Di pertigaan itu, seorang wanita usianya kira-kira 40-an tahun,
menggelar outletnya. Dia berjualan koran, majalah, dengan sandaran kayu ala
kadarnya. Sementara dia duduk di batas taman bunga pinggir jalan seperti (maaf)
gembel. Dulu dia pernah dititipi Pak Budi susu. Memang koran, majalah dan susu
hangat itu cocoknya dijual di pagi hari, saat orang-orang berlalu lalang,
olahraga.
Satu catatan apa yang saya lihat adalah, wanita itu tidak berubah
seperti tiga setengah tahunan lalu. Kondisinya tetap seperti dulu. Cara
duduknya, arah dagangannya, pakaiannya, raut mukanya, dan seterusnya nyaris
sama persis dengan dulu. Apa yang dilakukan orang, apa yang diraih orang,
adalah cerminan dari pikirannya. Saya meihat wajah ibu itu pandangan kosong,
hidup hanya mencari cukup untuk dimakan. Nampaknya dia juga mengalami kegagalan
dalam keluarga. Saya tidak yakin kalau dia punya anak dan suami. Kalau pun
punya, tentu mereka tidak jauh beda dengan dirinya.
Kita memang tidak akan pernah berubah, kalau kita sendiri tidak mau
berubah. Kita tidak akan berubah, kalau tidak mengubah mindset dan arah hidup.
Tidak ada orang yang merubahnya, kecuali diri kita sendiri. Karena amat penting
pola pikir ini mempengaruhi nasib hidup seseorang, maka begitu penting bagi
kita untuk selalu memberi asupan gizi pada otak kita. Teruslah gali potensi
diri Anda. Teruslah bertumbuh bersama ilmu dan informasi. Banyak bacalah
buku-buku tentang motivasi, pengembangan diri, bisnis, majalah, internet dan
seterusnya. Jangan melihat ke bawah terus, walau Anda hidup dalam lingkungan
miskin, terbelakang, tertinggal, terpuruk. Sebenarna faktor paling kuat untuk
menjadi itu bukanlah lingkungan, tapi internal yakni pikiran, mindset, keyakinan,
dan cita-cita kita.
Meniru sebenarnya adalah sifat alamiah setiap orang. Maka, tirulah
orang kaya dalam hal mindsetnya. Bagaimana mereka menjalni hidup ini.
Sinergikan dengan akal sehat kita. Carilah sebab-sebab mereka bisa kaya. Dan
carilah pula sebab-sebab, mereka bisa miskin. Jangan ikuti sebab yang membuat
miskin. Dan ikutilah sebab yang membuat kaya. Meniru yang positif, adalah
meniru dengan modifikasi. Sebuah irama yang terjadi antara realitas, akal
pikiran dan hati nurani kita.
Misalnya, Anda mendapati lingkungan, teman-teman, saudara, atau
apalah yang merangsang Anda untuk jadi miskin, maka tegaslah untuk meninggalkan
mereka. Pada awalnya, pahit memang. Bagaimana tidak, Anda harus meninggalkan
senang-senang dengan teman Anda. Obrolan tidak perlu, menggunjing, jalan-jalan
kesana-kemari, itu memang asyik. Tapi sadarilah itu membuat Anda tertinggal,
terpuruk, miskin. Jadi, tegaslah katakan, “tidak!”. Sempatkanlah untuk sendiri.
Tanyakan pada hati Anda, apa sebenarnya tujuan hidup Anda. Langkah apa yang
seharusnya Anda lakukan. Dan seterusnya. Anda butuh kesunyian, terhidar dari
segala kebisingan dunia, untuk mendapatkan fatwa yang murni dari hati yang
jernih. Itu adanya dalam kesunyian.
Tidak ada yang perduli dengan nasib Anda. Setiap orang punya
urusannya sendiri-sendiri. Setiap orang membangun nasibnya masing-masing.
Jangan pernah mengeluh pada orang. Karena orang itu juga punya masalah yang
Anda tidak tahu bisa jadi masalahnya lebih besar dari yang Anda punya. Lagian,
curhat ke orang lain, apalagi pada orang yang salah, tidak kompeten, tidak
menyelesaikan masalah. Malah sebaliknya, membuat masalah baru. Cukup kepada Dia
saja, Anda mengadu, curhat. Buatlah model komunikasi Anda dengan orang lain,
modal komunikasi yang menginspirasi. Disamping Anda bisa menghibur orang, Anda
sendiri akan terhibur. Ada seperti kelegaaan yang bisa Anda rasakan. Itu
membuat bahagia, membuat sehat, panjang umur, dan melancarkan rezeki. Hanya
dengan menginspirasi, pertemanan Anda akan jadi persahabatan yang berkualitas.
Jadi, sekali lagi yang peduli dengan nasib Anda sebenarnya adalah Anda sendiri.
(sumber gambar: firmanpratama.wordpress.com)
NB: Silahkan IZIN kepada penulis di:
ahmadsaifulislam@gmail.com (085733847622), bila berminat menerbitkan
artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J) Yuk
diskusi juga di @ipoenkchampion, dapatkan kultweet yang menyegarkan
intelektual, emosional dan spiritual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar