Urusan
kekasih, memang orang banyak kalut. Cepat emosi. Logika tidak berfungsi lagi.
Apalagi, sampai kekasih dibawa orang lari. Orang bisa melakukan apa saja untuk
melegakan emosinya. Kalau uang yang hilang, orang masih bisa mikir cari lagi.
Tapi kalau sudah urusan kekasih yang hilang, urusan cinta, orang sering putus
asa. Lebih parah lagi, orang bisa berani bunuh-bunuhan. Apalagi seorang
laki-laki yang memang kekasihnya adalah pujaan hatinya. Namun, soal ini bisa
diselesaikan secara bijak dan dewasa.
Suatu
hari, kebetulan saya flu. Sementara isteri saya biasa belanja di warung sebelah
pagi hari sebelum saya berangkat kerja. Saya pun minta tolong kepadanya,
“Yhang, tolong ntar belikan Bodrex flu dan batuk yaa?”. Tak disangka, isteri
saya menjawab seperti ini, “Jangan banyak-banyak obat Mas. Kayak tetangga
sebelah dulu, minum Bodrex dicampur Sprit, langsung mati. “Lo, kok bisa mati
Yhang?”, tanya saya penasaran. “Dia memang niat bunuh diri!”, jawabnya. “Kenapa
kok bunuh diri?”, tanya saya lagi. “Iya, soalnya isterinya selingkuh”.
Mendengar jawaban itu, saya pun terkekeh-kekeh, “kwkwkwk...”, sambil coba
membayangkan perasaan orang itu.
“Isteri
selingkuh, kok bunuh diri Mas Mas... Isteri selingkuh tuh ya, cari isteri lagi.
Kawin lagi aja. Bunuh diri? Ah, kayak di dunia ini perempuan Cuma satu saja.
Isteri selingkuh, sudah menikah lagi saja. Gitu aja kok repot”. Mendengar komen
saya, isteri saya mencoba meredam, “Hus... Jangan ngomongin orang Mas”. Saya
jawab, “Aku nggak ngomongin orang, tapi ngomongin mayyit. Tyus, agar kita
mengambil pelajarannya”. Ya, menikah lagi jauh lebih baik daripada bunuh diri
seperti itu.
Itu
sama dengan seorang pemuda atau pemudi yang dikhianati kekasihnya. Mestinya,
nggak usah sedih. Nggak usah susah. Hidup ini cuma sekali. Hidup ini berarti.
Hidup ini sangat mahal. Kalaupun sedih, manusiawi saja. Karenanya, jangan
lama-lama sedih dan susah. Bisa-bisa iblis terkekeh-kekeh melihat Anda sedih.
Sementara malaikat ingin menghibur kita. Allah dan Nabi SAW pun mengharap agar
kita bahagia. Bukan sedih. Lepaskan saja, plongkan saja.
Sakit
hati itu perlu segera diobati. Apa obatnya? Tidak lain dan tidak bukan adalah jatuh
cinta lagi. Begitu yang sering diungkap oleh Mario Teguh dalam Golden Ways.
Jangan lama-lama meratapi dan menyesali perbuatan lacur orang yang pernah kita
cinta. Segera cari yang lain. Mendapatkan cinta lain. Yakinlah, masih banyak
yang baik bisa menjadi pasangan hidup sejati kita. Masih banyak yang cantik
atau tampan. Baik hati maupun fisiknya. Janganlah berputus asa dari rahmat
Allah.
“Emangnya,
laki-laki cuma Ello. Emangnya cewek, hanya Ente. Hidup gue lebih mahal tau’.
Gue bisa nyari yang lebih keren dari Ello. Apapun akan kulakuin untuk dapatkan
itu. Walau di ujung dunia sekalipun. Mendapatkan pasangan hidup itu, mudah.
Apalagi sama-sama butuh. Sangat banyak orang selain Ello yang juga butuh
pasangan hidup kayak gue. Gue akan cari belahan jiwa sejati gue.” PD kayak gini
jauh lebih baik daripada harus bunuh diri.
Bagaimana
resep Nabi Muhammad? Sederhana saja namun sangat bermakna dan bernilai. “Kalau
engkau cinta kepada seseorang, sekedarnya saja. Karena bisa jadi yang kau cinta
jadi musuhmu. Kalau engkau membenci kepada seseorang, sekedarnya saja. Karena
bisa jadi yang kau benci, menjadi kekasihmu”. Begitu kurang lebih. Cinta
pol-polan itu mestinya hanya pada Allah, rasulullah dan orangtua saja. Kalau
masih pada teman, sahabat, HP, rumah, kendaraan, hewan piaraan, apalagi baru
pacar, kasih maksimal 50% saja. Berat memang, tapi perlu dicoba dan diusahakan.
Bahkan
Allah menegaskan, “Bisa jadi apa yang kalian cinta itu buruk bagi kalian. Dan
bisa jadi apa yang kalian benci itu baik bagi kalian. Allah lebih tahu dan
kalian tidak tahu” (QS. Al-Baqarah[2]: 216). Kita boleh menganggap sesuatu itu
baik. Kita juga boleh menilai sesuatu itu buruk dengan akal kita. Namun,
kenyataannya bisa beda. Makanya, kalau memang cinta sekedarnya saja. Kalau
memang benci, sekedarnya saja. Di sini dibutuhkan doa, “Jika itu baik bagiku,
berikan kepadaku. Jika itu buruk bagiku, jauhkan dariku. Dan jadikan aku puas
dengan segala pemberian-Mu”.
Lagian,
apa yang kita cinta sudah pasti bakal meninggalkan kita. Atau sebaliknya, kita duluan
yang meninggalkan mereka; suami/isteri, harta, jabatan, sahabat, dan semuanya.
Maka mencintai dan membenci sesuati porsinya memang penting dan bermanfaat. Ya,
semua itu adalah titipan. Maka, yang terpenting sesungguhnya adalah bukan
penitipan atau pemilikan itu sendiri. Tapi, bagimana kita memanfaatkan
sebaik-baiknya saat kesempatan penitipan itu masih pada kita. Sehingga ruhnya
tetap masih bisa kita bawah hingga ke surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar