Potensi dapat diperoleh dari pengalaman. Baik pengalaman dalam
bangku formal dengan mengerjakan soal-soal yang diberikan guru setelah
diberikan materi. Atau pengalaman dari kehidupan sehari-hari. Yang namanya
pengalaman berarti setiap yang pernah dialami. Oleh pikiran, sikap mental
ataupun tindakan. Bedanya, pengalaman dari sekolah atau bangku formal bersifat
sistematis. Sedangkan dari kehidupan non formal, lebih acak dan tak terukur.
Dari dua model pengalaman tadi, seseorang mempunyai potensi. Bagaimana indikasinya?
Ya, seperti yang saya sebutkan di atas, kalau pengalaman dari bangku formal itu
dapat diukur. Misalnya, kalau Anda sekarang seorang sarjana tentu akan sangat
mudah bila diminta untuk mengerjakan matematika SD. Lebih bisa menjawab
soal-soal sekolah dasar. Iya khan!
Kata kuncinya adalah “bisa”. Kalau Anda bisa mengerjakan sesuatu
berarti Anda memiliki potensi mengenainya. Hanya saja, potensi tersebut perlu
diasah terus-menerus agar menjadi andalan Anda. Ibarat ayam jago, potensi yang
terasah itu adalah jalu-nya. Ibarat ular, potensi yang terasah itu adalah
bisanya. Ibarat elang, potensi yang terasah itu adalah mata dan cakarnya.
Ibarat pemain sepak bola, potensi yang terasah itu adalah kedua kakinya. Dengan
potensi itu, tidak sembrono orang lain memperlakukan Anda. Pun dengan potensi
itu, Anda bisa menatap masa depan lebih cerah. Kira-kira begitu caranya Anda
mengetahui potensi Anda.
Tutup dulu mata Anda. Jangan teruskan membaca. Stop! Sambil
terpejam, ingat kata-kata saya kembali kira-kira tiga menit saja!
Sekarang Anda telah menemukan potensi Anda. Itu berarti Anda telah
menemukan kekuatan Anda. Sekarang jawab pertanyaan ini. Untuk apa potensi ini?
Bagaimana saya terus mengasahnya? Kemana saya arahkan potensi ini agar bisa
bermanfaat bagi saya, keluarga dan orang lain?
Setiap orang mempunyai potensi yang berbeda-beda meski sama-sama
namanya manusia. Tentu Anda tidak asing dengan Micke Tyson, Lionel Messi, Rene
Descrates, Phytagoras, Ibnu Sina, Wright Bersaudara, Philip, Alexander
Grahambell, Marcopollo, Alghazali, Honda, Albert Einstein dan lain-lain. Mereka
manusia seperti Anda dan saya.
Dan memang, setiap orang itu punya bidangnya masing-masing yang dia
berjalan menuju kepadanya. Firman Allah, “Tiap-tiap orang itu ada kiblatnya
(ada hal yang hendak dituju) yang dia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah dalam kebaikan”. Keindahan itu justru ada dalam perbedaan.
Ya, perbedaan adalah rahmat. Justru berantakan, kacau kalau semuanya sama. Yang
terpenting dari masing-masing bidang yang digeluti seseorang itu adalah
kebaikan. Dan memang kebaikan itu beragam macamnya. Di setiap bidang, tiap
orang bisa membuat dan memberi kebaikan kepada orang lain. Berlombalah!
NB: Silahkan IZIN kepada penulis di:
ahmadsaifulislam@gmail.com (085733847622), bila berminat menerbitkan
artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J)
Yuk diskusi juga di
@ipoenkchampion, dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan
spiritual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar