Minggu, 23 Februari 2014

PERSONAL BRANDING: Apa Merek Diri Anda?



Ini ada sebuah botol yang agak gelap dipandang dari luar. Lalu saya tuangkan susu ke dalamnya. Kemudian, saya kemas dengan rapi, dan diluar saya beri tulisan “Racun Serangga”. Pertanyaannya, apakah Anda mau meminumnya? Apalagi membelinya? Saya yakin, Anda sekarang menjawab, “Tidak”!.
Sebaliknya, bila dalam botol itu saya tuangkan racun serangga, lalu di luarnya saya beri label “Susu Segar Import”, adakah kemungkinan Anda membelinya? Adakah kemungkinan Anda meminumnya? Saya yakin pasti itu bisa jadi, Anda membelinya dan meminumnya. Iya kan?!
Apa pelajaran yang bisa kita petik? Ya, pintar sekali. Bahwa sangat penting kita membranding diri. Penting sekali kita punya label yang bisa dikenal oleh orang lain. Siapa Iwan Fals? Siapa Pasha? Siapa Quraish Shihab? Dengan mantap kita menjawab, musisi, vocalis dan mufassir atau penulis produktif Indonesia.
Anda tahu kenapa Muhammad muda, sukses dalam bisnis, dan bahkan dipilih Allah menjadi rasul? Padahal pada awalnya, beliau tidak ada modal uang. Tidak ada modal skill. Tidak punya orang tua kaya raya. Fasilitas semuanya pun terbatas bila dibanding sekarang. Yap, tidak pelak lagi. Beliau sejak muda membranding diri, salah satunya dengan selalu j-u-j-u-r, jujur! Sehingga beliau dipercaya orang lain bahkan Allah SWT. Itulah yang seharusnya kita tiru. Apalagi teknologi dan fasilitas sangat mendukung sekali di era modern ini.
Memang benar bahwa branding itu sangat penting. Agar orang lebih mudah mengenal kita. Istilahnya, personal branding. Orang itu memang melihat fisiknya, daripada psikisnya. Kesan pertama begitu menggoda, begitu kira-kira. Isi dalam botol itu, dinilai luar dan tulisannya. Function ya, juga fushion. Keduanya sama pentingnya. Tidak ada orang yang tahu, hingga kita memberitahunya. Apa yang kita tampilkan, itulah yang orang lain nilai tentang kita. Sama seperti susu tadi yang diberi label racun. Oleh karenanya, desain itu penting. Marketing sangat penting. Personal branding mbahnya penting. Jadi, mari kita berlomba-lomba membranding diri. Membranding bisnis. Kalau kita menghindar darinya, berartii kita akan tertinggal, jadi generasi ekor, kalah sebelum bertanding.
Sebaliknya, kita harus hati-hati dengan branding yang beredar sehari-hari. Hati-hatilah dengan iklan. Jangan mudah percaya dengan branding dan promosi. Iya kalau branding dan marketing itu dipegang oleh orang yang jujur. Tapi coba Anda bayangkan bila keduanya kena orang yang lacur. Sebenarnya dalam botol itu racun, tapi diberi label susu. Apa akibatnya? Sekali lagi, lihatlah kontennya. Bukan penampilannya. Saat orang berbicara, lihat apa yang dibicarakan. Bukan orang yang berbicara. Lihat barangnya, lihat jasanya langsung, baru kita percaya pada iklannya. Jangan ujug-ujug percaya pada branding, marketing, promosi, iklan, berita, janji dan sebagainya sebelum menelaahnya lebih cermat. Sangat menyakitkan dan menyedihkan yang namanya korban itu. Tentu Anda tidak ingin jadi korban bukan?!
Hal ini alasan kenapa para pembicara senior, para guru, para motivator dan seterusnya, sangat paham apa yang akan mereka tancapkan dalam pikiran orang lain. Sebenarnya yang dilhat bukanlah orang itu sendiri, tetapi otaknya. Ya mereka berbicara pada otaknya. Ketika otaknya sudah “ok ok” nah, kenak sudah. Karakter otak sangat jelas bagi para pembicara yang ahli. Bahkan mereka mengetahuii juga alam bawah sadar mereka. Sehingga mereka mudah sekali meletakkan kata-kata, arti, pada otak mereka. Makanya kita yang punya otak, harus pinter-pinter memfilter input apa pun yang masuk pada otak. Kita harus tahu karakter otak kita. Kita pun harus tahu isinya. Jangan pernah memasukkan sampah pada otak Anda. Pun jangan pernah mau otak Anda diperdayakan oleh branding, marketing, ucapan, arti yang bernilai sampah. Sebaliknya, terimalah branding, marketing, ucapan, arti, yang memang kita butuhkan dalam hidup. Yang memang membuat kita lebih berdaya. Yang memang membuat kita lebih semangat menjalani hidup ini.
Mengetahui ini, maka sangat penting bagi kita untuk tidak hanya jadi pembeli saja, tapi juga pengusaha. Tidak jadi objek saja, tapi jadi subjek. Tidak hanya diserang saja, tapi juga harus nyerang. Tidak terus-terusan jadii korban. Ya, pengusaha berarti dekat dengan usaha membranding. Sedangkan pembeli tidak jauh dengan korban branding. Yang menang itu ya yang membuat branding, membuat iklan, membuat desain yang menarik bagi dirinya.
Lalu mulai kapan kita membranding diri dengan kebaikan? Mulailah saat ini juga. Walaupun sebelum ini Anda tidak pernah menyadari perbuatan Anda yang mengakibatkan orang lain kurang menghargai Anda. Sudah, let gone be by gone, yang lalu biarlah berlalu. Kita buat sebab-sebab kebaikan dari sekarang. Jangan biarkan sedetik berlalu tanpa kebaikan. Waktu itu berharga untuk membentuk citra diri Anda nantinya. Maka pantang bagi Anda untuk melakukan hal-hal yang tidak berharga.
(foto:www.marketing.co.id)


NB: Silahkan IZIN kepada penulis di: ahmadsaifulislam@gmail.com (085733847622), bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J)
Yuk diskusi juga di @ipoenkchampion, dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan spiritual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...