Terkadang
kita terus menggenggam sesuatu, walau genggaman itu sebenarnya sedang
membelenggu kita. Kayak kisah tentang orang Afrika yang suka menangkap monyet.
Ceritanya, di Afrika ada suku yang sukanya makan monyet. Mereka memburu monyet
untuk dimakan. Bermacam-macamlah cara mereka memburu monyet-monyet itu. Ada
yang menggunakan panah. Ada juga yang menggunakan sumpit. Ada cara paling
menarik yang mereka lakukan untuk menangkap monyet, yaitu dengan menggunakan
kendi. Mereka mengikat kendi dari tembaga pada pohon atau batu besar. Kemudian,
kendi itu diisi kacang. Sebagian kacang dicecerkan di luar dan dekat kendi.
Saat melihat kacang tersebut, dan setelah memastikan kanan kiri bahwa
situasinya aman, monyet tadi turun dan mulai memakan kacang tersebut. Ketika kacang
di luar habis, monyet tersebut mulai melirik kacang yang ada di dalam kendi.
Dia memasukkan tangannya untuk mengambil kacang. Karena monyet itu menggenggam
kacang, tangannya tidak bisa ditarik dari kendi yang tertambat di pohon yang
besar. Dan monyet itu tidak mau melepaskan kacangnya. Akibatnya monyet itu
tertahan terus, tidak bisa lari. Bahkan sampai pemburu datang, tetap saja
monyet itu tidak mau melepaskan genggamannya agar bisa lari. Lantas, kapan
monyet itu mau melepaskan kacangnya? Saat dia mati disembelih! Karena itu, ada
peribahasa “You pay peanut, and you get monkey”.
Banyak
dari kita yang sudah jelas tahu bahwa yang kita kerjakan sekarang tidak akan
membantu kita mencapai apa yang kita inginkan, tetapi kita masih takut
kehilangan “kacang”. Sampai kita “disembelih” (dipecat, pensiun). Evaluasi!
Apakah pekerjaan kita sekarang bisa membuat kaya raya? Kalau tidak,
lepaskanlah!
Sekali
lagi, cari bidang apa yang kita sukai, atau mungkin akan kita sukai, yang bisa
menghasilkan kekayaan seperti yag kita tentukan sebelumnya. Apabila yang kita
kerjakan sekarang tidak memungkinkan kita untuk mencapai impian tersebut,
segera lepaskan dan cari yang baru!
Seperti
membangun sebuah rumah, tentu kita panggil arsiteknya. Ironinya, untuk
membangun kekayaan, banyak orang tidak pernah merancangnya. Akhirnya dia
bertindak seperti monyet tadi. Pokoknya cukup untuk makan, ya sudah. Berarti
pada prinsipnya orang itu tidak mau kaya. Dan ini terjadi pada kebanyakan
orang.
Kalau
memang kita ingin kaya, tidak sekedar cukup, maka kita harus tentukan dulu
seberapa besar passive income yang harus dicapai pada usia tertentu.
Lalu, cari hal yang paling mungkin membuat kita kaya. Kemudian, cari orang yang
sudah berhasil mencapai impian untuk diajak kerja sama, atau belajar kepada
orang tersebut.
Sudahkah
Anda menjadi arsitek untuk kekayaan Anda? Seberapa cepat rencana Anda? Berikut
ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang bisa membimbing Anda untuk membuat
rencana yang logis rasional.
·
Siapa orang
yang sudah sukses di bidang yang hendak Anda kerjakan atau masuki? Kapan Anda
akan menghubungi dia untuk belajar?
·
Sumber daya apa
yang Anda perlukan untuk mencapai apa yang Anda inginkan?
·
Apa yang akan
Anda berikan untuk mencapai apa yang Anda inginkan?
·
Siapa yang bisa
membantu Anda? Kapan akan Anda hubungi?
·
Keterampilan
apa yang harus Anda punyai? Kapan Anda akan belajar, kapan Anda akan menguasai
keterampilan itu?
·
Kebiasaan apa
yang harus Anda miliki? Kapan akan Anda mulai?
·
Kebiasaan apa
yang harus Anda buang untuk mencapai apa yang Anda inginkan? Kapan mau Anda
buang?
·
Apa yang mau
Anda korbankan?
·
Berapa persen
dari penghasilan yang Anda janjikan akan Anda masukkan ke dalam investasi yang
aman dan tidak akan Anda ambil selamanya, sedemikian sehingga investasi yang
aman ini bisa memberi hasil yang cukup untuk membiayai Financial Dream Anda?
NB: Silahkan IZIN kepada penulis di:
ahmadsaifulislam@gmail.com (085733847622), bila berminat menerbitkan
artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J)
Yuk diskusi juga di
@ipoenkchampion, dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan
spiritual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar