Sesungguhnya
Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (QS.
Shaff[61]: 4)
Ayat
ini berbicara anjuran agar bekerja dalam team atau networking. Digambarkan
seperti bangunan yang tersusun kokoh. Yang namanya bangunan, ya tentu ada
pasir, misalnya, terus ada batu, bata, kapur, semen, besi dan lain seterusnya.
Selain untuk kekuatan itu, juga perlu diperindah. Misalnya dengan desain,
motif, cat, taman, kolam, hingga perabot-perabot interior lainnya. Jadi, tidak
mungkin yang namanya bangunan sendiri saja, misalnya semen saja atau besi saja.
Perlukah
teamwork? Sangat penting, perlu dan bermanfaat. Terutama untuk kebaikan,
kebenaran dan keindahan. Lebih-lebih untuk perjuangan agama dan kemaslahatan
orang banyak. Lebih tegas imam Ali menegaskan, “Kebaikan yang tidak tertata
rapi akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir dengan profesional”.
Maka
memang dibutuhkan sebuah kelompok, sebuah team, sebuah organisasi untuk
mewadahi semua aspirasi positif. Ibarat kuno masih sangat relevan di sini,
bahwa sapu lidi akan lebih cepat dan lebih banyak membersihkan bila diikat
menjadi satu. Lain cerita bila lidinya sendiri-sendiri digunakan untuk
membersihkan. Dijamin butuh waktu saangat lama dan hasil yang sangat tidak
maksimal.
Kerja
sama adalah percepatan. Bukan sekedar kecepatan. Percepatan adalah perubahan
kecepatan per satuan waktu. Kalau misalnya ada orang lima belas menit bisa
dapat satu putaran, nah dengan percepatan lima belas menit bisa menghasilkan
lima putaran bahkan lebih. Bisa juga disebut keajaiban, lompatan atau
terobosaan. Nah, teamwork adalah salah satu percepatan itu yang bisa
dimanfaatkan.
Makanya
tidak heran bila teamwork mendatangkan rezeki atau hasil yang berlimpah. Hal ini
ditegaskan oleh Nabi SAW dengan sabdanya, “Siapa yang ingin diperluas rezekinya
dan diperpanjang usianya, maka hendaklah dia bersilaturahim” (HR. Bukhari dan
Muslim melalui Anas bin Malik r.a.). Nah, bentuk dari silaturahim bisa berupa
kerja sama dalam bisnis, agama, sosial dan seterusnya.
Dalam
berbisnis misalnya. Teamworking sangat bermanfaat bagi kedua belah pihak. Kalau
punyanya hanya tenaga, bisa kerjasama dengan orang yang punya ide bisnis dan
pemodal. Kalau bisanya modal, ya bisa cari tenaga orang dan ide orang. Kalau
bisanya ide bisnis, ya bisa cari modal dan tenaga orang. Hasilnya, profit
sharing alias bagi-bagi, sesuai prosentase yang disepakati. Islam tidak hanya
mengajarkan tapi memang menganjurkan.
Mari
kita cermati, sabda Nabi riwayat Bukhari Muslim yang membicarakan hubungan
sesma mukmin berikut: “Bagiakan satu jasad yang bila salah satu organnya
merasakan keluhan, maka seluruh anggota tubuh tak dapat tidur dan merasa
deman”. Bisa digambarkan bahwa mukmin yang lain adalah bagian dari diri kita.
Islam sangat memotivasi agar umatnya rukun. Sebab dengan kerukunan itulah lahir
kekuatan yang tak mudah goyah apalagi dirobohkan.
Teamwork
tidak diharuskan anggotanya mempunyai keahlian yang sama. Malah kalau sama,
bisa kacau dan tidak maksimal. Ambil contoh membangun sebuah masjid. Dijamin
tidak jadi-jadi masjid itu kalau yang kerja kiai semua. Justru lebih cepat
selesai bila ada arsiteknya, tukangnya, kulinya, pemodalnya, kiainya, tukang
listeriknya, tukang airnya, dan seterusnya. Semakin bervariasi semakin maksimal
hasilnya.
Atau
misalnya lagi, pertandingan sepak bola. Bisa dibayangkan kalau yang main backer
semua atau penyerang semua. Sudah bisa dipastikan tidak akan bagus mainnya.
Juga muda sekali untuk dikalahkan. Atau malah jika yang main pelatih semua.
Bisa-bisa bukan main sepak bola tapi adu mulut, hehehe. Di buku saya, pernah
dibahas soal ini. Bahwa Lionel Messi sama hebatnya dengan Guardiola. Tidak bisa
dihebatkan salah satunya.
Jauh-jauh
hari Allah menegaskan bahwa memang kebersamaan itu tidak harus menjadikan semua
pihak melakukan satu pekerjaan yang sama. Justru dengan perbedaan fungsi itulah
tujuan kebersamaan itu lebih mudah diraih. Berikut ayatnya:
Ikutan Yuk di sini: @ipoenkchampion
Tidak ada komentar:
Posting Komentar