Kamis, 20 Februari 2014

MELEDAKKAN POTENSI



Potensi dapat diperoleh dari pengalaman. Baik pengalaman dalam bangku formal dengan mengerjakan soal-soal yang diberikan guru setelah diberikan materi. Atau pengalaman dari kehidupan sehari-hari. Yang namanya pengalaman berarti setiap yang pernah dialami. Oleh pikiran, sikap mental ataupun tindakan. Bedanya, pengalaman dari sekolah atau bangku formal bersifat sistematis. Sedangkan dari kehidupan non formal, lebih acak dan tak terukur. Dari dua model pengalaman tadi, seseorang mempunyai potensi. Bagaimana indikasinya? Ya, seperti yang saya sebutkan di atas, kalau pengalaman dari bangku formal itu dapat diukur. Misalnya, kalau Anda sekarang seorang sarjana tentu akan sangat mudah bila diminta untuk mengerjakan matematika SD. Lebih bisa menjawab soal-soal sekolah dasar. Iya khan!
Kata kuncinya adalah “bisa”. Kalau Anda bisa mengerjakan sesuatu berarti Anda memiliki potensi mengenainya. Hanya saja, potensi tersebut perlu diasah terus-menerus agar menjadi andalan Anda. Ibarat ayam jago, potensi yang terasah itu adalah jalu-nya. Ibarat ular, potensi yang terasah itu adalah bisanya. Ibarat elang, potensi yang terasah itu adalah mata dan cakarnya. Ibarat pemain sepak bola, potensi yang terasah itu adalah kedua kakinya. Dengan potensi itu, tidak sembrono orang lain memperlakukan Anda. Pun dengan potensi itu, Anda bisa menatap masa depan lebih cerah. Kira-kira begitu caranya Anda mengetahui potensi Anda.
Tutup dulu mata Anda. Jangan teruskan membaca. Stop! Sambil terpejam, ingat kata-kata saya kembali kira-kira tiga menit saja!
Sekarang Anda telah menemukan potensi Anda. Itu berarti Anda telah menemukan kekuatan Anda. Sekarang jawab pertanyaan ini. Untuk apa potensi ini? Bagaimana saya terus mengasahnya? Kemana saya arahkan potensi ini agar bisa bermanfaat bagi saya, keluarga dan orang lain?
Setiap orang mempunyai potensi yang berbeda-beda meski sama-sama namanya manusia. Tentu Anda tidak asing dengan Micke Tyson, Lionel Messi, Rene Descrates, Phytagoras, Ibnu Sina, Wright Bersaudara, Philip, Alexander Grahambell, Marcopollo, Alghazali, Honda, Albert Einstein dan lain-lain. Mereka manusia seperti Anda dan saya.
Dan memang, setiap orang itu punya bidangnya masing-masing yang dia berjalan menuju kepadanya. Firman Allah, “Tiap-tiap orang itu ada kiblatnya (ada hal yang hendak dituju) yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan”. Keindahan itu justru ada dalam perbedaan. Ya, perbedaan adalah rahmat. Justru berantakan, kacau kalau semuanya sama. Yang terpenting dari masing-masing bidang yang digeluti seseorang itu adalah kebaikan. Dan memang kebaikan itu beragam macamnya. Di setiap bidang, tiap orang bisa membuat dan memberi kebaikan kepada orang lain. Berlombalah!
 

NB: Silahkan IZIN kepada penulis di: ahmadsaifulislam@gmail.com (085733847622), bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J)
Yuk diskusi juga di @ipoenkchampion, dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan spiritual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...