Kamis, 20 Februari 2014

HIDUP INI SOAL SEMANGAT



Hidup adalah pekerjaan. Hidup adalah gerak. Hidup adalah aktivitas. Kalau sudah tidak ada pekerjaan, tidak ada gerak, tidak ada aktivitas, maka lawan dari hidup adalah kematian. Dan untuk hidup, gerak, aktivitas, kerja itu soal semangat. Darimana kita mendapat semangat itu? Tentu dari pola pikir kita. Bagaimana kita mengarahkan dan mengontrol pikiran agar muncul semangat dalam diri kita. Semakin semangat seseorang menjalani hidupnya, kerjanya, aktivitasnya, geraknya, maka semakin sukses dia. Hidup ini tidak menyisakan ruang bagi siapa saja yang mengeluh, loyo, lemah dan konco-konconya. Jangan sampai kita dihinggapi yang terakhir ini.
Banyak hal yang membuat seseorang loyo. Pertama, tidak mencintai pekerjaannya. Dia bekerja hanya untuk mencari uang. Rasa malasnya semakin mendapatkan legitimasi saat uang yang dijanjikan baru datang sekali sebulan. “Gue datang kan untuk mendapatkan uang, lah kok diberi pekerjaan sih?!”, begitu kata alam bawah sadarnya. Dia lupa bahwa kehadirannya itu agar menyelasaikan persoalan perusahaan. Termasuk soal bagaimana dirinya sendiri mendapatkan income untuk di-profitsharing-kan dengan perusahaan. Dia lupa bahwa kehadiranya itu dibayar setelah menjawab problem-problem perusahaan. Dia merasa kaget, karena dikiranya perusahaan memberinya uang secara gratis. Akhirnya, keterpaksaan lah yang ada. Oleh karenanya, dia tidak pernah mencintai pekerjaannya. Pekerjaan itu menjadi beban baginya. Dia tidak bisa mengekspresikan semua potensinya untuk pekerjaan itu. Karena sudah separuh hati. Jadinya, dia loyo, lemas, tak berdaya. Padahal soal gizi dari makanan maupun suplemen surah turah-turah.
Maka solusinya adalah, temukan potensi diri dulu. Arahkan potensi itu pada pekerjaan yang tepat. Tidak mesti kerja di orang lain. Dia bisa bekerja dengan dirinya sendiri alias wiraswastasa. Atau bisa bekerja dengan orang lain, dan yang memang sesuai dengan minat, bakat, ilmu dan skill yang dimilikinya. Baru dia bisa mencintai pekerjaanya. Cinta pada pekerjaan akan membawa kebahagiaan hidup. Baru di situ akan muncul semangat. Tanpa itu semua, sulit untuk cinta pekerjaan, sulit muncul semangat, dan akhirnya sulit bahagia.
Kedua, mudah menyerah. Orang yang mudah menyerah, adalah bisasanya orang yang tidak terlatih untuk hidup “sakit”. Dia adalah “anak mama”. Selama ini, dia manja dan sulit untuk hidup mandiri. Bukannya berkata, “Ini nih gue”. Dia senang dan bangga berkata, “Ini loh bokap dan nyokap gue”. Ketika diterjunkan pada medan hidup sesungguhnya, dia kaget. Merasa kesulitan, mengeluh dan akhirnya menyerah. Padahal, kalau dia bertahan sedikit saja, persoalan sesungguhnya amatlah mudah. Karena tempaan hidup selama ini yang cengeng, akhirnya dia mudah menyerah. Saat seorang mudah  menyerah, berarti tidak ada jiwa fight dalam dirnya. Tidak ada jiwa seorang penakluk dalam dirinya. Jiwa ksatria, pemberani, pemenang telah kerdil dalam dirinya. Ini semua  menggerogoti semangatnya. Akhirnya, dia loyo low spirit.
