yang mampu mengalahkan sesuatu yang hebat pula? Bukankah seorang pelaut besar itu lahir dari gelombang dan angin yang besar pula? Coba lihat pohon yang besar dan tinggi di hutan. Itulah pohon-pohon yang mampu memenangkan seleksi alam, pohon-pohon yang berani bersaing, menarget diri untuk melawan badai dan topan dan apapun rimba di hutan. Bahkan dirinya tidak sadar menjadi besar dalam proses pertarungan itu.
Boleh saja mungkin kita menarget sesuatu dari yang terkecil dulu. Oh ternyata kita mampu, tambah lagi bebannya (jadi seperti angkat barbel, hehehe). Mampu lagi, ok kita tambah lagi baik jumlah maupun kualitasnya. Ternyata masih mampu tambah lagi. Hingga kita kapayahan, tapi kalau masih mampu juga, ya tambah lagi. Terkadang kita ini keburu mengatakan tidak bisa, tidak kuat, padahal belum dibuktikan dengan fakta dan berusaha maksimal. Nah, usaha maksimal itu adalah membuat target dan menambah target ketika target awal telah tercapai.
Allah ‘Azza wa Jalla telah memberi wejangan bahwa Dia tidak akan membebani siapapun orangnya dengan sesuatu yang tidak mampu dia lakukan. Itu artinya, untuk mengetahui sebesar mana batas kemampuan dan ketidakmampuan kita itu adalah dengan berusaha hingga titik dimana kita tidak mampu itu. Tidak jarang kita ini tidak mengetahui secara pasti kekuatan itu sendiri yang sudah ada dalam diri kita. Buktinya, tidak jarang kita jumpai orang yang dianggap lemah, tapi ternyata prestasinya luar biasa. Bahkan membuat benak orang-orang yang katanya normal, “tidak mungkin” dan memunculkan kekaguman “amazing”. Padahal dia juga manusia sama dengan dirinya. Dan Tuhan itu Maha Adil loh ya, bukan hanya sekedar adil. Jadi alangkah baiknya, untuk terus menggali potensi diri ini, yang ukurannya adalah target-target yang terus ditambah sesuai dengan fakta kemampuan yang kita miliki. Ya, bukti kuat dan tidak kuatnya kita bisa diukur seberapa besar hasil atau prestasi yang telah kita capai.
Terus yang tidak bisa ditawar-tawar adalah fokus, sabar dan persistence. Allah juga pernah menuntun kita dengan firman-Nya “Mintalah tolong kalian dengan sabar dan shalat”. Sabar mengajak kita pantang menyerah dan pantang putus asa. Minta tolong dengan sabar, karena hanya dengan sabar sebuah prestasi bisa diraih. Mau prestasi ilmu, mau prestasi uang, mau prestasi apa pun kunci mendasarnya adalah sabar. Mungkin orang takjub melihat bentuk candi Borobudur di Rembang Jawa Tengah, The Great Wall di Cina, atau menara Eiffel di Paris. Mereka hanya bisa kagum “ Wow...wonderful”. Entah apa jadinya, bila semua itu dibangun tanpa pondasi sabar yang luar biasa? Tentu semua itu tidak akan pernah terjadi! Ya, kebanyakan kita maunya hasil tanpa proses dengan kesabaran itu. Nah, itulah mengapa diingatkan oleh Allah bahwa kita mesti minta tolong dengan sabar. Karena sunnatullah kesuksesan prestasi itu sangat selaras dengan sabar. Ingin prestasi tanpa minta tolong dengan sabar, itu sama ingin basah tanpa mau mandi. Ingin membakar jagung, tidak pernah menyalakan api. Sabar, fokus dan persistence melambangkan sebuah kekuatan yang super dahsyat.
Semua peradaban menakjubkan atau prestasi yang mencengangkan dunia itu pastilah dibangun dengan target yang dilandasi dengan kesabaran. Mungkin dalam mengejar itu terasa tergesa-gesa. Tak mengapa asal kesabaran yang berarti kelembutan tetap menjadi senjata dalam diri orang tersebut. Itu mengapa Rasulullah sukses dalam berdakwah berkat sifat kelembutan yang ada dalam dirinya. Bahkan Allah saja punya nama Al-Lathif yang berarti aktif Maha Lembut. Tolong nama Allah itu jangan diartikan kata benda sehingga terkesan pasif. Semua asma’ al-husnanya Allah itu adalah kata kerja yang menunjuk sesuatu hal yang aktif. Kita tentu ingin meniru sifat Allah itu sesuai kemampuan dan kapasitas kita sebagai manusia.
Sudahlah, buat target dulu dengan penuh penghayatan. Kemudian dalam usaha meraihnya, sabar, fokus, persistence dan kelembutan terus hidupkan dalam diri Anda. Malas mungkin muncul. Rasa putus asa terkadang menghampiri kita. Bingung pun tidak ketinggalan hadir dalam keseharian kita. Tapi kalau kita terus minta tolong dengan sabar, lembut, pantang menyerah, fokus, yakinlah Anda mampu menaklukannya. Dan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi adalah keyakinan harus terus membara!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...