Senin, 04 Agustus 2014

KEBERUNTUNGAN MENGGUNAKAN SANG WAKTU



Indah nian kalau seseorang sudah bisa terbiasa menggunakan waktunya dalam 6 hal. Pertama, shalat.
Shalat bukan hanya sebagai kebutuhan. Tetapi shalat sejatinya adalah kebutuhan kita. Fisik kita butuh shalat. Agar pergerakan darah lancar, sendi-sendi bergerak, otot-otot tertarik, mulai dari takbir, rukuk, i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud, dan seterusnya. Prof. Dr. Zahra pernah menceritakan pengalaman sakitnya yang sulit sembuh. Ternyata penyakit itu hilang sendiri karena dia melakukan tahajjud secara rutin. Belum lagi khasiat bacaan-bacaan untuk kejiwaan atau psikologis seseorang. Tentu Anda telah mengenal the power of words atau kekuatan kata-kata bukan? Nah, dalam shalat itu terdapat doa-doa (harapan), pujian-pujian kepada Allah. Tentu saja dampaknya sangat bagus untuk kesehatan rohani seseorang. Tidak heran kalau Allah pernah berfirman “Mintalah tolong dengan sabar dan shalat”.
Kedua, mencari ilmu. Lagi-lagi kita diingatkan oleh Allah bahwa Dia akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu dengan beberapa derajat. Sungguh mulianya ilmu ini. Kalau orang nampak kaya hartanya, mungkin bisa dicuragai untuk tidak dihormati. Tapi kalau orang sudah nampak punya ilmu, sudah pastikan dia terhormat dan layak dihormati dan dijadikan tokoh. Kenapa? Karena harta bisa didapat dari hasil korupsi, sedangkan ilmu tidak bisa. Cara satu-satunya mendapat ilmu adalah dengan belajar keras. Dan Allah tidak mungkin meletakkan ilmu dan hikmah pada hati yang berdosa. Sebagaimana sabda Nabi bahwa jika Allah menghendaki kebaikan pada seseorang, maka dia akan dipandaikan dalam masalah agama.
Dan mencari ilmu itu kata nabi dari buaian hingga liang lahat. Apalagi sekarang sudah berkembang teknologi canggih. Mulai dari surat kabar, tv, radio, majalah, internet dan seterusnya. Kalau mencari ilmu dibiasakan, percayalah nikmatnya nggak ingin berhenti. Semakin kita belajar, semakin haus ingin melahap ilmu yang lain lagi. Selalu jadi gelas kosong dan menjaga diri dari yang diharamkan agama adalah kunci mendapat ilmu yang berkah. Benar bahwa ilmu itu nikmat sekali. Yang bisa menikmati hanya pemiliknya saja.
Ketiga, mencari uang. Ya, orang yang bisa menggunakan waktunya untuk mencari rezeki Allah berupa uang, merupakan suatu nikmat dari-Nya. Berapa banyak orang yang belum bisa atau tidak punya kesempatan dan tidak bisa membuat kesempatan untuk mencari uang untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Makanya layak bersyukur kepada-Nya. Nah, saya bingung kalau ada pemuda nyantai-nyantai aja tidak bekerja mencari uang. Padahal dengan waktu 24 jam, banyak orang mendapatkan jutaan dalam sehari. Ya, harta sebenarnya adalah waktu kita ini.  Jadi, daripada nonton telenovela boong-boongan, cangkruk di warkop tidak berguna, dan hal lain yang tidak berguna lebih baik gunakan bekerja cari uang saja.
Bahkan kalau orang sudah bisa menukar waktunya dengan uang yang banyak, dia tidak akan sembrono dengan waktunya. Bahkan dia tidak mau kalau ditukar dengan uang yang sedikit. Misalnya kerja keras saja, tapi gajinya tidak sebanding dengan waktu dan tenaganya. Bahkan ada yang berpikir, “Kalau waktu yang kugunakan mencari uang tidak membuat aku kaya, lebih baik aku mencari ilmu saja”.
Tentu saja mencari uang itu tidak usah licik. Karena tidak mungkin Allah memberi uang kita dengan cara licik. Yakinlah kalau kata agama itu adalah jalan yang salah, jalan hitam, tidak akan pernah membawa keberuntungan kepada kita apalagi kebahagiaan. Justru akan mencelakakan kita. Kalau kita maksa melakukannya, itu namanya rugi dua kali. Di dunia rugi, di akherat babak belur. Ancur!
Sebelum menginjak ke poin 4, 5 dan 6, terlebih dulu saya berikan tips dahsyat: kalau Anda ingin diberi ilmu, maka memberilah ilmu. Kalau Anda ingin diberi uang, memberilah uang. Kalau Anda ingin diberi senyum, memberilah senyum.
Ok yang keempat adalah menggunakan waktunya untuk memberi ilmu. Saya amat-amati ternyata dalam proses belajar mengajar itu, yang tambah pintar itu adalah gurunya. Kecuali santrinya atau muridnya juga ikut aktif. Kalau harta mungkin nampak di mata ketika diberikan berkurang. Tapi kalau ilmu sudah jelas kalau diberikan malah bertambah. Orang tidak cukup hanya mencari ilmu saja, tapi juga harus berkah seluas-luasnya bagi orang lain terutama bagi dirinya, maka mesti diberikan. Tidak usah menunggu diundang seminar, kajian, menjadi guru, tapi dimanapan, kapanpun dan dengan siapa pun. Usahakan obrolan Anda dengan lawan bicara tidak ada yang sia-sia apalagi dosa dengan menggunjing kejelekan dan membuka aib orang lain. Caranya itu dengan memaksimalkan memberi ilmu di dalamnya.
Apalagi dalam memberi ilmu ini, Anda membuat sistem. Seperti sekolah, yayasan, pondok pesantren yang dikemas dan didukung oleh sarana prasarana modern. Sungguh tambah mantap. Sekolah modern berbasis Alquran. Atau pondok pesantren modern berbasis teknologi tinggi dan entrepreneurship. Jujur, ini adalah salah satu impian besar dan sekaligus doa besar penulis kepada Allah. Mohon bantuan doanya agar kekuatan doa itu dahsyat sehingga dikabulkan oleh Allah, aamiin. Karena pada dasarnya, kita harus menghibahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah: harta, ilmu, waktu, jiwa, tahta untuk menjadi rahmatanlil ‘alamin.
Kelima, membiasakan waktu untuk memberi sebagian harta. Bahasa agamanya, sedekah atau bahasa kerennya giving. Alquran menyatakan bahwa yang memberi satu dibalas sepuluh bahkan tujuh ratus. Rasulullah juga tidak ketinggalan menguatkan pernyataan Allah dengan sabdanya, “Tidak akan berkurang harta karena disedekahkan bahkan bertambah, bertambah dan bertambah”. Sudah saya tidak mau banyak-banyak membahas teori tentang sedekah. Langsung praktekkan saja untuk lebih kongkretnya. Buktikan saja, lalu rasakan!
Terakhir, yang paling murah meriah adalah memberi senyum. Tapi jangan heran lo, walau murah meriah begini masih saja ada orang yang berat melakukannya. Ya, pelit senyum. Sebabnya, apalagi kalau bukan dongkol, dendam, dengki kepada orang lain. Itulah yang membuat senyum kepada orang lain jadi berat. Padahal senyum itu ibarat pintu-pintu kemudahan dan kesuksesan Anda dalam hidup di dunia ini. Dengan senyum yang tulus, menghilangkan curiga-curiga negatif dari orang lain. Orang pun memandang kita enak. Ada kata bijak bahwa orang itu tidak senang dengan hartamu, tapi indahnya wajah dan akhlakmu. 
Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramalshaleh, saling menasehati dalam kesabaran dan takwa []
TTD: Ahmad Saiful Islam 
@tips_kemenangan
@MotivasiAyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...