Indah nian kalau seseorang sudah bisa terbiasa menggunakan waktunya
dalam 6 hal. Pertama, shalat.
Shalat bukan hanya sebagai kebutuhan. Tetapi shalat sejatinya
adalah kebutuhan kita. Fisik kita butuh shalat. Agar pergerakan darah lancar,
sendi-sendi bergerak, otot-otot tertarik, mulai dari takbir, rukuk, i’tidal,
sujud, duduk diantara dua sujud, dan seterusnya. Prof. Dr. Zahra pernah
menceritakan pengalaman sakitnya yang sulit sembuh. Ternyata penyakit itu
hilang sendiri karena dia melakukan tahajjud secara rutin. Belum lagi khasiat
bacaan-bacaan untuk kejiwaan atau psikologis seseorang. Tentu Anda telah
mengenal the power of words atau kekuatan kata-kata bukan? Nah, dalam
shalat itu terdapat doa-doa (harapan), pujian-pujian kepada Allah. Tentu saja
dampaknya sangat bagus untuk kesehatan rohani seseorang. Tidak heran kalau
Allah pernah berfirman “Mintalah tolong dengan sabar dan shalat”.
Kedua, mencari ilmu. Lagi-lagi kita diingatkan oleh Allah bahwa Dia
akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu dengan beberapa derajat.
Sungguh mulianya ilmu ini. Kalau orang nampak kaya hartanya, mungkin bisa
dicuragai untuk tidak dihormati. Tapi kalau orang sudah nampak punya ilmu,
sudah pastikan dia terhormat dan layak dihormati dan dijadikan tokoh. Kenapa?
Karena harta bisa didapat dari hasil korupsi, sedangkan ilmu tidak bisa. Cara
satu-satunya mendapat ilmu adalah dengan belajar keras. Dan Allah tidak mungkin
meletakkan ilmu dan hikmah pada hati yang berdosa. Sebagaimana sabda Nabi bahwa
jika Allah menghendaki kebaikan pada seseorang, maka dia akan dipandaikan dalam
masalah agama.
Dan mencari ilmu itu kata nabi dari buaian hingga liang lahat.
Apalagi sekarang sudah berkembang teknologi canggih. Mulai dari surat kabar,
tv, radio, majalah, internet dan seterusnya. Kalau mencari ilmu dibiasakan,
percayalah nikmatnya nggak ingin berhenti. Semakin kita belajar, semakin haus
ingin melahap ilmu yang lain lagi. Selalu jadi gelas kosong dan menjaga diri
dari yang diharamkan agama adalah kunci mendapat ilmu yang berkah. Benar bahwa
ilmu itu nikmat sekali. Yang bisa menikmati hanya pemiliknya saja.
Ketiga, mencari uang. Ya, orang yang bisa menggunakan waktunya
untuk mencari rezeki Allah berupa uang, merupakan suatu nikmat dari-Nya. Berapa
banyak orang yang belum bisa atau tidak punya kesempatan dan tidak bisa membuat
kesempatan untuk mencari uang untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Makanya
layak bersyukur kepada-Nya. Nah, saya bingung kalau ada pemuda nyantai-nyantai
aja tidak bekerja mencari uang. Padahal dengan waktu 24 jam, banyak orang
mendapatkan jutaan dalam sehari. Ya, harta sebenarnya adalah waktu kita
ini. Jadi, daripada nonton telenovela
boong-boongan, cangkruk di warkop tidak berguna, dan hal lain yang tidak
berguna lebih baik gunakan bekerja cari uang saja.
Bahkan kalau orang sudah bisa menukar waktunya dengan uang yang
banyak, dia tidak akan sembrono dengan waktunya. Bahkan dia tidak mau kalau
ditukar dengan uang yang sedikit. Misalnya kerja keras saja, tapi gajinya tidak
sebanding dengan waktu dan tenaganya. Bahkan ada yang berpikir, “Kalau waktu
yang kugunakan mencari uang tidak membuat aku kaya, lebih baik aku mencari ilmu
saja”.
Tentu saja mencari uang itu tidak usah licik. Karena tidak mungkin
Allah memberi uang kita dengan cara licik. Yakinlah kalau kata agama itu adalah
jalan yang salah, jalan hitam, tidak akan pernah membawa keberuntungan kepada
kita apalagi kebahagiaan. Justru akan mencelakakan kita. Kalau kita maksa
melakukannya, itu namanya rugi dua kali. Di dunia rugi, di akherat babak belur.
Ancur!
Sebelum menginjak ke poin 4, 5 dan 6, terlebih dulu saya berikan
tips dahsyat: kalau Anda ingin diberi ilmu, maka memberilah ilmu. Kalau Anda
ingin diberi uang, memberilah uang. Kalau Anda ingin diberi senyum, memberilah
senyum.
Ok yang keempat adalah menggunakan waktunya untuk memberi ilmu.
Saya amat-amati ternyata dalam proses belajar mengajar itu, yang tambah pintar
itu adalah gurunya. Kecuali santrinya atau muridnya juga ikut aktif. Kalau
harta mungkin nampak di mata ketika diberikan berkurang. Tapi kalau ilmu sudah
jelas kalau diberikan malah bertambah. Orang tidak cukup hanya mencari ilmu
saja, tapi juga harus berkah seluas-luasnya bagi orang lain terutama bagi
dirinya, maka mesti diberikan. Tidak usah menunggu diundang seminar, kajian,
menjadi guru, tapi dimanapan, kapanpun dan dengan siapa pun. Usahakan obrolan
Anda dengan lawan bicara tidak ada yang sia-sia apalagi dosa dengan menggunjing
kejelekan dan membuka aib orang lain. Caranya itu dengan memaksimalkan memberi
ilmu di dalamnya.
Apalagi dalam memberi ilmu ini, Anda membuat sistem. Seperti
sekolah, yayasan, pondok pesantren yang dikemas dan didukung oleh sarana
prasarana modern. Sungguh tambah mantap. Sekolah modern berbasis Alquran. Atau
pondok pesantren modern berbasis teknologi tinggi dan entrepreneurship. Jujur,
ini adalah salah satu impian besar dan sekaligus doa besar penulis kepada
Allah. Mohon bantuan doanya agar kekuatan doa itu dahsyat sehingga dikabulkan
oleh Allah, aamiin. Karena pada dasarnya, kita harus menghibahkan diri kita
sepenuhnya kepada Allah: harta, ilmu, waktu, jiwa, tahta untuk menjadi rahmatanlil ‘alamin.
Kelima, membiasakan waktu untuk memberi sebagian harta. Bahasa
agamanya, sedekah atau bahasa kerennya giving. Alquran menyatakan bahwa
yang memberi satu dibalas sepuluh bahkan tujuh ratus. Rasulullah juga tidak
ketinggalan menguatkan pernyataan Allah dengan sabdanya, “Tidak akan berkurang
harta karena disedekahkan bahkan bertambah, bertambah dan bertambah”. Sudah
saya tidak mau banyak-banyak membahas teori tentang sedekah. Langsung
praktekkan saja untuk lebih kongkretnya. Buktikan saja, lalu rasakan!
Terakhir, yang paling murah meriah adalah memberi senyum. Tapi
jangan heran lo, walau murah meriah begini masih saja ada orang yang berat
melakukannya. Ya, pelit senyum. Sebabnya, apalagi kalau bukan dongkol, dendam,
dengki kepada orang lain. Itulah yang membuat senyum kepada orang lain jadi
berat. Padahal senyum itu ibarat pintu-pintu kemudahan dan kesuksesan Anda
dalam hidup di dunia ini. Dengan senyum yang tulus, menghilangkan curiga-curiga
negatif dari orang lain. Orang pun memandang kita enak. Ada kata bijak bahwa
orang itu tidak senang dengan hartamu, tapi indahnya wajah dan akhlakmu.
Demi masa,
sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramalshaleh, saling menasehati dalam kesabaran dan takwa []
TTD: Ahmad Saiful Islam
@tips_kemenangan
@MotivasiAyat
TTD: Ahmad Saiful Islam
@tips_kemenangan
@MotivasiAyat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar