Senin, 17 Februari 2014

MENGENAL ITU BUKAN PACARAN



Salah kaprah berikutnya adalah soal pacaran. Ada yang berkata bahwa pacara itu haram. Tidak boleh pacaran. Pacaran adalah maksiat. Lalu, ada yang menjawab, “Emangnya jodoh turun dari langit?! Hmmm, capek deh”.
            Namun, jangan heran ada juga yang walau dilarang keras seperti itu masih saja yang nekat melegalkan pacaran. Walaupun tidak dibahasakan. Ya, pacaran seperti ini semacam rahasia umum. Persis seperti money politik alias politik uang, dll.

            Pacaran, kalau dimaknai dengan berdua-duaan antara dua sejoli, di gelap-gelapan, ya sudah jelas itu dilarang oleh agama. Jangankan yang seperti itu, Islam bahkan memerintah agar menundukkan pandangan. Ya, menandang keduakali hingga seterusnya, dan lama-lama saja tidak boleh. Kalau sebentar? Atau kalau sekilas saja? Boleh! Imam Ali pernah berucap, “Pandangan pertama itu adalah nikmat. Sedangkan yang kedua adalah petaka”. Nabi Muhammad pun bersabda bahwa bila hanya ada dua sejoli dalam satu tempat, maka yang ketiga adalah setan. Nah loo..

            Tapi kalau sekedar kenal, ini salah besar kalau dianggap pacaran. Dengan jelasnya Allah menegaskan, “Kami menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa-bangasa, agar saling mengenal”.

            Ya seorang perjaka tidak dilarang mengenal seorang gadis. Begitu juga seorang gadis, tidak dilarang mengenal seorang perjaka. Bahkan hal demikian sangat dianjurkan dalam Alquran.

            Tentu saja, perkenalan tersebut tidak hanya sebatas namanya. Tapi juga menyangkut asal usulnya, keluarganya, pendidikannya, pekerjaannya, lingkungannya, teman-temannya, hingga kecantikan hatinya. Wong Nabi Muhammad saja bersabda, “Wanita itu dinikahi karena cantiknya, kayanya, keturunannya atau agamanya. Pilihlah yang punya agama, maka kau akan beruntung”. Nah, untuk bisa tahu seseorang baik agamanya, tentu tidak bisa tidak kita mesti mengenalnya.

            Perkenalan itu, memang dari temannya. Dari saudaranya. Dari keluarganya. Tapi, kalau pun darinya langsung, itu tidak jadi masalah. Asal tetap menjaga kesopanan dan adab pergaulan.

            Sekali lagi, perkenalan itu dianjurkan oleh Allah. Tidak terkecuali antara perjaka dan seorang gadis. Bahkan, tidak jadi masalah juga kalau memang “mengincar” si dia untuk menjadi pendamping hidup kelak. Asal yang perlu digarisbawahi adalah, KALAU SUDAH WAKTUNYA. Memang sudah usianya mendekati pernikahan. Nyantri sudah. Sekolah sudah. Kuliah sudah. Atau bahkan, pekerjaan juga sudah. Maka yang demikian, perkenalan yang lebih lanjut tidak menjadi masalah. Lagi-lagi, harus tetap menjaga adab pertemanan, dan tidak berdua-duaan di tempat sepi.

            Kalau masih nyantri, masih sekolah, masih kuliah, terpikir menjalin hubugan serius dengan lawan jenis pun jangan pernah. Itu akan melenyapkan hidupmu sekarang dan masa depan! Sekali lagi, sudah waktunya saja.

            Dan yang penting juga, harus ditarget kapan mau melamar dan segera menikah. Satu bulan, dua bulan, dan maksimal tiga bulan. Ingat, jangka waktu itu untuk mengenalnya. Itu sudah amat sangat cukup untuk mengenal apakah dia salih atau thalih. Baik atau buruk (lebih kepada akhlaknya).

            Kalau memang sudah cocok, segera putuskan bertemu orang tuanya. Kalau tidak cocok, segera cari yang lain. Tega memang. Tapi ini untuk kebaikan Anda dan si dia.

            Ada yang bilang, “Tidak usah beda-bedain, laki-laki dan perempuan saat mereka belajar, ngaji, organisasi dan aktivitas yang bermanfaat lainnya. Sebab dalam kegiatan demikian, mereka bukan lagi wanita ataupun laki-laki. Tidak ada bedanya lagi. Mereka waktu demikian adalah khalifah. Jadi wanita dan laki-laki, itu saat di kasur saja. 15 menit itu sudah lama...”, hehehe.

            Jangan khawatir, si dia diambil orang, kalau memang dirimu belum waktunya. Allah sudah menjamin jodohmu. Kalau si dia menikah dengan orang, pastikan itu bukan jodohmu. Rasa cinta sesaat, pastikan itu bisikan iblis mencelakakan “pertapaanmu”. Jodohmu adalah dia yang menikah denganmu kelak.

            “Gimana, saat saya sudah waktunya, tapi dia sudah punya pacar?” Terkait dengan ini, teman saya punya filosofi yang keren, “Ngambil pacar orang untuk dinikahi itu bagus. Yang jelek tuh, ngambil tunangan atau isteri orang lain”. Ya, tentu si dia suruh menegaskan dulu pada pacarnya, kapan menikahinya. Kalau dia tidak bisa menjawab, berarti dia main-main. Untuk kondisi demikian, saya mengamininya.

            Terakhir dari saya, “Jodoh itu di tangan Allah. Kalau tidak dijemput, tetap di tangan Allah. Persis seperti rezeki, dan surga”.


NB: Silahkan IZIN kepada penulis di: ahmadsaifulislam@gmail.com (085733847622), bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…:
Yuk diskusi juga di @ipoenkchampion, dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan spiritual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...