Solusi untuk masalah ini adalah, jiwanya perlu digugah kembali. Spiritnya perlu diransang lagi. Sifat ksatria dalam dirnya yang masih ABG perlu ditempa lagi. Memang untuk pertama kali rasanya menyakitkan. Tapi jangan khawatir, justru itu adalah awal dari jalan kemudahannya. Selain jiwanya, pikirannya harus di-install ulang. Pola pikirnya, perlu dibengkeli. Dari pola pikir yang berubah, maka berubahlah sikap mentalnya. Dan akhirnya berubah pula actionnya. Karena sebenarnya, pikiran itu adalah sebab dari segala musabbab. Kalau sebabnya diubah, maka akibatnya pun akan berubah.
Ketiga sebab seorang menjadi loyo adalah, tidak punya cita-cita yang jelas. Karena tidak punya cita-cita yang jelas, pekerjaanya pun tidak jelas. Kok bisa tidak jelas? Karena dia telah menekuni sesuatu yang salah. Maka hasilnya pun salah. Ini terjadi karena ketidaksinkronan antara idealismenya yang ingin kaya, sehat, aman, tenang dengan bidang yang digelutinya. Juga bisa dikarenakan orientasi hidupnya yang salah. Kenapa kok bisa salah? Karena dia memegang prinsip yang salah. Nah, prinsip yang salah itu akhirnya mengarahkan hidupnya yang salah juga. Mungkin pada awalnya, dia bekerja keras, semangat menggebu-gebu. Tapi itu seperti tahi ayam. Panasnya hanya di awal-awal. Di tengah jalan, dia akan berhenti dan loyo. Kenapa? Karena nampaknya saja, dia bekerja keras, berproses dahsyat, banting tulang siang malam, tapi hasilnya sangat minim bahkan nol besar. Dia semakin loyo melihat temannya yang lari dari start yang sama, tapi hasilnya kok lebih banyak dia?! Lalu dia putus asa, berhenti berlari, menyesali apa yang dikerjakannya. Mau kembali ke jalan yang benar, dia sudah melihat matahari sudah mulai terbenam di ufuk barat. Dia pun loyo tak berdaya.
Sebenarnya tidak ada yang terlambat bagi siapa pun yang ingin berbenah diri. Tidak ada kata terlambat untuk menempatkan diri di jalan yang benar. Maka solusi untuk masalah tidak punya cita-cita jelas adalah, ya kembali lagi segera mungkin, saat ini juga. Jangan malu untuk belajar pada ahlinya. Atau dari manapun yang bisa dilakukan. Revisi ulang tujuan hidup Anda. Baik jangka pendek, maupun jangka ke depan yang lebih panjang. Setelah Anda menyakini cita-cita itu, mulailah berproses sekarang juga. Dengan pandangan yang jelas, dengan visi yang yang sangat transparan, membuat kita lebih semangat dan antusias menjalani prosesnya. Cepat atau lambat, berbekal semangat yang kokoh, kita akan mencapai puncak kesuksesan.
Kalau sudah semangat dan antusias ini menjadi kebiasaan hidup, tidak perlu lagi kita mencari sumber penyemangat dari luar. Nampaknya sudah kurang begitu perlu lagi musik-musik rock yang diputar keras untuk menyemangati Anda. Pokoknya, apa pun itu dari eksternal sudah kurang urgen lagi untuk menjadi penyemangat Anda. Karena Anda sudah mempunyai sumber penyemangat dalam diri Anda. Karena Anda telah menyatu dan menjadi semangat itu sendiri. Kalau pun ada penyemangat dari luar, itu gelombangnya harus lebih tinggi dari Anda. Jika berbentuk orang atau buku, harus orang atau buku yang kualitasnya lebih tinggi dari Anda. Kalau sama saja, nampaknya mendengar dan membacanya, hanya buang-buang waktu saja. Karena hidup ini tidak hanya mencari, tidak hanya menerima, tapi juga berbagi.


NB: Silahkan IZIN kepada penulis di: ahmadsaifulislam@gmail.com (085733847622), bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J)
Yuk diskusi juga di @ipoenkchampion, dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan spiritual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...