Rabu, 26 Februari 2014

DARIMANA KITA MENGUBAH NASIB?



Di pertigaan itu, seorang wanita usianya kira-kira 40-an tahun, menggelar outletnya. Dia berjualan koran, majalah, dengan sandaran kayu ala kadarnya. Sementara dia duduk di batas taman bunga pinggir jalan seperti (maaf) gembel. Dulu dia pernah dititipi Pak Budi susu. Memang koran, majalah dan susu hangat itu cocoknya dijual di pagi hari, saat orang-orang berlalu lalang, olahraga.
Satu catatan apa yang saya lihat adalah, wanita itu tidak berubah seperti tiga setengah tahunan lalu. Kondisinya tetap seperti dulu. Cara duduknya, arah dagangannya, pakaiannya, raut mukanya, dan seterusnya nyaris sama persis dengan dulu. Apa yang dilakukan orang, apa yang diraih orang, adalah cerminan dari pikirannya. Saya meihat wajah ibu itu pandangan kosong, hidup hanya mencari cukup untuk dimakan. Nampaknya dia juga mengalami kegagalan dalam keluarga. Saya tidak yakin kalau dia punya anak dan suami. Kalau pun punya, tentu mereka tidak jauh beda dengan dirinya.
Kita memang tidak akan pernah berubah, kalau kita sendiri tidak mau berubah. Kita tidak akan berubah, kalau tidak mengubah mindset dan arah hidup. Tidak ada orang yang merubahnya, kecuali diri kita sendiri. Karena amat penting pola pikir ini mempengaruhi nasib hidup seseorang, maka begitu penting bagi kita untuk selalu memberi asupan gizi pada otak kita. Teruslah gali potensi diri Anda. Teruslah bertumbuh bersama ilmu dan informasi. Banyak bacalah buku-buku tentang motivasi, pengembangan diri, bisnis, majalah, internet dan seterusnya. Jangan melihat ke bawah terus, walau Anda hidup dalam lingkungan miskin, terbelakang, tertinggal, terpuruk. Sebenarna faktor paling kuat untuk menjadi itu bukanlah lingkungan, tapi internal yakni pikiran, mindset, keyakinan, dan cita-cita kita.
Meniru sebenarnya adalah sifat alamiah setiap orang. Maka, tirulah orang kaya dalam hal mindsetnya. Bagaimana mereka menjalni hidup ini. Sinergikan dengan akal sehat kita. Carilah sebab-sebab mereka bisa kaya. Dan carilah pula sebab-sebab, mereka bisa miskin. Jangan ikuti sebab yang membuat miskin. Dan ikutilah sebab yang membuat kaya. Meniru yang positif, adalah meniru dengan modifikasi. Sebuah irama yang terjadi antara realitas, akal pikiran dan hati nurani kita.
Misalnya, Anda mendapati lingkungan, teman-teman, saudara, atau apalah yang merangsang Anda untuk jadi miskin, maka tegaslah untuk meninggalkan mereka. Pada awalnya, pahit memang. Bagaimana tidak, Anda harus meninggalkan senang-senang dengan teman Anda. Obrolan tidak perlu, menggunjing, jalan-jalan kesana-kemari, itu memang asyik. Tapi sadarilah itu membuat Anda tertinggal, terpuruk, miskin. Jadi, tegaslah katakan, “tidak!”. Sempatkanlah untuk sendiri. Tanyakan pada hati Anda, apa sebenarnya tujuan hidup Anda. Langkah apa yang seharusnya Anda lakukan. Dan seterusnya. Anda butuh kesunyian, terhidar dari segala kebisingan dunia, untuk mendapatkan fatwa yang murni dari hati yang jernih. Itu adanya dalam kesunyian.
Tidak ada yang perduli dengan nasib Anda. Setiap orang punya urusannya sendiri-sendiri. Setiap orang membangun nasibnya masing-masing. Jangan pernah mengeluh pada orang. Karena orang itu juga punya masalah yang Anda tidak tahu bisa jadi masalahnya lebih besar dari yang Anda punya. Lagian, curhat ke orang lain, apalagi pada orang yang salah, tidak kompeten, tidak menyelesaikan masalah. Malah sebaliknya, membuat masalah baru. Cukup kepada Dia saja, Anda mengadu, curhat. Buatlah model komunikasi Anda dengan orang lain, modal komunikasi yang menginspirasi. Disamping Anda bisa menghibur orang, Anda sendiri akan terhibur. Ada seperti kelegaaan yang bisa Anda rasakan. Itu membuat bahagia, membuat sehat, panjang umur, dan melancarkan rezeki. Hanya dengan menginspirasi, pertemanan Anda akan jadi persahabatan yang berkualitas. Jadi, sekali lagi yang peduli dengan nasib Anda sebenarnya adalah Anda sendiri.
(sumber gambar: firmanpratama.wordpress.com)

NB: Silahkan IZIN kepada penulis di: ahmadsaifulislam@gmail.com (085733847622), bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J) Yuk diskusi juga di @ipoenkchampion, dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan spiritual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...