Ini ada sebuah botol yang agak gelap dipandang dari luar. Lalu saya
tuangkan susu ke dalamnya. Kemudian, saya kemas dengan rapi, dan diluar saya
beri tulisan “Racun Serangga”. Pertanyaannya, apakah Anda mau meminumnya?
Apalagi membelinya? Saya yakin, Anda sekarang menjawab, “Tidak”!.
Sebaliknya, bila dalam botol itu saya tuangkan racun serangga, lalu
di luarnya saya beri label “Susu Segar Import”, adakah kemungkinan Anda
membelinya? Adakah kemungkinan Anda meminumnya? Saya yakin pasti itu bisa jadi,
Anda membelinya dan meminumnya. Iya kan?!
Apa pelajaran yang bisa kita petik? Ya, pintar sekali. Bahwa sangat
penting kita membranding diri. Penting sekali kita punya label yang bisa dikenal
oleh orang lain. Siapa Iwan Fals? Siapa Pasha? Siapa Quraish Shihab? Dengan
mantap kita menjawab, musisi, vocalis dan mufassir atau penulis produktif
Indonesia.
Anda tahu kenapa Muhammad muda, sukses dalam bisnis, dan bahkan
dipilih Allah menjadi rasul? Padahal pada awalnya, beliau tidak ada modal uang.
Tidak ada modal skill. Tidak punya orang tua kaya raya. Fasilitas semuanya pun
terbatas bila dibanding sekarang. Yap, tidak pelak lagi. Beliau sejak muda
membranding diri, salah satunya dengan selalu j-u-j-u-r, jujur! Sehingga beliau
dipercaya orang lain bahkan Allah SWT. Itulah yang seharusnya kita tiru. Apalagi
teknologi dan fasilitas sangat mendukung sekali di era modern ini.
Memang benar bahwa branding itu sangat penting. Agar orang
lebih mudah mengenal kita. Istilahnya, personal branding. Orang itu
memang melihat fisiknya, daripada psikisnya. Kesan pertama begitu menggoda,
begitu kira-kira. Isi dalam botol itu, dinilai luar dan tulisannya. Function
ya, juga fushion. Keduanya sama pentingnya. Tidak ada orang yang tahu,
hingga kita memberitahunya. Apa yang kita tampilkan, itulah yang orang lain
nilai tentang kita. Sama seperti susu tadi yang diberi label racun. Oleh
karenanya, desain itu penting. Marketing sangat penting. Personal branding
mbahnya penting. Jadi, mari kita berlomba-lomba membranding diri.
Membranding bisnis. Kalau kita menghindar darinya, berartii kita akan
tertinggal, jadi generasi ekor, kalah sebelum bertanding.
Sebaliknya, kita harus hati-hati dengan branding yang beredar
sehari-hari. Hati-hatilah dengan iklan. Jangan mudah percaya dengan branding
dan promosi. Iya kalau branding dan marketing itu dipegang oleh orang yang
jujur. Tapi coba Anda bayangkan bila keduanya kena orang yang lacur. Sebenarnya
dalam botol itu racun, tapi diberi label susu. Apa akibatnya? Sekali lagi, lihatlah
kontennya. Bukan penampilannya. Saat orang berbicara, lihat apa yang
dibicarakan. Bukan orang yang berbicara. Lihat barangnya, lihat jasanya
langsung, baru kita percaya pada iklannya. Jangan ujug-ujug percaya pada
branding, marketing, promosi, iklan, berita, janji dan sebagainya sebelum
menelaahnya lebih cermat. Sangat menyakitkan dan menyedihkan yang namanya
korban itu. Tentu Anda tidak ingin jadi korban bukan?!
Hal ini alasan kenapa para pembicara senior, para guru, para
motivator dan seterusnya, sangat paham apa yang akan mereka tancapkan dalam
pikiran orang lain. Sebenarnya yang dilhat bukanlah orang itu sendiri, tetapi
otaknya. Ya mereka berbicara pada otaknya. Ketika otaknya sudah “ok ok” nah,
kenak sudah. Karakter otak sangat jelas bagi para pembicara yang ahli. Bahkan
mereka mengetahuii juga alam bawah sadar mereka. Sehingga mereka mudah sekali
meletakkan kata-kata, arti, pada otak mereka. Makanya kita yang punya otak, harus
pinter-pinter memfilter input apa pun yang masuk pada otak. Kita harus tahu
karakter otak kita. Kita pun harus tahu isinya. Jangan pernah memasukkan sampah
pada otak Anda. Pun jangan pernah mau otak Anda diperdayakan oleh branding,
marketing, ucapan, arti yang bernilai sampah. Sebaliknya, terimalah branding,
marketing, ucapan, arti, yang memang kita butuhkan dalam hidup. Yang memang
membuat kita lebih berdaya. Yang memang membuat kita lebih semangat menjalani
hidup ini.
Mengetahui ini, maka sangat penting bagi kita untuk tidak hanya
jadi pembeli saja, tapi juga pengusaha. Tidak jadi objek saja, tapi jadi
subjek. Tidak hanya diserang saja, tapi juga harus nyerang. Tidak terus-terusan
jadii korban. Ya, pengusaha berarti dekat dengan usaha membranding. Sedangkan
pembeli tidak jauh dengan korban branding. Yang menang itu ya yang membuat
branding, membuat iklan, membuat desain yang menarik bagi dirinya.
Lalu mulai kapan kita membranding diri dengan kebaikan? Mulailah
saat ini juga. Walaupun sebelum ini Anda tidak pernah menyadari perbuatan Anda
yang mengakibatkan orang lain kurang menghargai Anda. Sudah, let gone be by
gone, yang lalu biarlah berlalu. Kita buat sebab-sebab kebaikan dari
sekarang. Jangan biarkan sedetik berlalu tanpa kebaikan. Waktu itu berharga
untuk membentuk citra diri Anda nantinya. Maka pantang bagi Anda untuk
melakukan hal-hal yang tidak berharga.
(foto:www.marketing.co.id)
NB: Silahkan IZIN kepada penulis di:
ahmadsaifulislam@gmail.com (085733847622), bila berminat menerbitkan
artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J)
Yuk diskusi juga di @ipoenkchampion,
dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan spiritual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar