Selasa, 11 Februari 2014

KEAJAIBAN TEAMWORKING




Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (QS. Shaff[61]: 4)

Ayat ini berbicara anjuran agar bekerja dalam team atau networking. Digambarkan seperti bangunan yang tersusun kokoh. Yang namanya bangunan, ya tentu ada pasir, misalnya, terus ada batu, bata, kapur, semen, besi dan lain seterusnya. Selain untuk kekuatan itu, juga perlu diperindah. Misalnya dengan desain, motif, cat, taman, kolam, hingga perabot-perabot interior lainnya. Jadi, tidak mungkin yang namanya bangunan sendiri saja, misalnya semen saja atau besi saja.

Perlukah teamwork? Sangat penting, perlu dan bermanfaat. Terutama untuk kebaikan, kebenaran dan keindahan. Lebih-lebih untuk perjuangan agama dan kemaslahatan orang banyak. Lebih tegas imam Ali menegaskan, “Kebaikan yang tidak tertata rapi akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir dengan profesional”.

Maka memang dibutuhkan sebuah kelompok, sebuah team, sebuah organisasi untuk mewadahi semua aspirasi positif. Ibarat kuno masih sangat relevan di sini, bahwa sapu lidi akan lebih cepat dan lebih banyak membersihkan bila diikat menjadi satu. Lain cerita bila lidinya sendiri-sendiri digunakan untuk membersihkan. Dijamin butuh waktu saangat lama dan hasil yang sangat tidak maksimal.

Kerja sama adalah percepatan. Bukan sekedar kecepatan. Percepatan adalah perubahan kecepatan per satuan waktu. Kalau misalnya ada orang lima belas menit bisa dapat satu putaran, nah dengan percepatan lima belas menit bisa menghasilkan lima putaran bahkan lebih. Bisa juga disebut keajaiban, lompatan atau terobosaan. Nah, teamwork adalah salah satu percepatan itu yang bisa dimanfaatkan.

Makanya tidak heran bila teamwork mendatangkan rezeki atau hasil yang berlimpah. Hal ini ditegaskan oleh Nabi SAW dengan sabdanya, “Siapa yang ingin diperluas rezekinya dan diperpanjang usianya, maka hendaklah dia bersilaturahim” (HR. Bukhari dan Muslim melalui Anas bin Malik r.a.). Nah, bentuk dari silaturahim bisa berupa kerja sama dalam bisnis, agama, sosial dan seterusnya.

Dalam berbisnis misalnya. Teamworking sangat bermanfaat bagi kedua belah pihak. Kalau punyanya hanya tenaga, bisa kerjasama dengan orang yang punya ide bisnis dan pemodal. Kalau bisanya modal, ya bisa cari tenaga orang dan ide orang. Kalau bisanya ide bisnis, ya bisa cari modal dan tenaga orang. Hasilnya, profit sharing alias bagi-bagi, sesuai prosentase yang disepakati. Islam tidak hanya mengajarkan tapi memang menganjurkan.

Mari kita cermati, sabda Nabi riwayat Bukhari Muslim yang membicarakan hubungan sesma mukmin berikut: “Bagiakan satu jasad yang bila salah satu organnya merasakan keluhan, maka seluruh anggota tubuh tak dapat tidur dan merasa deman”. Bisa digambarkan bahwa mukmin yang lain adalah bagian dari diri kita. Islam sangat memotivasi agar umatnya rukun. Sebab dengan kerukunan itulah lahir kekuatan yang tak mudah goyah apalagi dirobohkan.

Teamwork tidak diharuskan anggotanya mempunyai keahlian yang sama. Malah kalau sama, bisa kacau dan tidak maksimal. Ambil contoh membangun sebuah masjid. Dijamin tidak jadi-jadi masjid itu kalau yang kerja kiai semua. Justru lebih cepat selesai bila ada arsiteknya, tukangnya, kulinya, pemodalnya, kiainya, tukang listeriknya, tukang airnya, dan seterusnya. Semakin bervariasi semakin maksimal hasilnya.

Atau misalnya lagi, pertandingan sepak bola. Bisa dibayangkan kalau yang main backer semua atau penyerang semua. Sudah bisa dipastikan tidak akan bagus mainnya. Juga muda sekali untuk dikalahkan. Atau malah jika yang main pelatih semua. Bisa-bisa bukan main sepak bola tapi adu mulut, hehehe. Di buku saya, pernah dibahas soal ini. Bahwa Lionel Messi sama hebatnya dengan Guardiola. Tidak bisa dihebatkan salah satunya.

Jauh-jauh hari Allah menegaskan bahwa memang kebersamaan itu tidak harus menjadikan semua pihak melakukan satu pekerjaan yang sama. Justru dengan perbedaan fungsi itulah tujuan kebersamaan itu lebih mudah diraih. Berikut ayatnya:
 
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (QS. Al-Taubah[9]: 122)

Ikutan Yuk di sini: @ipoenkchampion

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...