Rabu, 19 Februari 2014

MOTIVASI HIDUP PARA PEMENANG



Orang punya kesannya masing-masing bila membaca firman Allah ‘azza wa jalla. Benar apa yang dikatakan seorang ahli di bidang ini, bahwa Alquran itu seperti berilan. Setiap sisinya memancarkan keindahan tersendiri. Sehingga yang menangkap cahaya itu, mempunyai kesan yang bisa jadi berbeda dengan yang lain.
          Sekarang, kesan apa yang Anda dapatkan ketika bertemu firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang yang bersungguh-sungguh di dalam (keridhaan) Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami”? Apakah kesan yang Anda tangkap sama dengan bila Anda bertemu dengan firman-Nya ini, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, carilah jalan (untuk mendekatkan diri) kepada-Nya, bersungguh-sungguhlah di jalan-Nya, agar kalian sukses”?
            Bersungguh-sungguh di jalan Allah maksudnya, siapa saja yang mendasarkan setiap geraknya untuk dan karena Allah. Baik gerak fisiknya, emosinya, akal rasionalnya dan seterusnya. Orang tersebut akan selalu bertanya pada diri sendiri bila hendak melakukan sesuatu, “Ini diridhai Allah tidak ya? Ini bikin Allah suka apa marah ya?” Dia pahami betul-betul batasan-batasan setiap geraknya, yang mana yang halal yang mana yang haram. Bila halal dan legal, ya hajar. Tapi bila remeng-remeng apalagi jelas-jelas haram, ya batal dan dia segera menjauhinya.
            Lihatlah redaksi ayat pertama, jalan-jalan Kami (subulana). Jalan Allah itu banyak. Yang jelas, jalan-jalan Allah itu penuh dengan kebaikan untuk hidup kita. Yang penting dimensi kita, berusaha mengusahakan yang baik-baik. Jadi guru, jadilah dosen yang baik. Jadi siswa, jadilah siswa yang baik. Jadi PNS, jadilah PNS yang baik. Jadi pengusaha, jadilah pengusaha yang baik. Jadi karyawan, jadilah karyawan yang baik. Jadi suami atau isteri, jadilah yang baik. Dan seterusnya. Urusan hasilnya, yakinlah itu yang terbaik bagi kita. Bisa juga Allah punya rencana lain yang lebih baik bagi kita, dengan mengedepankan ujian bagi kita. Memang dimana-mana ujian tuh agar kita naik kelas. Jangna mudah mengklain setiap kejadian hidup sebagai kepahitan. Lihatlah selalu kebaikan di baliknya. Dan memang Allah menjadikan kemudahan setelah kesulitan. Dia adalah al-Qadim, Yang Maha Mengedepankan. Dan bahkan kemudahan itu bersama dengan kesulitan. Lihatlah mawar diantara duri-durinya. Dan mawar-mawar itu akan tampak setelah kita sungguh-sungguh (jahadu fina).
            Mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bisa lewat shalat, puasa, zakat, dan haji. Namun, tidak hanya itu. Tidak sebatas itu. Berapa menit sih waktu shalat? Paling lama 50 menit sehari semalam. Padahal waktu yang diberikan Allah kepada kita tuh 24 jam. Kalau hanya shalat disebut jalan mendekatkan diri kepada Allah, alangkah sedikitnya kita mendekatkan diri kepadanya?! Begitu juga zakat dan haji. Berapa kali sih zakat dan haji? Padahal firman-Nya, “Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, hanya untuk Allah”. Jadi, mestinya totalitas hidup kita untuk Allah. Maka, lebih dari itu mendekatkan diri kepada Allah bisa lewat apa yang kita kerjakan. Ya, kita dekatkan diri kita kepada Allah dengan pekerjaan kita sehari-hari. Ibadah mahdlah (ritual yang sudah jelas perintah dan cara pelaksanaannya) dan ghair mahdlah (selain ibadah ritual).
            Lalu berdasar petunjuk-Nya ini, apa yang membuat kita menang? Apa yang membuat kita sukses? Itulah sungguh-sungguh! Kedua ayat itu menyuruh kita sungguh-sungguh. Sungguh-sungguh dalam takwa kita. Sungguh-sungguh dalam shalat, puasa, zakat, haji kita. Sungguh-sungguh dalam cita-cita kita. Sungguh-sungguh dalam usaha kita. Sungguh-sungguh dalam bekerja kita. Sungguh-sungguh dalam hidup kita. Sungguh-sungguh dalam kebaikan. Dan sungguh-sungguh itu harus bermula dari hati kita. Dan sungguh-sungguh itu bukan berarti serius dan tegang. Kita bisa juga santai tapi serius. Bukti kesungguhan itu adalah komitmen kita pada apa yang kita impikan, kerjakan dan sepakati dengan orang lain.
 

NB: Silahkan IZIN kepada penulis di: ahmadsaifulislam@gmail.com (085733847622), bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J)
Yuk diskusi juga di @ipoenkchampion, dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan spiritual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...